Inibaru.id – Restorasi Meiji pada 1868 membuat keluarga Kekaisaran Jepang berpindah dari Kyoto dan Tokyo. Menariknya, sekitar seratus tahun sebelumnya, kasus yang mirip, yakni perpindahan keraton dari dua wilayah dengan nama yang mirip dan hanya dibalik terjadi. Namun, yang ini terjadi di Jawa. Pada 1745, Keraton Kartasura pindah ke Surakarta.
Kartasura dan Surakarta terpisah jarak yang nggak jauh-jauh amat, yakni sekitar 12 km saja. Beda cerita dengan jarak antara Istana Kekaisaran Kyoto dan Istana Kekaisaran Tokyo yang mencapai 454 km. Namun, kisah perpindahan lokasi kekuasaan monarki dari dua tempat dengan nama yang mirip ini sering jadi cerita para ahli sejarah.
Kita bahas dulu yak nama Surakarta yang merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah. Sebaliknya, Kartasura adalah sebuah kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo dan Surakarta sendiri bertetangga, Millens. Makanya perpindahan keraton pada zaman dulu memungkinkan terjadi.
Yang menarik, karena sama-sama memakai nama yang berasal dari Bahasa Sansekerta “Karta” yang artinya “makmur” dan “sura” yang artinya “berani”, bisa dikatakan kedua wilayah ini bisa diartikan sebagai wilayah dengan orang-orang yang berani memperjuangkan kemakmuran.
Kaitan Sejarah Kartasura dan Surakarta
Pada 1745, atau tepatnya 17 Muharram 1670, Kerajaan Mataram Islam memutuskan untuk memindahkan keratonnya dari Kartasura ke Surakarta. Dipimpin oleh Susuhunan Paku Buwono II (1729-1749), bersama dengan seluruh pejabat dan anggota kerajaan, semua berpindah dari Kartasura sejak pagi diiringi dengan ratusan prajurit berkuda.
Saat itu, seluruh pusaka serta harta kerajaan ikut dipindahkan. Diperkirakan, di tengah hari, rombongan sudah sampai di keraton yang baru.
Perpindahan keraton ini disebabkan oleh kekacauan yang dialami Kerajaan Mataram Islam sejak masa Amangkurat I. Saat itu, pemerintahan Amangkurat mendapatkan serangan dari Trunojoyo dan terdesak hingga akhirnya meninggalkan pusaka Mataram kepada Adipati Anom (Amangkurat II).
Amangkurat II dibantu Belanda untuk mengalahkan Trunojoyo. Namun, Keraton Pleret sudah rusak sehingga keraton akhirnya dipindahkan ke Wanakerta. Pada 11 September 1680, Wanakerta diganti namanya jadi Kartasura Hadiningrat.
Tatkala Amangkurat II wafat pada 1702, pemberontakan yang dilakukan adiknya, Pangeran Puger, Untung Surapati, dan anak buah Trunojoyo semakin menjadi. Paku Buwana II, penerus tahta Mataram Islam usai Amangkurat Mas, Sunan Paku Buwana, dan Sunan Prabu Hamangkurat Jawi akhirnya memutuskan untuk memindahkan keraton dari Kartasura ke Surakarta. Alasannya, keraton di Kartasura terus mengalami kerusakan akibat sering diserang pemberontak.
Hm, ternyata cukup menarik juga cerita tentang Kartasura dan Surakarta ini, Millens. (Kom,Kek/IB09/E05)