Inibaru.id – Nggak jauh dari pusat Kota Semarang, kamu bisa menemukan Permakaman Bergota. Permakaman ini berbentuk bukit dan dikenal sebagai salah satu permakaman terbesar di Kota Atlas.
Yang menarik, kalau kamu lewat di area permakaman, terlihat banyak rumah warga yang berdiri persis di sebelah makam. Jadi, bisa dikatakan, rumah-rumah yang terkumpul dalam tiga kampung ini berdampingan dengan makam! Warga bahkan sudah tinggal di sana selama puluhan tahun, Millens.
“Kalau saya biasa sih, Mas. Dari kecil sudah di sini dan sekarang sudah 38 tahun tinggal di Bergota Krajan, Alhamdulillah nggak terjadi apa-apa,” jelas Ketua RT 8 RW 5 Kelurahan Randusari, Semarang Dian Heru, Rabu (26/5/2021).
Orang-orang yang nggak tinggal di area permakaman tentu berpikir kalau warga di sana sering melihat hal-hal yang menakutkan. Namun, Dian mengaku jika anggapan tersebut nggak benar. Tinggal di dalam area permakaman ternyata nggak semenakutkan yang dikira, meski tentu saja warga menjaga etika.
Hal yang sama juga diungkap oleh Ketua RT 5 RW 5 Bergota Krajan Bayu Suprihatin. Laki-laki berusia 32 tahun ini nggak menganggap kampungnya sebagai tempat yang horor.
“Kalau dibilang horor, bagi orang-orang yang nggak tahu lewat sini atau bukan warga sini pasti iya (horor). Tapi, bagi masyarakat sekitar biasa saja soalnya sudah puluhan tahun hidup berdampingan dengan makam,” jelas Bayu, Selasa (17/5/2022).
Meski begitu, Bayu juga nggak membantah kalau ada warga yang mengaku pernah melihat penampakan, mengalami kesurupan, atau menemukan kasus orang yang tersesat di area makam.
Pada 2018 lalu, ada warga luar Kampung Bergota Krajan yang tersesat gara-gara memakai GPS untuk melewati area makam. Dia tersesat dan bahkan sepeda motornya mati mendadak.
“Tapi itu kembali ke niat masing-masing orang. Jika baik, InsyaAllah aman, kalau buruk ya sebaliknya. Makanya harus sopan. Kalau bisa saat mau keluar atau masuk uluk salam. Adat Jawa kan begitu,” saran Bayu.
Aura menakutkan di kampung yang ada di Permakaman Bergota kini bahkan semakin nggak terasa berkat adanya lampu penerangan dan jalan yang sudah semakin baik. Warga pun semakin tenang jika beraktivitas di malam hari.
“Kalau sekarang jalan sudah terang, Mas. Jadi untuk aktivitas malam masih bisa. Bahkan, jalan ini sebelum ada pembatasan masyarakat juga banyak dilalui saat malam hari. Padahal samping kanan kirinya makam. Ya nggak apa-apa tuh,” tutup Dian.
Kalau kamu, kira-kira bakal berani nggak tinggal di area makam seperti warga di Bergota, Millens? (Ayo, Sol/IB09/E05)