Inibaru.id - Yang namanya utang negara itu jumlahnya nggak sedikit ya, Millens? Kamu tahu berapakah utang Indonesia?
FYI, berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), hingga akhir November 2022 utang Pemerintah Indonesia tercatat sebesar Rp7.554,2 triliun. Rasio utang tersebut setara 38,65 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
Hm, angka utang terlihat fantastis, ya? Saking fantastisnya, kita sering melihat beberapa netizen melontarkan ide untuk mencetak uang yang banyak untuk membayar utang.
Usul tersebut memang nggak sepenuhnya salah karena pemerintah punya Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) yang bertugas untuk mencetak uang rupiah. Selain itu, Indonesia juga punya Bank Indonesia yang punya wewenang mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah tersebut.
Tapi, perlu kamu tahu, rupiah yang dicetak dan diedarkan nggak bisa asal. Harus ada perencanaan dan pertimbangan yang matang berapa jumlah yang harus dicetak dan diedarkan agar nggak terjadi musibah di kemudian hari.
Jika Mencetak Uang Tanpa Perencanaan
Ada banyak contoh negara yang mencoba mencetak uang lebih banyak tapi malah sengsara. Contohnya adalah Argentina, Inggris, dan Jerman. Lalu, apa jadinya jika pemerintah Indonesia mencetak uang terlalu banyak, termasuk dengan alasan untuk membayar utang? Kira-kira inilah yang bakal terjadi ya, Millens.
Nilai uang akan turun
Ketika pemerintah mencetak uang dalam jumlah besar, nilai uang itu sendiri akan turun. Jika banyaknya uang yang beredar, nggak diikuti dengan semakin banyaknya barang di pasar, maka akan membuat harga barang tersebut menjadi mahal.
Hal itu menyebabkan barang akan langka dicari dan membuat nilai uang yang sudah dicetak banyak, justru malah turun bahkan jadi nggak bernilai lagi.
Inflasi melonjak
Inflasi merupakan kenaikan harga barang atau jasa, yang menyebabkan daya beli uang menurun. Jika pemerintah terlalu banyak mencetak uang, maka harga produk akan semakin cepat naik.
Kenaikan harga ini terjadi pada sebagian besar barang dan jasa, secara terus menerus atau dalam kurun waktu tertentu. Sama halnya dengan uang, peredaran jumlah uang dan barang yang beredar haruslah seimbang.
Muncul utang baru
Mencetak uang nggak boleh untuk kebutuhan membayar utang negara saja. Bukannya terbebas dari kemiskinan, pencetakan uang yang banyak dan nggak terkendali justru bisa membuat utang negara bertambah.
Untuk membayar utang luar negeri, suatu negara harus dapat mengukur populasinya dan bekerja secara produktif memanfaatkan kekuatan dan potensi negara seperti sumber daya alam, komoditas, wisata, dan sebagainya.
Itulah beberapa akibat jika pemerintah kita mencetak uang sebanyak-banyaknya untuk membayar utang. Akibatnya sungguh membahayakan kestabilan ekonomi negara ya, Millens? (Siti Khatijah/E05)
Artikel ini telah terbit di Medcom dengan judul Ini Alasan Pemerintah Gak Cetak Duit Banyak-banyak Buat Bayar Utang.