Inibaru.id - Semenjak pandemi corona mendera Indonesia, sektor pariwisata benar-benar terguling. Tanpa pemasukan yang signifikan, sektor yang semula menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar di Indonesia itu nggak berkutik. Sekarat, merugi, dan banyak yang memutuskan gulung tikar.
Namun, new normal sepertinya menjadi asa baru di dunia pariwisata. Kendati belum digodok betul, ada harapan yang bisa ditambatkan, nggak terkecuali tempat-tempat wisata di Kota Semarang. Pertanyaannya, seberapa siap sektor tersebut?
Masih lekang dalam ingatan gimana geliat wisata di Kota Lunpia. Sejumlah lokawisata dipermak, fasilitas umum dipoles, jargon didengungkan, dan kebijakan diperbaiki. Ratusan juta rupiah dikeluarkan untuk semua itu. Hasilnya? Kota Lama, Lawangsewu, Goa Kreo, hingga taman kota tampak kinclong dan laik dikunjungi.
Yap, tahun lalu, sepertinya semua proyeksi keuntungan sudah di depan mata. Namun, Covid-19 membuyarkan semuanya. Roda ekonomi industri pariwisata di Kota ATLAS nggak cuma mandek, bahkan gembos.
Lawangsewu sudah resmi tutup begitu instruksi physical distancing diembuskan pemerintah. Tugu Muda yang semula ramai muda-mudi pun kini nggak lagi dikunjungi. Setali tiga uang, Goa Kreo yang digadang sebagai lanskap Kota Semarang menutup pintu rapat-rapat dari kunjungan wisatawan.
Tiga bulan berlalu, geliat itu bukannya nggak pernah ada. Ibarat air, industri pariwisata di Semarang terlihat terus mencari jalan terbaik untuk mengisi kanal-kanal keuntungan. Semuanya tampak sedang digodok dan semoga segera ada kabar baik.
Yap, boleh saja kembali mempertimbangkan industri ini, tapi tentu saja harus mempertimbangkan waktu yang tepat dan protokol yang ketat. Saat ini, masyarakat sudah jengah di rumah. Jika kanal wisata dibuka, sudah siapkah?
Kota Lama yang dua bulan lalu seperti "kota mati", belakangan mulai ramai. Pun demikian dengan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Kendati selama Ramadan hingga kini mereka nggak menggelar salat berjemaah, sejumlah pelancong mulai tampak berwisata di beberapa sudut masjid.
Industri pariwisata tentu menjadi PR kita bersama. Ya, usaha mencapai new normal memang menjadi tanggung jawab kita bersama, bukan pemerintah, tenaga medis, atau pihak berwajib.
Maka, menakar kesiapan tempat wisata Semarang menuju tatanan normal tentu pada akhirnya bakal kembali pada diri kita sendiri. Siapkah kita? (Triawanda Tirta Aditya/E03)