Inibaru.id – Kendati sebagian besar wilayah subtropis di belahan bumi bagian utara saat ini masih musim gugur, daerah di lingkar Kutub Utara rupanya telah memasuki musim dingin. Salju mulai turun dengan lebat, bahkan sudah ada beberapa wilayah yang hidup tanpa matahari, salah satunya Ufqiagvik.
Ufqiagvik adalah sebuah kota di Alaska, AS. Ahli meteorologi Joe Ruch mengungkapkan, sunset akhir pekan lalu, tepatnya pada Minggu, 19 November 2023, menjadi matahari terakhir yang bisa disaksikan warga Ufqiagvik tahun ini.
Melalui akun Twitter resminya, @KRDOJoe, Ruch mengatakan, datangnya musim dingin menandakan berakhirnya sinar matahari untuk sekitar 4.900 warga dari salah satu kota paling utara di dunia tersebut pada tahun ini.
“Sinar matahari baru saja terbenam di Ufqiagvik, Alaska, dan baru akan terbit lagi pada 23 Januari tahun depan atau 65 hari lagi,” tulis meteorolog lulusan Penn State University itu.
Kota yang Selalu Dingin
Perlu kamu tahu, Utqiagvik merupakan kota paling utara di Alaska yang jaraknya sekitar 515 kilometer di dalam garis Lingkar Arktik. Dari poros kutub, jaraknya hanya sekitar 2.100 kilometer, menjadikannya sebagai salah satu kota yang diselimuti hawa dingin sepanjang tahun.
Suhu paling hangat di sana biasanya hanya dirasakan pada pertengahan Juli, yakni sekitar 5-6 derajat Celsius. Sementara, pada bulan-bulan ini hingga pergantian tahun, Utqiagvik yang memasuki musim dingin bisa bersuhu menembus minus 20 derajat Celsius.
Suhu yang ekstrem ini menjadikan warga setempat kesulitan untuk bercocok tanam. Bahkan, pada musim dingin, terlalu berisiko bagi siapa pun untuk berada di luar ruangan karena angin bisa berembus sangat kencang.
Selain itu, hampir semua cairan dan banyak hal akan membeku pada saat-saat ini, termasuk tubuh yang terlalu lama terpapar udara luar. Kemudian, salju yang terus turun dan penerangan yang minim menjadikannya berbahaya bagi warga untuk beraktivitas di luar rumah.
Matahari yang Nggak Terbit
Matahari yang nggak terbit hingga puluhan hari di Utqiagvik adalah peristiwa Polar Night alias Malam Kutub. Peristiwa ini disebabkan oleh fenomena semu titik balik matahari yang sebenarnya disebabkan oleh berubahnya kemiringan bumi saat melakukan revolusi (bumi mengelilingi matahari).
Perubahan kemiringan ini selain membuat belahan bumi utara mengalami musim dingin pada pergantian tahun juga menjadikan sebagian kecil wilayah di Alaska (AS), Finlandia, Norwegia, Swedia, Rusia, serta Greenland (Denmark) nggak terpapar sinar matahari selama berhari-hari.
Namun, ketiadaan matahari ini nggak lantas menjadikan wilayah seperti Utqiagvik gelap total. Dalam sehari, mereka bisa melihat matahari di ufuk laiknya sunrise selama beberapa saat, yang biasanya dipakai warga untuk beraktivitas, sebelum kembali terbenam.
Pada musim dingin ini, bahkan warga setempat mengalami kesulitan untuk mengira-ira apakah hari sudah berganti atau belum. Maka, untuk mengukur pergantian hari tersebut, mereka harus menggunakan patokan jam.
Hm, bisa kebayang nggak gimana rasanya tinggal Utqiagvik pada musim dingin seperti sekarang ini ya? (Arie Widodo/E03)