Inibaru.id – Mayoritas pembeli kopi Muria adalah wisatawan dan peziarah. Otomatis, lokawisata yang terpaksa tutup selama pandemi membuat penjualan kopi menurun drastis. Imbasnya, perekonomian produsen kopi yang mayoritas dari Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus, ikut karut-marut.
Sebagai orang Kudus, saya turut merasakan kesedihan itu. Maka, saya juga turut girang saat rencana new normal diembuskan pemerintah. Para produsen kopi yang tergabung dalam Komunitas Kopi Muria (KKM) ini bercerita, paket wisata kopi yang lama mereka rencanakan sudah mulai bisa dieksekusi.
New normal memang ibarat angin segar bagi KKM. Paket wisata bertajuk "Belajar Kopi dari Hilir ke Hulu" yang tentu bisa jadi alternatif wisata edukasi di Kudus itu sudah pasti akan mengangkat ekonomi para produsen kopi juga.
Akhir pekan lalu, Sabtu (6/6/2020), KKM mengajak saya menjajal paket wisata rencana akan dibuka pada Agustus mendatang itu. Hm, sebagai penikmat kopi, kesempatan tersebut pantang saya lewatkan!
Dalam paket wisata kopi ini, nantinya pengunjung bakal disuguhi perjalanan ke kebun kopi yang luasnya ratusan hektare tersebut. Peserta juga akan diajari gimana cara memetik biji kopi yang tepat serta menikmati kopi manual brewing di kebun kopi.
Perjalanan singkat mengelilingi kebun yang ada di tengah hutan lindung ini betul-betul menyegarkan pikiran yang penat di tengah pandemi. Nggak sekadar jalan-jalan, saya juga bisa lebih dekat mengenal kopi, mulai dari pohon, biji, hingga menjadi secangkir kopi nan nikmat.
Menghargai Proses Panjang Secangkir Kopi
Secangkir kopi yang mungkin tengah kamu nikmati nggak bakal ada di situ tanpa jasa para petani kopi. Inilah alasan KKM menggarap wisata kopi tersebut. Ketua KKM Ato Pujiharto mengatakan, dia pengin gimana susah payahnya para petani memproduksi kopi lebih dihargai.
"Biji kopi melalui proses panjang untuk menghasilkan kopi specialty, dari tanam hingga panen,” ungkap Ato, sapaan karibnya. "Panen pun nggak bisa langsung dinikmati, kan?"
Proses panjang kopi ini memang saling berkelindan dan nggak bisa dipisahkan. Kendati barista mungkin menjadi pemegang takdir dari nikmatnya secangkir kopi, nggak bisa dimungkiri bahwa biji kopi telah melalui perjalanan panjang.
Di lereng-lereng pegunungan, kopi dipetik satu per satu, masuk ke roaster, dan rotor penggiling yang tentunya berperan cukup besar akan kenikmatan si hitam tersebut. Naj, perjalanan panjang secangkir kopi inilah yang pengin disajikan Ato dan kawan-kawan.
“Biar tahu rekosone (sulitnya) para petani dalam menghasilkan kopi,” kata dia.
Menyasar Pencinta Kopi
Kopi, siapa yang nggak menyukainya? Selain air putih dan teh, agaknya kopi menjadi minuman ketiga yang digemari orang Indonesia. Nah, para pencinta kopi inilah yang mereka sasar, tentu saja tanpa mengesampingkan calon pengunjung lain.
"Bisa juga kelompok akademisi, pelajar, instansi, dan lain-lain, dan tentu saja pencinta kopi," jawab Ato, menanggapi pertanyaan yang saya lontarkan di tengah perjalanan, terkait siapa sasaran mereka.
Untuk memberikan edukasi paripurna tentang kopi dalam paket wisata, KKM menggandeng Java Legend Coffee Producer, Roastery, Lab, and Education. Jadi, nantinya kamu bisa belajar tentang kopi langsung dari ahlinya, lo!
“Selain konsultasi dengan Java Legend Lab yang selalu support, kami juga koordinasi dengan Dinas Pariwisata (Kabupaten Kudus),” terangnya.
Untuk menikmati paket wisata lengkap dengan semua fasilitas "Belajar Kopi dari Hilir ke Hulu" itu, kamu cukup merogoh kocek antara Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu. Tengan, KKM cukup ketat dalam menerapkan protokol kesehatan, kok.
Nantinya, agar lebih mudah dalam pengawasan, peserta wisata akan dibatasi. Masker juga menjadi peranti wajib yang harus dikenakan selama menikmati perjalanan panjang untuk secangkir kopi tersebut.
Ah, saat dibuka nanti, sudah pasti saya akan menjajal paket wisata ini lagi! Saya menyukai kopi, sudah pasti saya juga menghargai para petaninya. Yuk, ngopi! (Rafida Azzundhani/E03)