Inibaru.id – Hari itu mobil pemadam kebakaran keluar dari Kelenteng Fuk Tet Chi di pusat Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Suara sirinenya menambah keramaian lalu lintas. Iring-iringan mobil pemadam kebakaran swasta ini menuju ke sebuah masjid.
Bukan untuk mengatasi kebakaran di masjid tersebut, Millens. Para pemadam kebakaran swasta Tua Pekong ini hendak melakukan penyemprotan desinfektan. Dua patung naga di dekat gerbang seolah ikut mengantar mereka menjalankan tugas.
Para anggota adalah warga keturunan Tionghoa yang dengan sigap membantu masyarakat tanpa membedakan ras, suku, atau agama. Ya, agaknya nggak berlebihan jika Singkawang menyandang predikat kota paling toleran di Indonesia. Kamu nggak akan kecewa dengan harmoni masyarakatnya.
“Kami tahu informasi dari internet bahwasanya Covid-19 sangat memprihatinkan,” kata Dicky, Komandan BPKS Tua Pekong kepada Tim Ekspedisi Kalimantan Bakti untuk Negeri.
Jaringan internet nyatanya telah memberikan manfaat yang sangat besar dalam berbagai bidang di Singkawang. Kini, memberikan edukasi kesehatan juga lebih mudah. Emi Rosanty misalnya.
Menurutnya, memberikan penyuluhan melalui internet sangat penting. Masyarakat dapat memahami langsung bahaya penyakit menular. Jaringan internet juga digunakan puskesmas untuk mendukung pelayanan kesehatan. Nggak jarang, Emy mengajari orang-orang yang hadir dalam penyuluhan cara menggunakan internet.
“Hampir setiap orang memiliki handphone. Kami harap mereka bisa memberdayakan diri,” kata Emy.
Emy berharap masyarakat bisa mengakses internet untuk mencari tahu informasi mengenai kesehatan. Hm, jaringan internet memang sangat bermanfaat ya?
Asal kamu tahu, di Singkawang inilah proyek Palapa Ring Barat I dimulai. Dengan proyek ini, Kominfo melalui Bakti menyediakan infrastruktur berupa internet cepat untuk masyarakat.
“Internet bisa menjadi alat pemersatu bangsa apabila kita pakai baik,” kata Walikota Singkawang Tjhai Chui Mie. Kebijaksanaan dalam penggunaan internet memang penting ya, Millens?
Internet Merawat Tradisi
Kini, berkat internet melakukan promosi menjadi sangat mudah. Budaya dan tradisi Singkawang yang luar biasa bisa disebarluaskan ke berbagai wilayah. Nyatanya juga, keberadaan internet juga berperan dalam menjaga tradisi di Kota Seribu Menara ini.
Zaman modern nggak serta merta membuat masyarakat boleh melupakan tradisinya. Di Suku Dayak, terdapat tradisi menyumpit. Dulu ini digunakan untuk berburu oleh lelaki Dayak.
Meski metodenya sangat sederhana, tingkat akurasinya mencapai 200 meter lo. Senjata ini juga mematikan karena sering dibubuhi getah beracun atau bisa ular. Sekarang, budaya menyumpit dijadikan ajang olahraga dan dilestarikan melalui internet.
Bayangkan kalau internet nggak ada. Kamu yang tinggal jauh dari Kalimantan nggak akan tahu senjata legendaris ini kan? He (IB28/E05)