Inibaru.id - Setiap sudut Kota Semarang punya cerita uniknya sendiri-sendiri. Salah satunya adalah Kampung Kranggan Dalam. Di sana, ada sebuah kolam kecil yang dikenal dengan nama Sendang Nyi Renggo.
Lokasi sendang ini ada di RT 3/RW 1 kampung tersebut. Beda dengan sendang-sendang di tempat lain yang biasanya ada di tempat yang lebih terbuka dan dinaungi pepohonan berukuran besar, Sendang Nyi Renggo berada di tengah sempitnya lorong antar-rumah warga.
Bagi orang yang nggak tahu soal sendang ini, pasti akan mengiranya sebagai kolam biasa. Apalagi, bentuknya juga biasa saja. Padahal, Sendang Nyi Renggo punya cerita sejarah yang cukup menarik.
Kalau menurut Ketua RT 1 Agus Heriawan, sendang ini sudah eksis sejak masa perjuangan kemerdekaan, Millens.
“Ini cukup lama. Dulu sendang ini kelihatan dari ujung jalan Kranggan Dalam. Tapi karena pertumbuhan rumah semakin banyak, akhirnya sendang ini tertutup,” cerita laki-laki berusia 50 tahun tersebut, Senin (8/8/2022).
Gorong-Gorong Tempat Bersembunyi
Agus juga pernah mendengar dari sesepuh kampung kalau dulu sendang tersebut nggak berupa kolam, melainkan berfungsi sebagai gorong-gorong tempat masyarakat pribumi bersembunyi dari tentara penjajah.
Konon, gorong-gorong tersebut menembus Gang Pinggir Pecinan. Soalnya, di sana juga ada sendang lainnya.
“Kemungkinan besar tembus ke situ,” ungkap Agus.
Siapakah Nyi Renggo?
Lantas, kok bisa diberi nama Sendang Nyi Renggo? Ternyata, di gorong-gorong tersebut, ada makam Nyi Renggo yang bersebelahan dengan makam Ki Renggo, suaminya. Makamnya jelas nggak kelihatan karena sudah tenggelam oleh air yang nggak pernah surut.
Soal dari mana air bisa muncul di gorong-gorong tersebut, Agus juga nggak begitu mengerti. Dia hanya menyebutnya karena fenomena alam saja.
Nyi Renggo adalah salah satu sesepuh kampung yang sangat dihargai pada zaman dahulu. Sampai sekarang, warga pun masih menghormati sehingga setiap kali Bulan Sura tiba, warga akan membersihkan dan menguras sendang tersebut.
Dulu, warga bahkan sampai mementaskan wayang saat Bulan Sura tiba. Tapi, karena biaya pementasan cukup memberatkan warga sekitar, kini diganti dengan selamatan sederhana saja.
Bagi warga di luar Kampung Kranggan Dalam, Sendang Nyi Renggo dianggap mistis. Bahkan ada yang datang dengan membawa sesaji.
Namun, bagi warga sekitar, sendang ini hanyalah sendang biasa yang kebetulan jadi tempat makam sesepuh yang dihormati.
“Kami ingin mengubah stigma (mistis). Sendang Nyi Renggo ini sebagai bagian kampung yang harus dihormati dan dijaga, namun bukan disembah,” pungkas Agus.
Kamu yang tahu dan sering melintas di kawasan Kranggan, Semarang, apa pernah melihat sendang ini, Millens? (Ayo/IB09/E10)