Inibaru.id - Tinggal di pedalaman kawasan Pegunungan Kendeng, Provinsi Banten dan jauh dari pusat perkotaan, bagaimana cara masyarakat Suku Badui berobat ketika terserang penyakit tertentu?
Suku Badui sebetulnya sama seperti manusia pada umumnya. Mereka juga rentan sakit demam, pusing, diare dan pelbagai penyakit lainnya. Apakah mereka diperbolehkan mengonsumsi obat-obatan?
Menurut tokoh Suku Badui Dalam, Karmain, dalam menangani permasalahan penyakit ringan, masyarakat Suku Badui masih menggunakan obatan herbal dari tanaman sekitar. Jadi, bukannya membeli obat di apotek, pengobatannya di sana masih menggunakan cara-cara tradisional.
Namun, untuk penyakit-penyakit tertentu, masyarakat Suku Badui Dalam maupun Suku Badui Luar nggak dipermasalahkan jika harus berobat ke layanan kesehatan seperti puskesmas, asalkan telah melalui persetujuan tokoh adat.
"Kami selalu bermusyawarah (penyakit) mana yang bisa dibantu medis, mana yang tidak bisa. Jadi, tidak bisa bebas seperti di luar, karena kami harus patuh pada aturan adat," ucap Karmain.
Lelaki yang dipercaya sebagai juru bahasa Suku Badui Dalam itu memaparkan, ketersediaan tanaman yang dijadikan ramuan obat-obatan herbal di hutan ulayat (hutan bersama masyarakat adat) sangat melimpah. Bahkan ada masyarakat yang menanam jenis tanaman tertentu di sekitar perkarangan rumah.
Karmain lalu membeberkan beberapa khasiat tanaman seperti daun kaca piring yang bisa menyembuhkan penyakit demam, serta daun jambu batu yang mampu mengatasi penyakit diare.
"Ramuan obat-obatan herbal, misalkan untuk sakit kepala dan sering buang air besar sudah dikasih tahu secara turun-temurun. Dari ayah ke anak, anak ke cucu," jelasnya.
Rutin Konsumsi Ramuan Herbal
Sebelum melakukan aktivitas berat seperti pergi ke ladang, Warga Badui Luar, Asmin, rutin setiap pagi mengosumsi ramuan penambah stamina dari daun kiperuh atau daun sendok.
Cara membuatnya sangat sederhana yaitu dengan memetik beberapa daun sendok, lalu memasukkannya ke dalam gelas berisikan air hangat. Setelah didiamkan beberapa menit, ramuan penambah stamina tersebut bisa langsung diminum. Menurut Asmin, rasanya memang pahit tapi khasiat untuk tubuh nggak bisa diragukan lagi.
"Selain buat penambah stamina, (ramuan) daun sendok bisa untuk digunakan ketika meriang, pegal linu dan asam urat," ujar Asmin.
Sementara itu, jika lelaki yang juga berprofesi sebagai guide lokal itu mengalami penyakit ringan seperti batuk, ramuan dari tuak awi tepus bisa jadi peredanya.
Nah, sudah terjawab, kan? Jadi, masyarakat Suku Badui ini lebih mengutamakan ramuan herbal terlebih dahulu ketika mereka sakit. Sebuah kebiasaan yang bisa banget kita tiru ya, Millens? (Fitroh Nurikhsan/E10)