Inibaru.id - Kalau kamu pernah ke Bali pasti nggak asing dengan yang namanya sesajen. Sebab salah satu perangkat kebudayaan Bali ini selalu hadir di berbagai tempat. Entah itu tempat umum maupun khusus seperti kantor atau lembaga. Bahkan sampai ada mitos mistis jika sesajen tersebut diinjak atau dirusak maka kita akan mendapat musibah.
Nah, sebetulnya apa sih sesajen itu? Dan kenapa selalu hadir di setiap tempat?
Jadi, sesajen yang sering ditemui di depan rumah atau di tepi jalan disebut “Canang Sari”. Dibanding sesajen jenis lain di Bali, canang sari ukurannya paling kecil.
Adanya canang sari di setiap tempat ternyata merupakan salah satu wujud ucapan terima kasih masyarakat Bali kepada Sang Hyang Widhi Wasa. Persembahan ini juga berarti berserah diri atas materi dan waktu kepada Yang Maha Kuasa.
Canang sari terdiri dari janur untuk wadah segi empat sebagai simbol kekuatan Ardha Candra atau bulan, dan porosan (isian) berupa pinang, sirih, daun janur, serta kapur sebagai simbol Tridharma Hindu Bali, yakni Dewa Brahma, Dewa Wisnu, serta Dewa Siwa.
Kemudian di dalammya juga diisi dengan irisan tebu, pisang, dan kue-kue khas Bali. Lalu ada sampaian urasari yang berbentuk bulat untuk meletakkan bunga.
Bunga yang menjadi bahan canang sari harus segar dan harum, sebagai simbol ketulusan dan kesucian. Nggak ketinggalan bunga yang dibentuk rampai, sebagai simbol kebijaksanaan.
Pemeluk agama Hindu membuat dan menempatkan canang sari setiap hari. Kalau ada di pinggir jalan, ada yang berharap agar orang-orang diberikan keselamatan dalam hidupnya.
Ada mitos yang mengatakan orang yang menginjaknya akan mendapat celaka. Perkara benar atau nggak, kamu perlu ingat bahwa sesajen di Bali merupakan bentuk doa umat Hindu kepada Tuhannya. Jadi jangan sampai dengan sengaja merusaknya.
Jadi begitulah penjelasan banyaknya sajen di Bali ya, Millens. (det/IB28/E05)