Inibaru.id – Berada di ketinggian kurang lebih 1.300 meter di atas permukaan laut (mdpl), wajar jika Desa Jombong, Kecamatan Boyolali, punya iklim yang sejuk. Lokasinya yang ada di lereng timur Merapi, dekat dengan Puncak Gunung Bibi, juga membuatnya kerap dijadikan area berkemah.
Apalagi, di sana ada Camping Ground Londonsari yang berada di Dukuh Londonsari dengan pemandangan alam yang cantik. Maklum, selain bisa menikmati pemandangan alam Merapi yang gagah di siang hari, saat malam, kamu juga bisa melihat city light Boyolali yang menakjubkan di sana.
Tapi yang kita bahas bukanlah camping ground tersebut, melainkan penamaan dari Dukuh Londonsari yang ada di Desa Jombong. Maklum, kalau dicermati, ada kesan mirip dengan Ibu Kota Inggris, London. Apalagi, orang Jawa juga menyebut orang-orang kulit putih dengan Londo. Apakah memang asal dari nama dukuh ini terkait dengan bangsa penjajah dari Eropa pada zaman dahulu?
Usut punya usut, ternyata nggak ada kaitan nama Dukuh Londonsari dengan orang kulit putih atau bangsa penjajah. Soalnya, nama dukuh ini bahkan sudah eksis sebelum mereka datang. Ceritanya justru terkait dengan seorang anak kecil yang meninggal.
“Kalau menurut cerita rakyat turun-temurun,konon dulu hanya ada tiga keluarga yang hidup di sisi atas Dukuh Londonsari. Nah, salah seorang anak dari keluarga tersebut meninggal saat musim kemarau, pas air sulit dicari,” ungkap salah seorang sesepuh Desa Jombong Tri Kartono sebagaimana dilansir dari Espos, Selasa (21/1/2025).

Warga hanya menemukan cekungan dengan air yang sangat sedikit. Airnya sendiri sudah tercampur dengan abu dan tanah yang dikenal warga sebagai banyu londo. Tapi warga tetap memandikan jenazah dengan air tersebut.
“Tiba-tiba usai memandikan jenazah sang anak, hujan dan angin kencang turun. Warga urung memakamkan sang anak menunggu hujan reda. Tapi, jenazah anak kemudian hilang,” lanjut Tri Kartono.
Lalu datanglah sosok penunggu cekungan air tersebut yang bernama Mbok Siti Sundari. Dia berpesan kepada warga untuk nggak lagi mencari jenazah tersebut karena sudah dijadikan pengawalnya. Karena kejadian ini disebabkan oleh sang jenasah dimandikan dengan banyu londo, wilayah tersebut kemudian diberi nama London, meski jika diucapkan lebih mirip seperti ‘klondon’.
Longsor besar di Dukuh London membuat banyak warga berpindah ke sisi dukuh bagian bawah yang lebih aman. Nah pemindahan ini bikin nama dukuh juga ikut berubah jadi Londonsari.
“Biasanya memang kalau ada pemindahan dukuh, nama barunya diberi tambahan Sari,” jelas Tri Kartono.
Wah, siapa sangka ya, kisah penamaan Dukuh Londonsari di Cepogo, Boyolali ternyata cukup memilukan, Millens. (Arie Widodo/E05)