Inibaru.id – Sepintas, kue keranjang memiliki tekstur kenyal seperti dodol. Bahan pembuatnya pun hampir sama yaitu beras ketan dan gula jawa. Yang membedakan kue keranjang dengan dodol adalah bentuk, cara penyajian, dan makna filosofis di baliknya.
Kue ini memang khas Imlek, Millens. Karena itu, cara membuatnya juga nggak boleh sembarangan. Ada aturan-aturan yang kudu dipenuhi supaya kue yang dibuat sesuai dengan yang diinginkan.
Kue keranjang sebagai kudapan khas dan wajib dalam perayaan Imlek. (infojakarta.net)
Salah satu aturan tersebut adalah nggak diperkenankannya perempuan yang sedang haid atau habis melayat untuk membuat kue keranjang. Mereka juga nggak diizinkan masuk dapur saat kue dikukus. Selain itu, seseorang yang sedang menyimpan rasa jengkel atau emosi buruk lainnya juga nggak boleh ikut membuatnya. Bisa dibilang hanya orang yang suci lahir batin yang boleh memproduksinya. Meskipun sepele, namun aturan itu benar-benar diterapkan dan dipercayai hingga sekarang lo, Millens!
Ada lagi nih yang menarik tentang pembuatan kue keranjang. Lama mengukus kue ini adalah 72 jam dan api nggak boleh padam. Jadi kebayang kan gimana pengorbanan orang-orang yang memproduksi kue keranjang yang spesial ini.
Bentuk kue juga nggak pernah berubah yaitu bulat. Bentuk bulat memiliki arti harapan atas kerukunan dan kebersamaan dalam keluarga.
Produksi kue keranjang. (Suara.com)
Nggak cukup sampai di situ. Cara penyajian kue manis ini pun nggak bisa asal-asalan. Harus disusun meninggi seperti menara. Hal tersebut mengisyaratkan sebuah harapan terkait kemakmuran.
Oh iya, dalam perayaan Imlek, kue keranjang ini biasanya dijadikan sesaji terlebih dulu, Millens. Kue tersebut disimpan di tempat sesaji mulai dari enam hari sebelum Imlek. Kemudian baru boleh dimakan setelah cap go meh atau hari ke-15 setelah perayaan. Wah, lama juga ya? Hehe. (IB23/E05)