Inibaru.id – Sehari menjelang pernikahan Nawangasih, Dewi Nawangwulan turun ke bumi. Dia mengunjungi putri satu-satunya itu, yang merupakan anak hasil perkawinannya dengan Jaka Tarub. Konon, inilah yang menjadi awal tradisi Midodareni, salah satu prosesi wajib dalam pernikahan adat Jawa.
Masyarakat Jawa percaya, sehari menjelang pernikahan, para bidadari dari kayangan akan turun ke bumi untuk merapal jampi-jampi pada calon pengantin perempuan. Mereka diyakini akan menyempurnakan sekaligus mempercantik sang mempelai.
Hukum midodareni: calon mempelai dipingit! Selama enam jam, dari matahari terbenam hingga tengah malam, dia dilarang keluar kamar. Pada rentang waktu itu, dia juga pantang tidur.
Pengantin perempuan berdiam di kamar. (Thebridedebt)
Terus, haram bagi calon pengantin laki-laki melihat calon istrinya yang tengah dipingit itu. Dia hanya boleh berkunjung hingga teras rumah. Sementara, saudara atau tamu perempuan boleh mengunjungi sang gadis piningit, untuk sekadar menjenguk atau memberi wejangan.
Midodareni biasanya digelar pasca-siraman. Selama berdiam diri di kamar, sang mempelai perempuan bakal "ditemani" pelbagai seserahan yang diberikan oleh keluarga calon suaminya.
Nah, kurang lebih, begitulah prosesi malam midodareni, Millens. Inilah malam terakhir seorang calon mempelai perempuan melajang. Jadi, saat mengalaminya, mungkin kamu bisa mengevaluasi, siapkah kamu menikah, atau mungkin mau pikir-pikir lagi? Ha-ha. Jangan dong! (MG26/E03)