Inibaru.id – Klenteng Sam Poo Kong yang berlokasi di Jalan Simongan, Bongsari, Kecamatan Semarang Barat berjarak sekitar 6 km dari kawasan Pantai Marina. Tapi, kamu tahu nggak kalau klenteng tersebut dulunya adalah pantai?
Pada abad ke-15, Laksamana Cheng Ho bersandar ke Pantai Simongan karena juru mudi kapal Wang Ji Hong sakit. Saat mendarat di sana, dia menemukan sebuah gua batu yang bisa dijadikan tempat merawat anak buahnya.
Saat Cheng Ho melanjutkan perjalanannya untuk meneruskan misi perdamaian dan berdagang, Wang Ji Hong dan anak buah kapal lainnya memilih untuk tetap tinggal di Simongan. Tempat kapal Laksamana Cheng Ho bersandar itulah yang kini menjadi lokasi klenteng tersebut.
Dari cerita sejarah Klenteng Sam Poo Kong saja, kita sudah mengerti jika sebagian besar wilayah yang kini kita kenal sebagai Semarang Bawah dulunya adalah lautan.
GoodnewsfromIndonesia, (9/11/2022) menulis, pada abad ke-9, Bergota, wilayah yang kini dikenal sebagai permakaman umum terbesar di Kota Semarang, adalah sebuah pelabuhan besar pada masa Mataram Hindu. Setelah masa itu, kapal-kapal juga terbiasa bersandar di kawasan yang kini adalah Pasar Bulu sampai Simongan, tempat Cheng Ho berlabuh.
Hal yang sama juga diungkap oleh Dosen Teknik Geologi Institut Teknologi Sumatera Angga Jati Widiatma. Dilansir dari Kumparan (24/3/2020), Adi menyebut Kelurahan Gisikdrono dan Kelurahan Ngemplak Simongan atau lokasi Klenteng Sam Poo Kong berdiri adalah pantai purba pada 800 tahun yang lalu.
Hal ini berarti, pusat pemerintahan Kota Semarang yang ada di dekat Tugu Muda, pusat ekonomi di Pasar Johar, hingga kawasan wisata Kota Lama dulunya adalah lautan.
Berubah Menjadi Daratan
Lantas, bagaimana bisa kawasan yang dulunya adalah lautan kini berubah menjadi daratan? Dikutip dari Babad.id, Rabu (10/8/2022), dalam buku Sejarah Semarang yang ditulis Amen Budiman, terungkap bahwa ahli geologi dari Belanda bernama Profesor van Bemmelen memiliki peta kuno Semarang yang diambil dari tahun 1695, 1719, 1816 atau 1842, 1847, 1892, sampai 1940.
Setelah mempelajari peta-peta tersebut, van Bemmelen menemukan fakta bahwa pantai Semarang terus bergeser sampai 8 meter pertahun karena mengalami pengendapan sedimen yang cukup masif. Sejak saat itulah, daratan yang kini kita kenal sebagai Semarang Bawah ini pun terbentuk.
Saat VOC mengambil alih Semarang dari Mataram Islam pada 1678, Belanda pun melakukan pembangunan besar-besaran untuk mendukung pelabuhan dagang yang semakin ramai di kawasan Kali Semarang. Lokasi pelabuhan ini sudah bergeser jauh dari Bergota atau Pasar Bulu. Sejak saat itulah, Semarang Bawah pun mulai menjadi pusat ekonomi dan pemerintahan.
Sayangnya, pembangunan besar-besaran tersebut juga memberikan efek samping. Tanah endapan alluvial dan endapan delta yang ada di tempat yang dulu adalah lautan ternyata nggak begitu kokoh untuk menahan beban ribuan bangunan yang terus dibangun hingga sekarang. Ditambah dengan penyedotan air tanah untuk konsumsi masyarakat yang cukup masif, penurunan muka tanah di sebagian Semarang Bawah pun terjadi cukup parah.
Dampak dari hal ini pun cukup mengerikan. Banjir rob berkali-kali terjadi. Banjir besar seperti yang terjadi pada akhir 2022 lalu pun berpotensi terulang di kemudian hari. Tanah ambles juga membuat banyak rumah yang dimiliki warga terbenam.
Melihat hal ini, apakah menurutmu wilayah Semarang yang dulu adalah lautan ada kemungkinan kembali menjadi lautan, Millens? (Arie Widodo/E10)