Inibaru.id - Siapa
yang nggak tergoda dengan ramalan nasib? Sekalipun ada seseorang yang nggak
percaya, ah, saya kira itu cuma gimmick. Mau percaya atau nggak, menurut saya ramalan terutama ramalan masa depan tetap menggoda.
Saya berinisiatif mengunjungi peramal Tionghoa di Pecinan. Namanya adalah Handoyo, usianya sudah 69 tahun. Saya kira dia sudah pengalaman dan kawakan. Sayangnya, yang bersangkutan enggan difoto. Kesal juga tapi bagaimanapun saya tetap menghormati keputusannya. Selain nggak mau difoto, dia langsung membaca diri saya.
“Bentuk hidung kamu seperti itu, berarti tandanya kamu boros,” kata Handoyo. Duh, iya sih saya boros. Tapi kan borosnya untuk hal-hal penting. Batin saya membela diri.
Cara Handoyo bekerja adalah melalui baca bentuk wajah,
fengshui dan tafsir zodiak (shio). Ucapannya pada saya tadi adalah salah satu
contohnya. Selama bertahun-tahun menjadi peramal, kliennya beragam. Nggak hanya terbatas pada etnis Tionghoa.
Menjadi peramal barangkali merupakan keahlian turunan. Ayahandanya juga peramal. Handoyo sebetulnya nggak diajari secara langsung, tapi berminat dan mempelajarinya diam-diam.
“Ayah dulu seperti saya. Cuma kadang pakai unsur magic. Kalau saya kan nggak, masih penalaran dan belajar,” ujar Handoyo. “Saya berani jadi peramal ketika ayah sudah meninggal. Kalau masih hidup nanti malah saingan,” tambahnya.
Perkataan Handoyo tentang tekniknya yang masih penalaran akhirnya dia jelaskan secara terperinci. Dalam baca wajah misalnya, selain dari buku, dia mempelajari bentuk wajah orang selama bertahun-tahun.
“Organ wajah asli. Sudah bawaan lahir nggak bisa diubah sekalipun operasi. Jadi gambaran seseorang ada di wajahnya. Beda kalau ada kerusakan seperti bekas jerawat nah itu bisa diperbaiki. Tapi kalau nggak diperbaiki juga berpengaruh pada kehidupan
Begitu pula dengan fengshui maupun zodiak. Banyak orang yang sebelum membangun rumah membawa desain rumahnya ke Handoyo.
“Fengshui itu tata letak rumah. Dalam membangun rumah kuncinya ada di dapur karena di situlah sumber kehidupan. Kadang orang menganggap sepele letak dapur padahal itu bisa berpengaruh pada kehidupannya,” ucap Handoyo. “Sementara zodiak penjelasan bisa lebih panjang lagi. Semua ada hitung-hitungan dan sangkut pautnya. Dalam ikatan keluarga terutama,” sambungnya.
Memilih jalan hidup sebagai peramal memang sudah diniati benar oleh Handoyo. Salah satu contohnya adalah sampai dia nggak beristri dan beranak.
“Saya senang menjalani profesi ini. Ada kepuasan batin kalau bisa membantu orang dan berhasil. Nah, namun, profesi ini juga nggak menjanjikan penghasilan yang konsisten. Jadi saya sumpah diri saya sendiri untuk nggak memiliki istri atau anak. Nanti malah bikin susah orang lain,” ucapnya.
Dalam memosisikan diri di hadapan klien, Handoyo nggak minta untuk dipercayai. Dia lebih sepakat kalau hanya dijadikan sebagai media konsultasi. Nggak cuma itu, dia selalu berpesan kepada kliennya untuk memperbanyak amal.
“Saya selalu berpesan untuk berbuat amal dan kebaikan. Terutama kepada orang tua. Kalau kamu banyak berbuat baik tapi nggak baik terhadap orang tuamu nah itu sungguh berbenturan. Bisa menjadi karma terhadap diri kamu sendiri,” tandas Handoyo.
Oh, iya. Dalam mematok tarif, Handoyo memberi kisaran antara Rp 100 ribu sampai Rp. 250 ribu. Namun tepatnya berapa dia yang memutuskan.
“Saya lihat orangnya seperti apa dulu baru berani mematok tarif,” tutupnya.
Gimana, Millens, kamu tertarik dibaca nasibmu lewat wajah, zodiak, atau mau konsultasi fengshui? (Audrian F/E05)