Inibaru.id – Alat musik kecapi lebih dikenal berasal dari Tiongkok sejak berabad-abad lalu. Alat berdawai ini menjadi pengiring tembang-tembang merdu. Nggak hanya di Tiongkok, musik kecapi juga banyak digunakan oleh beberapa pemusik tradisional di Tanah Air. Salah satunya adalah di Sunda.
Orang Sunda tentu sudah nggak asing lagi dengan musik tradisional kacapi suling. Menjadi musik khas dari bumi Parahyangan atau Tatar Sunda, kacapi suling mempergunakan perangkat waditra Sunda yaitu kacapi dan suling sebagai alat musik utamanya.
Buat kamu yang belum tahu, kacapi (kecapi) adalah alat musik petik yang jadi pengiring musik sunda. Ada dua jenis kacapi yaitu kacapi parahu dan kacapi siter. Konon diberi nama kacapi karena dahulu alat musik ini sering menggunakan kayu pohon sentul/kecapi sebagai bahan dasar pembuatannya.
Adapun suling Sunda merupakan alat musik tiup yang terbuat dari jenis awi/bambu kecil, berkulit tipis dan berongga besar, dengan struktur yang terdiri atas sumber (lubang tiup yang terdapat pada bagian atas), suliwer (tali yang melingkar/mengikat sumber), dan beberapa lubang yang berfungsi untuk mengendalikan nada saat ditiup.
Baca juga:
Dari Lembaran Daun Lemba Terciptalah Rompi Suku Dayak Ngaju
Tarling, Nggak Ada Matinya
Biasanya jenis bambu yang digunakan adalah bambu tamiang, bambu buluh dan bambu iraten. Dari ketiga jenis bambu tersebut, bambu tamiang memiliki kulit yang lebih tipis dengan ruas yang panjang, sehingga menjadi bambu yang paling baik untuk dijadikan bahan suling. Sedangkan bambu buluh dan iraten lebih tebal dengan ruas batang yang cenderung pendek sehingga bambu ini seringkali hanya dijadikan bahan baku alternatif.
Lalu suliwer (tali ikat) seringkali menggunakan rotan cacing sebagai bahan bakunya. Bahan ini lebih dipilih karena alasan teksturnya yang tipis dan mudah dibentuk sehingga sangat cocok sebagai bahan tali. Selain itu, rotan ini juga tahan terhadap air liur sehingga bahan ini tidak akan mudah lapuk.
Memiliki 5 tangga nada yaitu Da, Mi, Na, Ti, La, kacapi suling ini selain dibawakan secara instrumental ataupun untuk mengiringi sang juru sekar (penyanyi/sinden). Namun bila menggunakan kacapi siter untuk kacapi suling, biasanya nanti akan ditambah pula dengan satu set kendang dan satu set Gong.
Mengutip Jabarprov.go.id (22/12/2010), menggunakan tangga nada atau laras salendro, pelog ,atau sorog, lagu-lagu yang dilantunkan dengan kacapi suling biasanya akan dilantunkan secara anggana sekar atau rampak sekar. Beberapa lagu yang bisa dinyanyikan secara anggana sekar yaitu "Malati di Gunung Guntur", "Sagagang Kembang Ros", dan lain sebagainya. Sedangkan untuk rampak sekar di antaranya "Seuneu Bandung", "Lemah Cai", dan lain sebagainya.
Nah, biasanya kamu dapat mendengarkan musik kacapi suling ini saat berada di rumah makan Sunda atau acara hajatan yang memakai adat Sunda dengan kacapi suling sebagai musik pengiringnya. Ya, musik ini memang kerap digunakan sebagai pengiring acara-acara tradisional khas Sunda seperti acara ngaras dan siraman panganten Sunda, siraman budak sunatan, atau siraman tingkeban.
Dalam perkembangannya, kacapi suling nggak hanya dimainkan instrumental saja, tapi juga disajikan lagu-lagu yang rumpaka-nya disesuaikan dengan kebutuhan acara yang akan dilaksanakan. Biasanya lagu yang disajikan diambil dari lagu-lagu seperti "Candrawulan", "Jemplang Karang", "Kapati-pati" atau "Kaleon". Ada pula yang mengambil lagu-lagu kawih atau lagu panambih pada tembang Sunda seperti "Senggot Pangemat", "Pupunden Ati" dan lain-lain.
Baca juga:
Tarling (Tetap) Legenda Pantura
Jaranan, Nggak Sekadar Naik Kuda Tiruan
Oya, di samping perangkat kecapi dan suling, ada pula perangkat kecapi biola dan kecapi rebab yang membawakan lagu-lagu yang sama. Dalam penyajiannya, kecapi memainkan bagian kerangka iramanya, sedangkan bagian lagunya dimainkan oleh suling, biola, atau rebab.
Nah, kalau sobat Millens ingin belajar Kacapi Suling, kamu bisa mempelajarinya dengan meniru dari kaset kacapi suling yang banyak beredar. (ALE/SA)