Inibaru.id - Berwisata nggak melulu harus pergi ke tempat-tempat jauh yang menghabiskan banyak uang. Terkadang, pengalaman itu bisa didapatkan di sekitar kita juga, lo. Khususnya di wilayah-wilayah yang masih kental akan tradisi lokal seperti Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
Pada bulan "apit", yang jatuh pada bulan antara Idulfitri dengan Iduladha seperti sekarang ini, kota yang berjarak sekitar 80 kilometer dari Kota Semarang itu biasanya menggelar tradisi sedekah bumi atau biasa disebut kabumi. Beberapa desa masih melestarikannya, termasuk di Gulangpongge.
Desa di Kecamatan Gunungwungkal yang terkenal dengan agrowisatanya ini tiap tahun menggelar tradisi sedekah bumi yang dipusatkan di lereng timur Pegunungan Muria yang berada pada ketinggian 650 mdpl.
Tahun ini, ritual tahunan tersebut digelar pada Kamis, 30 Mei 2024 lalu. Kepala Desa Gulangpongge Kuntardi mengatakan, tradisi sedekah bumi digelar sebagai wujud rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas hasil bumi yang melimpah.
Dimeriahkan Berbagai Atraksi
Perwujudan rasa syukur tersebut dirayakan dengan menggelar berbagai atraksi, mulai dari pawai budaya hingga pentas kesenian. Kuntardi mengatakan, tiap tahun aksi budaya ini selalu berhasil menarik minat ribuan pengunjung, baik warga setempat maupun wisatawan dari luar daerah.
"Karnaval budaya pagi ini ada barongan, tong tek, arak-arakan pucak, drumband, dan banyak lagi. Jadi, selamat menikmati," ujar Kuntardi dalam sambutannya, Kamis (30/5).
Menurutnya, tradisi sedekah bumi tersebut saat ini telah menjadi salah satu daya tarik pariwisata di Pati. Dengan adanya tradisi sedekah bumi tersebut, dia berharap desanya bakal dikunjungi lebih banyak wisatawan, mengingat Gulangpongge termasuk desa wisata unggulan di Bumi Mina Padi.
"Semoga nggak hanya agrowisata kita yang terkenal, tapi juga tradisi dan budaya warisan leluhur seperti sedekah bumi ini menjadi wisata budaya baru dan bisa dikenal wisatawan dari luar daerah," terang lelaki 57 tahun itu.
Karnaval, lalu Kondangan
Prosesi sedekah bumi di Desa Gulangpongge dikemas dengan kirab budaya yang bisa diikuti dan dinikmati oleh wisatawan dan masyarakat desa. Dalam prosesi ini, terdapat acara kondangan dan doa bersama di punden desa setelah kirab selesai.
"Setelah karnaval, ada kondangan di punden Desa Gulangpongge yang bisa diikuti semua orang. Silakan untuk ikut serta meramaikan," ajak Kuntardi menutup sambutannya.
Tradisi sedekah bumi di Desa Wisata Puncak Gulangpongge bukan hanya mempertahankan budaya leluhur, tetapi juga membuka peluang besar bagi desa untuk dikenal lebih luas.
Dengan semangat kebersamaan dan gotong royong, Desa Gulangpongge siap menyambut wisatawan yang ingin merasakan kearifan lokal dan keindahan alam yang memukau. (Rizki Arganingsih/E03)