Inibaru.id – Hasil scrolling media sosial saat bermalas-malasan pada akhir pekan ini membuat saya menemukan sebuah informasi menarik, yaitu tentang Doljabi, sebuah tradisi di Korea yang m mirip dengan Tedak Siten yang populer di kalangan orang Jawa.
Hal ini tentu bikin saya keheranan karena adanya jarak yang cukup jauh di antara Semenanjung Korea dan Pulau Jawa.
Saking penasarannya, saya pun sampai menanyakan hal ini ke rekan saya yang merupakan penduduk asli Korea, Arum. Perempuan yang saat ini tinggal di Suwon itu membenarkan adanya tradisi tersebut.
“Doljabi, ya? Aku melakukannya untuk kedua anakku pas mereka merayakan ulang tahun pertama atau yang di sini disebut dengan doljanchi,” ucap ibu dari anak berusia 8 dan 6 tahun tersebut via pesan Instagram pada Minggu (4/5/2025).
Memangnya, semirip apa tradisi ini dengan tedak siten yang kalau diartikan secara harfiah berarti "menginjak tanah" ini? Sebelum membicarakan kesamaannya, kita bahas perbedaannya dulu ya.
Masyarakat Jawa biasanya menggelar tedak siten saat bayi berusia sekitar 7-8 bulan. Sementara itu, doljanchi digelar saat sang bayi merayakan ulang tahun pertamanya.
Dalam tradisi tedak siten, bayi bakal dituntun sampai kakinya menginjak bubur, lalu diminta menaiki tangga buatan, dan dimasukkan ke dalam kurungan ayam bersama benda-benda tertentu.
Benda-benda dalam kurungan itu biasanya terdiri atas buku, pulpen, bola, uang, dan lain-lain. Masyarakat meyakini, benda yang diambil kali pertama oleh sang bayi itulah yang bakal jadi pekerjaan sumber rezeki sang bayi saat sudah tumbuh dewasa kelak.

Nggak jauh berbeda dengan tedak siten, saat perayaan doljanchi, bayi yang sudah mengenakan pakaian tradisional Korea bakal diminta untuk melakukan doljabi, yaitu mereka dibiarkan duduk di atas tanah atau permukaan lainnya di mana sekelilingnya diberi benda seperti buku, peralatan menjahit, uang, mobil-mobilan, stetoskop, dan lain-lain.
Sama dengan tedak siten, benda yang dipilih sang bayi juga dipercaya akan menjadi sumber pendapatannya saat dewasa kelak.
“Anakku pertama mengambil mainan stetoskop, jadi kakeknya mengira dia besok bakal jadi dokter, sedangkan anak yang kedua mobil-mobilan sehingga dikira bakal punya karier terkait dengan mobil. Tapi sekarang hobi mereka malah menggambar. Jadi ya aku nggak tahu mitos benda yang diambil pertama bakal jadi kerjaannya itu apa bukan,” terangnya.
Konon, perayaan ini penting banget di Korea karena pada zaman dahulu, cukup sering bayi yang nggak bisa bertahan lebih dari setahun akibat terkena penyakit dan sistem imunnya belum kuat.
Maka, jika sudah mampu bertahan sampai 1 tahun, orang tua sampai menggelar perayaan doljanchi yang meliputi tradisi doljabi itu.
“Yang bersemangat melakukan tradisi ini malah orang tuaku. Maklum, anakku adalah cucu pertama mereka. Dan pas perayaan ini, keluarga besar jadi ikut berkumpul. Acaranya menyenangkan,” pungkas Arum.
Hm, siapa sangka Indonesia dan Korea ternyata punya tradisi yang mirip. Di sini tedak siten, di sana ada doljabi. Menarik banget ya, Millens? (Arie Widodo/E10)