“Dulu pas saya kuliah di Undip Pleburan, ngekosnya di Jalan
Gergaji Pelem. Jujur dulu aku pikir namanya seperti itu karena mengira di sini
ada tempat penggergajian kayu mangga atau bagaimana, Tapi sampai lulus kuliah
pada 2010, sama sekali nggak nemu di mana lokasi tempat penggergajian kayu
tersebut,” ucap Adi yang kini bekerja sebagai seorang ASN di Jakarta, Kamis
(26/12/2024).

Rasa keheranan Adi bisa dimengerti karena nyatanya nama
Kampung Gergaji sama sekali nggak terkait dengan tempat penggergajian kayu.
Realitanya, nama ini justru berasal dari sebuah bangunan megah bernama Istana
Gergaji.

Tapi jangan bayangkan bentuk bangunan Istana Gergaji seperti
kastil atau istana kerajaan yang super megah, ya? Bangunan Istana Gergaji ini
masih eksis hingga sekarang, tapi lebih dikenal dengan nama Kantor Otoritas
Jasa Keuangan yang berlokasi di Jalan Kyai Saleh Nomor 12-14. Lantas, dari mana
sebutan Istana Gergaji ini berasal?

Ceritanya, pada akhir abad ke-19 lalu, hidup seorang
konglomerat bernama Oei Tiong Ham, dia lebih dikenal sebagai Raja Gula dan Raja
Candu dari Kota Semarang. Nah, salah satu bukti kedigdayaannya, dia membangun
Istana Gergaji di lahan seluas 81 hektare itu.

Nggak hanya bangunan megah dan taman yang luas, di sana ada
danau berukuran kecil dan kebun binatang mini. Wajar jika pada area ini
kemudian jadi daya tarik masyarakat sekitar, deh.

“Sampai 1950-an, masyarakat masih sering mengunjungi istana
tersebut setiap kali ada pertunjukan atau acara besar,” ucap anggota Korps
Musik Istana Bapak Adji Muska sebagaimana dilansir dari Kumparan, (20/10).

Pada 1955, karena terbukti melakukan aktivitas ilegal, Oei
Tiong Ham akhirnya diadili pemerintah. Aset-asetnya disita pemerintah, termasuk
Istana Gergaji. Bangunan istana sempat dijadikan tempat latihan prajurit
militer sebelum akhirnya dipakai OJK sejak 2015. Sayangnya, kawasan yang dulu
jadi kebun binatang mini, taman yang luas, hingga danau-danau kecil berubah
jadi kawasan permukiman yang bisa kamu temukan di Jalan Gergaji Balekambang.

Meski begitu, karena sangat ikonik, nama Istana Gergaji
kemudian diadopsi warga sekitar sebagai nama kampung mereka, yaitu Kampung
Gergaji. Dari sanalah nama kampung yang sangat unik di Kota Semarang ini
berasal, Millens. (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Buat kamu yang pernah masuk ke kampung
yang ada di belakang bangunan Polda Jawa Tengah atau Kantor Gubernur Jateng,
pasti pernah keheranan dengan nama kampung tersebut, yaitu Kampung Gergaji.
Kepikiran nggak apa sejarah dari penamaan kampung ini?

Gergaji adalah salah satu dari dua kampung yang ada di
Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang yang punya batas
wilayah Jalan Kyai Saleh, Jalan Pandanaran, Jalan Veteran, dan Jalan Pahlawan.
Satu kampung lainnya di kelurahan tersebut adalah Kelurahan Mugas.

Kampung Gergaji memiliki kisah menarik. Bukan berkaitan dengan alat pertukangan, tapi sebuah istana megah nan mewah yang kini menjadi kantor OJK.

Menguak Sejarah Asal Penamaan Kampung Gergaji di Kota Semarang

Syarat tersebut adalah yang membeli
berasal dari kelompok masyarakat tertentu yang sudah memiliki surat rekomendasi
khusus.

“Contohlah kelompok petani,
nelayan, dan pelaku UKM yang punya surat rekomendasi masih diperbolehkan
membeli BBM subsidi (sekarang Pertalite), asalkan bisa menunjukkan surat
rekomendasi,” terang Heppy sebagaimana dinukil dari Kompas, (Jumat 27/12/2024).

Alasan hanya mereka yang boleh
membeli BBM dengan jeriken adalah agar penyaluran BBM subsidi benar-benar tepat
sasaran ke orang yang memang membutuhkan. Makanya, siapa saja yang
diperbolehkan membeli BBM subsidi dengan jeriken suda ditentukan oleh
pemerintah melalui dinas atau instansi terkait.

“Dinas atau instansi terkait sudah
menyesuaikan volume pembelian BBM sesuai dengan kebutuhan dan besar usahanya,”
lanjut Heppy.

Lebih lanjut, Heppy nggak
menyarankan siapa saja memakai jeriken dari bahan plastik ntuk membeli BBM di
SPBU karena kurang aman dan bisa menyulut kebakaran. Bakal jauh lebih baik
kalau kamu memakai jeriken dari bahan aluminium.

Hm, ternyata masih boleh ya membeli
BBM Pertalite dengan jeriken di SPBU. Tapi, hanya orang tertentu saja yang boleh melakukannya, Millens.
(Arie Wododo/E05)

Inibaru.id – Terkadang,
karena kurang cermat dalam mengecek indicator, kendaraan bermotor kita
kehabisan bahan bakar minyak (BBM) dan akhirnya mogok. Untuk kembali bisa
menyalakannya, mau nggak mau kita harus membeli BBM di SPBU dengan menggunakan
jeriken di SPBU. Tapi, terdapat sejumlah pihak yang menyebut kita sebenarnya
sudah nggak boleh membeli BBM jenis Pertalite dengan jeriken di SPBU.

Sebenarnya, selain orang yang
kehabisan BBM untuk kendaraan bermotornya, ada juga sejumlah penjual bensin
eceran yang juga membeli BBM jenis Pertalite di SPBU dalam jumlah besar untuk
dijual kembali di tempat lain. Tapi, biasanya untuk mengakali hal ini mereka menggunakan
mobil atau sepeda motor dengan kapasitas tangki cukup besar sehingga bisa
menampung BBM dalam jumlah cukup banyak sebelum kemudian dipindah ke
botol-botol ukuran 1 literan untuk dijual kembali.

Tapi, sebenarnya apakah memang kita
sudah benar-benar nggak bisa membeli BBM Pertalite dengan jeriken di SPBU
Pertamina? Terkait dengan pertanyaan ini, Corporate Secretary Pertamina Patra
Niaga Heppy Wulansari menyebut masyarakat tetap boleh memakai jeriken untuk
membeli BBM Pertalite di SPBU. Tapi, ada syaratnya.

Kabarnya, kalau pengin membeli BBM Pertalite di SPBU, harus membawa surat rekomendasi, benar nggak, ya?

Masih Boleh Nggak Ya Beli Pertalite dengan Jeriken di SPBU?

“Intinya kami gotong-royong dengan pihak-pihak yang mau
menyumbangkan kemampuan mereka untuk membantu sekaligus membahagiakan para
pengantin,” jelas Ryan sebagaimana dilansir dari Kompas, Jumat (28/12/2024).

Nah, khusus untuk tahun ini, programnya akan digelar pada
2-10 Januari 2025. Kamu yang tertarik bisa lo mendatangi acara yang digelar di
Kantor Urusan Agama (KUA) Sewon, Kabupaten Bantul, DIY.

Khusus untuk helatan tahun ini, kaum jomlo yang pengin mendapatkan
pasangan juga bisa ikutan dalam program ini lo. Tapi, untuk mereka,
nantinya diikutkan dalam program Golek Garwo yang jika diartikan dalam Bahasa
Indonesia bermakna ‘mencari belahan jiwa’. Program Golek Garwo ini
diselenggarakan pada 4-5 Januari 2025, Millens.

“Kami juga memfasilitasi kaum jomlo yang sedang mencari
pasangan. Sejauh ini kami menyelenggarakan program ini, setidaknya sudah ada 18
ribu pasangan yang akhirnya menikah,” lanjut Ryan.

Karena dibuka untuk umum bagi
seluruh masyarakat Indonesia, siapa saja boleh ikutan, termasuk kaum jomlo dari
luar Jawa yang pengin mendapatkan jodoh. Hal ini bikin sudah ada 400 pendaftar
yang mendaftar Nikah Gratis dan seribuan pendaftar program Golek Garwo. Meski
begitu, dari total pendaftar tersebut, hanya puluhan yang sudah dianggap memenuhi
administrasi.

Program gratis ini juga dibuka
untuk siapa saja yang berusia 19-50 tahun secara gratis dan dari semua kalangan
agama.&nbsp;

Menarik juga ya program nikah
gratis di Yogyarta ini. Kamu mau ikut mencobanya, Millens? (Arie
Widodo/E05)

Inibaru.id – Di Yogyakarta, terdapat program nikah
gratis yang sudah berlangsung selama 18 tahun. Program ini cukup
menarik karena nggak hanya melayani mereka yang pengin menjalankan pernikahan,
mereka yang berstatus kaum jomlo juga bisa mendapatkan pasangan, lo dari
program ini.

Yang menyelenggarakan program ini adalah Forum Taaruf Indonesia
(Fortais) Daerah Istimewa Yogyakarta dan organisasi Nikah Bareng Nasional. Kali
pertama program ini digelar adalah setelah gempa bumi Yogyakarta
meluluhlantakkan kota tersebut pada 2006 lalu.

Menurut keterangan Ketua Fortais DIY Ryan Budy Nuryanto,
program ini diselenggarakan untuk merealisasikan harapan sejumlah pasangan yang pengin
mendapatkan pernikahan sesuai dengan impiannya.

Nggak hanya program nikah gratis, ada juga program golek garwo untuk mencari pasangan. Program ini akan digelar di Yogyakarta dari 2-10 Januari 2025.

Sudah 18 Tahun Berjalan, Begini Program Nikah Gratis di Yogyakarta

Kalau menurut dosen jurusan Sejarah dari Universitas Negeri
Sebelas Maret (UNS) Surakarta Tundjung Wahadi Sutirto, ada filosofi menarik
dari penyematan selawe untuk bilangan 25 dalam Bahasa Jawa ngoko.
Istilah ini adalah singkatan dari ‘seneng-senenge lanang lan wedok’. Jika
diartikan dalam Bahasa Indonesia, maknanya adalah masa di mana laki-laki dan
perempuan saling menyukai.

Hal ini sesuai dengan usia di mana banyak laki-laki atau
perempuan menikah atau setidaknya memikirkan tentang pernikahan di Indonesia.
Andai belum menikah pun, banyak orang Indonesia yang sudah punya pasangan di usia tersebut.&nbsp;

“Maknanya memang angka itulah, 25, jadi masa di mana laki-laki
dan perempuan saling menyenangi dan akhirnya berlanjut sampai ke jenjang
pernikahan,” ucap Tundjung sebagaimana dilansir dari Kompas,
(25/12/2024).

Di sisi lain, di Bahasa Jawa kromo, 25 dibaca sebagai
selangkung. Kalau yang ini, maknanya adalah ‘wes langkung’ atau dalam
Bahasa Indonesia bermakna sudah melewati. Maksudnya, orang di usia ini
sudah melewati masa remaja atau pubertas.&nbsp;

Karena berada di tingkat ngoko, selawe dalam
Bahasa Jawa biasanya dipakai untuk keluarga, teman, atau orang lain yang
seumuran. Kalau selangkung biasanya dipakai saat berbicara dengan orang
yang lebih tua atau saat berada di acara resmi.

Siapa sangka ya, Millens, di balik penyebutan angka 25
dalam Bahasa Jawa, ada makna yang mendalam. (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Bahasa Jawa itu susah-susah gampang
untuk dipelajari. Kosakatanya mudah dicerna dan sering kita dengar sehari-hari.
Tapi, karena punya tiga tingkatan, sebutan untuk satu benda atau kegiatan pun
jadi lebih dari satu. Penggunaan setiap kata di tingkatan yang berbeda juga
harus diperhatikan.

Kita bisa memberikan contoh sederhana berupa penyebutan
angka 25 dalam Bahasa Jawa. Di tingkatan yang paling rendah, yaitu Bahasa Jawa ngoko,
sebutannya adalah selawe. Sementara di Bahasa Jawa kromo madya dan kromo
alus, sebutannya adalah selangkung.

Angka 25 sendiri cukup menarik karena ga sesuai dengan pakem
bilangan Bahasa Jawa untuk angka 20-an. Kebanyakan angka dua-puluhan memakai
imbuhan likur di belakang angka utamanya seperti selikur untuk 21,
rolikur untuk 22, telulikur untuk 23, atau pitulikur untuk 27. Tapi, sebutannya
justru adalah selawe.

Angka 25 dalam Bahasa Jawa sedikit menyalahi pakem penyebutan bilangan di angka 20-an. Apa alasan dari hal ini, ya?

Menguak Perbedaan Makna 'Selawe' dan 'Selangkung', Angka 25 dalam Bahasa Jawa

“Kalau lihat di media sosial pernah. Tapi sejauh ini nggak
ada pernyataan resmi terkait hal tersebut dari pemerintah provinsi (Pemprov)
Jawa Tengah maupun pemerintah pusat,” ucap Kepala Bagian Pemerintahan Kabupaten
Kebumen Wahyu Siswanti sebagaimana dilansir dari Kompas, Minggu
(29/12/2024).

Bahkan, saat ada sejumlah perwakilan dari pemerintah
provinsi mampir ke Kebumen beberapa saat lalu. Nggak ada satu pun informasi
terkait adanya provinsi baru bernama Jawa Tengah Selatan. Maka dari itu, dia
pun yakin jika isu ini nggak benar, Millens.

“Beberapa waktu lalu kita banyak berdiskusi terkait
pemerintahan. Tapi nggak ada satu pun tentang provinsi baru yang kita bahas,”
lanjutnya.

Hal serupa diungkap Kepala Bagian Humas dan Protokol Biro
Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah Dicky Adinurwanto. Dia menyebut
sejauh ini nggak ada informasi atau pembahasan apapun terkait pemekaran
provinsi.

“Perlu dicek lagi soal kebenaran informasi tersebut,”
ungkapnya.

Yap, belum tentu kabar yang viral di media sosial benar
adanya. Salah satunya adalah isu tentang adanya provinsi baru bernama Jawa
Tengah Selatan. Selalu double check berita yang kamu baca di media
sosial ya, Millens untuk memastikan kebenarannya. (Arie Widodo/E05)

Inibaru.id – Dengan luas wilayah lebih dari 32 ribu
kilometer persegi, Jawa Tengah memiliki penduduk lebih dari 38 juta jiwa per sensus
2024. Hal ini membuatnya jadi salah satu provinsi dengan jumlah penduduk
terbanyak di Indonesia. Tapi, meskipun nggak begitu luas, belakangan muncul
wacana yang menyebut Jawa Tengah akan dibagi menjadi dua. Provinsi baru itu
kabarnya akan bernama Jawa Tengah Selatan dan beribukota di Kebumen.

Lokasi Ibu Kota Jawa Tengah yaitu Kota Semarang yang ada di Pantai
Utara (Pantura) memang cukup jauh dari kawasan pesisir selatan seperti Cilacap,
Kebumen, dan Banyumas. Makanya, ada kabar bahwa yang bakal masuk dalam wilayah
Provinsi Jawa Tengah Selatan adalah wilayah-wilayah eks Karesidenan Banyumas
dan sebagian wilayah eks Karesidenan Kedu seperti Banyumas, Purbalingga,
Cilacap, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Kabupaten Magelang, dan
Kota Magelang.

Tapi, meskipun di media sosial isu ini cukup ramai, nyatanya
pihak pemerintah kabupaten (Pemkab) Kebumen yang disebut-sebut bakal jadi ibu
kota provinsi malah belum tahu soal rencana tersebut.

Ada kabar yang menyebut Provinsi Jawa Tengah bakal dimekarkan jadi dua. Provinsi baru bernama Jawa Tengah Selatan disebut-sebut akan beribukota di Kebumen.

Benarkah Akan Ada Provinsi Jawa Tengah Selatan?

Jadi begini, nama kecamatan ini bermula dari cerita pendiri Kerajaan Mataram, Ki Ageng Pemanahan yang mencari saudara seperguruannya, Ki Ageng Giring.

Tatkala berhasil mencapai kediaman Ki Ageng Giring, ternyata yang pengin ditemui nggak ada di rumah. Yang ada adalah istrinya, Nyai Ageng Giring. Layaknya saat kedatangan tamu pada umumnya, Nyai Ageng Giring pun memberikan jamuan bagi Ki Ageng Pemanahan.

Tapi, Nyai Ageng Giring nggak tahu kalau minuman air kelapa yang dia jadikan jamuan seharusnya hanya boleh diminum oleh Ki Ageng Giring karena memiliki petuah. Jadi ceritanya, siapa pun yang meminum air kelapa tersebut bakal memiliki keturunan berupa raja yang akan menguasai Tanah Jawa.

Karena sudah terlanjur diminum Ki Ageng Pemanahan, Ki Ageng Giring pun akhirnya meminta Ki Ageng Pemanahan untuk nantinya membiarkan keturunan Ki Ageng Giring menjadi raja pada keturunan ketiga. Sayangnya, Ki Ageng Pemanahan hanya menyanggupinya pada keturunan ketujuh.&nbsp;

Ki Ageng Giring pun akhirnya bersikap sukolilo&nbsp;alias merelakan takdir bahwa keturunan Ki Ageng Pemanahan-lah yang nantinya bakal jadi raja-raja di Tanah Jawa. Pihak Ki Ageng Pemanahan sendiri juga dengan sadar meminta maaf ke Ki Ageng Giring karena ketidaksengajaannya meminum air kelapa bertuah tersebut.

Nah, kata 'sukolilo' yang tersebut dalam obrolan keduanya saat Ki Ageng Pemanahan diantar pulang oleh Ki Ageng Giring dan akan menyeberang di Tulang Tumenggung alias tempat penyeberangan sungai Sumber Lawang ini jadi asal penamaan Sukolilo, Millens.

Hm, ternyata memang benar ya nama Sukolilo di Pati jika diartikan adalah kerelaan. Menarik banget ya sejarah penamaannya?&nbsp;(Arie Widodo/E05)

Inibaru.id - Pertengahan tahun lalu, nama Kecamatan Sukolilo di Kabupaten Pati, Jawa Tengah viral dibahas di berbagai media karena adanya kasus bos rental mobil asal Jakarta yang tewas dikeroyok sejumlah orang. Nah, untuk saat ini, kita nggak membahas tentang kasus tersebut, melainkan membahas tentang nama Sukolilo yang terkesan mirip dengan kata 'sukarela'.

Berjarak kurang lebih 30 kilometer ke arah barat daya dari Alun-alun Pati, Kecamatan Sukolilo dikenal masih asri dengan pemandangan alam khas pedesaan. Lebih dari itu, Sukolilo juga punya cerita sejarah yang menarik yang jadi asal-usul nama kecamatan tersebut.

Jika diartikan, nama Sukolilo sekilas bermakna mirip seperti sukarela. Apakah memang sejarah penamaannya juga seperti itu?