Inibaru.id - Petumbuhan ekonomi di Tanah Air rupanya belum bisa lepas dari sektor pertanian. Hingga kini, komoditas tersebut masih menjadi pelumas penting dalam perputaran roda ekonomi dan investasi di negara ini, sebagaimana laporan dari Badan Pusat Statistik (BPS).
BPS menyebutkan, komoditas pertanian menyumbang sekitar 11,31 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia selama 2024. Data ini membuktikan bahwa sektor ini memerankan andil yang begitu besar dalam perekonomian nasional.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, sektor pertanian menempati posisi ketiga teratas untuk penyumbang PDB Indonesia.
“Kontribusi ini menjadikan sektor pertanian sebagai ketiga terbesar setelah sektor perdagangan dan industri pengolahan,” tuturnya belum lama ini.
Melampaui Sektor Konstruksi
Menempati posisi ketiga, sektor pertanian bahkan melampaui sektor konstruksi dan pertambangan yang selama ini dianggap sebagai "lahan" menjanjikan di Indonesia. Ini semakin mengukuhkan betapa pentingnya sektor ini bagi perekonomian Tanah Air.
Dengan komoditas utama seperti tembakau, kakao, dan kopi, sektor pertanian seharusnya mampu memberikan keuntungan bagi para petani. Nggak hanya petani, imbas positif juga semestinya menjangkau industri pengolahan dan manufaktur, yang berdampak pada terbukanya lapangan kerja.

Potensi itu sepertinya juga telah ditangkap Kementerian Pertanian (Kementan). Plt Dirjen Perkebunan Heru Tri Widarto mengatakan, dalam upaya untuk meningkatkan kemakmuran petani, khususnya di komoditas prioritas, Kementan saat ini telah melakukan sejumlah langkah strategis.
"Untuk komoditas tembakau misalnya, kami memberikan bantuan alat untuk pengolahan dan pascapanen. Selain itu ada program kemitraan dengan perusahaan pengolahan tembakau agar memungkinkan adanya kepastian pasar dan harga bagi petani," terang Heru.
Akses Teknologi dan Modal
Di samping memberikan adanya kepastian pasar dan harga untuk para petani, Heru menambahkan, kemitraan juga dapat membantu petani mendapatkan akses terhadap teknologi dan modal, serta pelatihan. Dengan kemitraan yang kuat, kesejahteraan petani tembakau pun diharapkan bisa meningkat.
“Kami akan terus melakukan support ke petani untuk menghasilkan tembakau dengan kualitas terbaik sesuai dengan standar pasar,” ujarnya.
Lebih dari itu, Heru menyampaikan bahwa Kementan juga memiliki program Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT). Dia mengklaim, program ini merupakan bentuk dukungan pemerintah terhadap para petani tembakau di pelbagai wilayah.
“Sekali lagi, kami berharap keberadaan dana ini bisa meningkatkan kesejahteraan petani tembakau,” paparnya.
Langkah strategis ini seharusnya cukup untuk menopang keinginan para petani yang menginginkan kesejahteraan atas dedikasi yang mereka lakukan sejauh ini. Semoga strategi dari pemerintah ini tersalurkan dengan baik, sehingga petani tetap semangat berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi nasional. (Siti Khatijah/E07)