Inibaru.id - Sebagai anak tunggal dengan orang tua yang bisa dibilang mapan, meminta modal untuk membuka usaha bukanlah hal sulit bagi Anastasia. Inilah yang membuat pengusaha barang fesyen preloved itu meremehkan bisnis pertamanya awal-awal kuliah di Yogyakarta.
"Bisnis pertama saya gagal total. Bangkrut. Nggak balik modal. Tapi dari situ saya belajar, punya modal nggak otomatis usaha bisa jalan. Banyak hal yang harus dilakukan, mulai dari strategi, managemen, dan visi misi yang jelas dari bisnis tersebut, sekecil apa pun usaha yang dijalankan," tuturnya belum lama ini.
Apa yang dikatakan Ana, sapaan akrabnya, tidaklah salah. Ketika modal sudah terkumpul, banyak pelaku UMKM pemula berpikir bahwa langkah selanjutnya hanyalah tinggal jalan. Padahal, nggak sedikit pengusaha yang justru tersandung di awal karena salah mengelola dana.
Lantas, apa saja kesalahan umum dalam penggunaan modal yang perlu dihindari?
Modal Tanpa Strategi adalah Bunuh Diri
Hingga kini, setelah tiga tahun mengembangkan bisnis fesyen yang cukup membuahkan hasil, Ana mengaku masih merasa belum pantas mendaku diri sebagai pengusaha. Hal ini nggak lepas dari kegagalan demi kegagalan yang pernah dialaminya semasa awal-awal mendirikan bisnis.
"Modal tanpa strategi adalah bunuh diri. Itu seperti kekayaan alam yang nggak dikelola dengan baik oleh negara. Jadinya hancur. Sebagai mahasiswa marketing, seharusnya saya tahu itu dari awal. Karena itulah saya merasa nggak pantas kalau disebut pengusaha. Masih terlalu dini!" terangnya.
Bagi banyak pelaku UMKM pemula, modal usaha memang terasa seperti tiket emas. Namun, justru inilah yang membahayakan. Perencana keuangan senior Aidil Akbar Madjid mengungkapkan, banyak pelaku usaha rintisan yang gagal karena nggak tahu cara mengelola modal dengan baik.
“Masalah terbesar UMKM bukan sekadar kekurangan modal, tapi ketidaktahuan menggunakan modal itu secara efektif.” paparnya pada 2023, dikutip dari Kompas TV.
Yang Membuat Gagal di Awal
Hal serupa disampaikan oleh Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM), yang dalam laporan evaluasinya menyebut bahwa lebih dari 60 persen UMKM yang gagal dalam dua tahun pertama berawal dari kesalahan dalam penggunaan modal awal.
Mari telaah kesalahan-kesalahan paling umum dan sering tidak disadari oleh pelaku usaha baru yand dirangkum dari berbagai sumber ini:
1. Menghabiskan modal untuk hal yang bukan prioritas
Banyak UMKM pemula langsung mengalokasikan dana untuk membeli peralatan mahal, sewa tempat besar, atau mendesain kemasan super-elegan, padahal produk belum dikenal pasar.
Contoh nyata: seorang pelaku usaha kuliner menghabiskan separuh modalnya untuk membeli mesin pengemas vakum otomatis, padahal permintaan belum stabil. Akhirnya, alat tersebut nggak terpakai secara optimal, sementara modal kerja tersedot.
Maka, prioritaskan modal untuk keperluan operasional pokok seperti bahan baku, produksi awal, dan distribusi. Pertimbangkan prinsip lean startup: mulai dari kecil, uji pasar, lalu skalakan.
2. Tidak memisahkan keuangan usaha dengan pribadi
Ini kesalahan klasik. Banyak pelaku UMKM mencampur rekening pribadi dengan rekening usaha. Uang modal usaha digunakan untuk keperluan pribadi, sebaliknya uang pribadi juga dipakai untuk menutupi kerugian usaha.
Menurut Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Dr Aviliani, pelaku UMKM seringkali menganggap keuangan pribadi dan usaha sebagai satu kesatuan. Ini membingungkan saat membuat laporan keuangan dan merusak pengambilan keputusan.
Solusinya, buatlah rekening terpisah untuk usaha sejak awal. Catat semua transaksi dengan rapi, meski cuma pakai buku tulis atau aplikasi sederhana seperti Excel, Buku Warung, atau Jurnal.id.
3. Terlalu cepat menambah karyawan
Saat usaha mulai ramai, ada kecenderungan untuk langsung menambah tenaga kerja padahal belum memiliki sistem operasional yang rapi. Dampaknya, tugas menjadi nggak jelas, dan gaji membengkak, sementara produktivitas justru menurun.
Maka, evaluasi beban kerja terlebih dahulu. Jika bisa diautomasi atau disederhanakan, lakukan itu sebelum menambah SDM. Pertimbangkan pekerja paruh waktu jika beban belum stabil.
4. Tidak menyisihkan dana darurat
Seperti halnya keuangan pribadi, usaha juga butuh dana darurat. Banyak UMKM kehabisan napas ketika tiba-tiba terjadi lonjakan harga bahan baku, penurunan permintaan, atau bencana seperti pandemi.
Solusinya, sisihkan minimal 10–15 persen dari modal atau pendapatan awal sebagai dana cadangan. Gunakan hanya dalam situasi mendesak.
5. Modal habis untuk promosi
Banyak pelaku usaha menghabiskan modal besar untuk satu kali promosi besar (misalnya endorse selebgram mahal) tanpa strategi lanjutan. Untuk sesaat, bisnis mungkin tampak viral, tapi nggak sustain.
Lebih baik alokasikan anggaran promosi secara bertahap. Gunakan strategi jangka panjang seperti konten organik, promosi berulang, atau kolaborasi komunitas. Kuncinya bukanlah viral, tapi konsisten.
6. Tidak mempunyai strategi bisnis
Tanpa rencana bisnis, modal bisa cepat habis tanpa arah. Menurut laporan dari International Finance Corporation (IFC), UMKM yang membuat perencanaan keuangan dan bisnis sejak awal memiliki peluang bertahan dua kali lebih besar dalam tiga tahun pertama.
Maka, penting bagi pelaku bisnis rintisan untuk membuat perencanaan sederhana berisi tujuan usaha, kebutuhan dana, target pasar, strategi pemasaran, dan proyeksi arus kas. Nggak perlu rumit, yang penting punya "kitab suci" sebagai panduan.
Usaha memang nggak bisa hidup tanpa modal. Namun, modal juga nggak akan membawa hasil jika gagal dikelola dengan bijak. Daripada buang-buang uang yang berujung pada matinya semangat berwirausaha, mulailah bisnis UMKM dengan perencanaan modal dan prioritas yang tepat. (Siti Khatijah/E10)