Inibaru.id - Terlahir di lingkungan keluarga pebisnis, membuat perempuan yang akrab disapa Rikha ini tanpa sadar menuruni jiwa bisnis orang tuanya. Sempat "terjebak" sebagai karyawan di sebuah Balai Usaha Mandiri Terpadu (BMT), akhirnya dia merasa jika menjadi karyawan bukan panggilan jiwanya.
“Jiwa saya jiwa dagang," kata Rikha, Sabtu (18/4). Kepada saya dia bercerita bahwa sedari kecil dia melihat sang ibunda berbisnis. Kenyang melihat usaha sang ibu, dia memutuskan produksi baju dalam skala kecil. Saat itu dia belum mempekerjakan penjahit di rumahnya. "Penjahitnya diluar semua,” sambungnya.
Baca Juga:
Ramai-Ramai Bikin Masker 'Cantik'Cerita terus berlanjut. Pada 2009 dia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan mulai fokus mengembangkan A-Rikna, konveksi miliknya. Sebenarnya, Rikha mulai merintis bisnis sejak 2003, saat dia masih kuliah di Universitas Muria Kudus. Tapi, usaha ini hanya sambilan. Dia belum menyadari passion-nya ada di dunia bisnis.
Siapa nyana bisnis yang awalnya cuma untuk menambah uang jajan ini berkembang pesat. Kini, Ar-Rikna telah mempunyai 30 distributor dan lebih dari 100 agen pemasaran. Wah! Produk pakaian muslim dan jilbabnya laris manis di pasaran. Alumni Fakultas Ekonomi di UMK ini juga memasarkan produknya langsung ke pasar Kliwon dan pasar-pasar di Solo.
Rikha mengungkapkan kepada saya jika pada awal produksi nggak langsung ramai pembeli. Bahkan, dia mencoba memasarkan sedikit demi sedikit produknya kepada bakul langganan orang tuanya. Awalnya, mereka menerima produk titipan Rikha karena kasihan. Tapi nggak diduga, banyak yang menaruh minat. Istri Bupati Kudus saat ini pun kepincut dan menjadi pelanggan setia produknya.
Saat ini, dia sudah memiliki 12 penjahit yang bekerja di kediamannya. Nggak cuma itu, dia juga memiliki banyak penjahit lepas yang setiap dua hari sekali datang untuk setor jahitan.
Produk utama konveksi dan butik busana muslim Ar-Rikna adalah gamis, jilbab, dan pakaian muslim anak. Tapi, saat ini masker juga ikut diproduksi. Hm, sepertinya coronalah yang menjadi ujian nyata bagi usaha Rikha. Pendapatannya ikut tergerus. Dia bahkan sempat berpikir untuk menutup konveksi karena sepi pembeli.
Karena itu dia mulai melirik masker. Gayung bersambut, masker buatannya mendapat respon positif oleh para pelanggan. Dia kebanjiran order ribuan masker.
Setelah itu, Rikha mencoba membuat jilbab cadar yang menjadi cara praktis menggunakan masker sekaligus jilbab. Terkenal dengan nama Jilbab Aisyah, jilbab produksinya ini ramai pemesan.
“Awalnya cuma bikin 100 pcs, ternyata langsung habis dan banyak yang pesen lagi,” ujar Rikha.
Ide kreatif seakan nggak pernah bosan singgah di pikirannya. Setelah masker dan Jilbab Aisyah laris manis di pasaran, dia mencoba berkreasi lagi dengan menambahkan berbagai aksesori seperti renda, payet, dan pernak-pernik bling-bling untuk mempercantik masker.
Tanpa disangka, salah seorang perancang busana terkenal di Jakarta melirik masker cantik buatan konveksi Ar-Rikna.
“Saya pasarkan secara online, Alhamdulillah designer terkenal di Jakarta, labelnya udah di sini. Jadi, bahannya dari mereka, label juga, saya disuruh produksi dengan harga yang sudah disepakati,” terangnya.
Meski begitu, Rikha mengaku jika nggak berani memproduksi masker dan jilbab cadar terlalu banyak. Sampai saat ini, dia selalu menerapkan open pre-order kepada pelanggan setianya.
"Takutnya kalau corona sudah selesai dan barang masih banyak," ungkap Rikha.
Kamu yang penasaran dengan produk-produk konveksi Ar-Rikna bisa lo datang langsung ke butiknya di Jalan Sunan Kudus, tepatnya sebelah barat parkiran Masjid Menara Kudus. Berhubung sedang WFH, kamu bisa tuh kepo-in akun instagram @konveksi_Arrikna. Rikha juga menjual produknya melalui e-commerce dengan akun arriknatextilekudus.
Jadi, kamu terinspirasi nggak dengan kisah Rikha, Millens? (Rafida Azzundhani/E05).