Inibaru.id - Popularitas Gopeng sebagai "kota timah" telah memudar sejak lama. Ia kini hanyalah kota tua yang kesepian, terpencil di Malaysia, jauh dari ingar bingar yang dulu dimilikinya hingga abad ke-20. Kian nestapa karena hari ini, Selasa, 28 Januari 2025, Hup Teck yang menemaninya sejak lama memilih "tutup usia".
Hup Teck adalah sebuah pabrik kecap kedelai ternama di kota yang kini dikenal dengan ekowisatanya itu, yang telah berdiri sebelum Perang Dunia. Sejak lama pabrik ini menjadi salah satu landmark paling ikonik di Gopeng, yang membuat orang-orang tertarik menyambanginya.
Mendiang pendirinya adalah orang Guangdong, Tiongkok. Bagi masyarakat setempat, bahkan mungkin seluruh orang di Malaysia, produk kecap Hup Teck begitu melekat di hati mereka karena memiliki kekhasan, yang menurut sang pemilik saat ini, Low Bak Tong, terletak pada teknik fermentasinya.
"Wadah-wadah besar (yang dipakai untuk menampung kedelai) ini menyerap panas pada siang hari agar fermentasi dapat berlanjut pada malam hari dan permukaannya yang berpori memungkinkan sirkulasi udara, guna meningkatkan intensitas rasa," ungkap Low yang merupakan generasi kedua pengelola pabrik kecap tersebut, suatu ketika.
Memilih Tutup Buku
Wadah besar yang dimaksud Low Bak Tong adalah pot tanah liat superberat berukuran raksasa yang konon telah berusia sekurangnya satu abad. Pot ini digunakan untuk menampung racikan kedelai yang akan difermentasi, yang merupakan bagian dari pembuatan kecap.
Kalau sempat berwisata ke Gopeng, kamu pasti pernah melihat pot-pot besar tersebut, yang sengaja diletakkan berjajar di halaman rumah produksi agar terkena sinar matahari secara langsung. Sayangnya, aktivitas itu agaknya nggak akan bisa kamu saksikan lagi sekarang ini.
Setelah lebih dari satu abad berdiri, Hup Teck yang berpusat di Gopeng, Perak, Malaysia, memilih tutup buku. Keputusan tersebut dikemukakan sang pemilik yang saat ini mengelola usaha bersama saudara perempuan dan keponakannya.
Ketiadaan penerus dan kesehatan yang menurun, yang membuatnya kesulitan mengawasi operasional pabrik, membuat Low akhirnya mengambil keputusan sulit tersebut. Di akun Facebook resmi Hup Teck, pengusaha 72 tahun mengungkapkan kesedihannya.
"Kami benar-benar merasa rendah hati dan terhormat telah melayani kalian. Dukungan kalian yang berkelanjutan telah jadi alasan keberhasilan kami," tulis mereka.
Rasa yang Autentik
Keputusan menyudahi bisnis keluarga yang didirikan pada 1914 ini tentu menjadi kerugian besar bagi Malaysia yang kehilangan salah satu warisan kuliner ikoniknya. Sudah pasti banyak yang menyayangkannya, tapi keputusan akhir tetaplah berada di tangan Low.
Kini, semua orang cuma bisa mengenang keautentikan rasa kecap Hup Teck yang kuat dan kaya, yang diproduksi di rumah kayu bernomor 999 tersebut; yang diperoleh dari pot-pot tua yang telah digunakan sejak awal bisnis ini berjalan.
Setelah tutup, Low bahkan belum tahu bakal dikemanakan guci tanah liat bersejarah yang hingga saat ini masih berjajar di halaman pabriknya itu, yang sebetulnya sangat ikonik dan membuat banyak wisatawan tertarik untuk berkunjung melihatnya.
"Sungguh menyedihkan untuk berpikir berpisah dengan peralatan itu," sebutnya, mengacu pada pot-pot tua yang menjadi bagian terpenting dalam perkembangan bisnis keluarganya tersebut.
Berkaca dari pabrik kecap Hup Teck, kita tahu bahwa sebesar apa pun sebuah bisnis, pada akhirnya waktu pula yang akan menyudahinya. Namun begitu, rasa yang autentik akan membuatnya tetap dikenang, nggak hanya di lidah, tapi juga terpatri di hati. (Siti Khatijah/E07)