BerandaPasar Kreatif
Sabtu, 19 Jul 2025 13:06

Alokasi Ideal untuk Investasi Kebugaran, Berapa Banyak yang Dikeluarkan?

Penulis:

Alokasi Ideal untuk Investasi Kebugaran, Berapa Banyak yang Dikeluarkan?Siti Khatijah
Alokasi Ideal untuk Investasi Kebugaran, Berapa Banyak yang Dikeluarkan?

Ilustrasi: Mengalokasikan biaya kebugaran bisa disebut sebagai bagian dari investasi. (Unsplash/mrleecanburn)

Demi alasan kesehatan, apakah anggaran mencapai jutaan rupiah dalam setahun untuk aktivitas berolahraga bisa disebut sebagai pengeluaran yang tepat? Berapakah alokasi ideal untuk investasi kebugaran?

Inibaru.id - Investasi bukan hanya soal uang atau aset. Ada nilai jangka panjang yang juga pantang untuk dilego, yakni kesehatan dan kebugaran fisik. Artinya, mengalokasikan sejumlah biaya untuk hal ini seharusnya bukanlah pengeluaran yang sia-sia, tapi investasi yang hasilnya bisa dituai suatu hari nanti.

Pemahaman inilah yang selalu diterapkan Lala, member aktif sebuah pusat kebugaran yang berpusat di Kota Semarang, Jawa Tengah. Bagi perempuan 32 tahun itu, menjaga kebugaran bukan sekadar tren, melainkan perlindungan untuk aktivitas sehari-hari.

"Aku ibu dari dua anak yang cukup aktif. Agar tetap produktif sembari mengasuh buah hati, aku nge-gym secara rutin dalam setahun terakhir; rata-rata tiga kali seminggu. Tentu saja ada biayanya, tapi karena menurutku ini investasi, jadi ya ndak masalah," tuturnya, Jumat (18/7/2025).

Pada bulan pertama, Lala mengaku menginvestasikan uang sekitar Rp1,2 juta untuk menjadi member plus sewa pelatih. Ini belum termasuk pengeluaran untuk sepatu, pakaian, dan perlengkapan lain yang diperlukan.

"Menurutku, bujet sekitar Rp10-20 juta setahun masih masuk akal. Bukan biaya konsumtif kan?" serunya, diiringi tawa. "Kalau bicara berapa (biaya) idealnya, aku ndak berani bilang, karena namanya investasi kan tergantung kemampuan finansial masing-masing."

Kebugaran sebagai Tren

Adam, seorang mahasiswa di sebuah kampus negeri di Kota Semarang mengungkapkan, saat ini dirinya juga aktif berolahraga. Namun, diakuinya, hal tersebut dilakukannya karena kawan-kawan satu sirkelnya juga melakukannya.

"Waktu tren sepeda, kami ikutan. Lari juga nggak ketinggalan. Sekarang nge-gym, aku nggak kuat. Boncos!" kelakarnya saat ditemui di GOR Tri Lomba Juang, belum lama ini. "Sekarang aku yang murah-murah sajalah; rutin lari kayak begini seminggu dua kali."

Lelaki asal Kabupaten Kudus itu sepakat bahwa kebugaran akan memperbaiki kualitas hidup dan kesejahteraan mental. Ini investasi jangka panjang. Namun, jika semata mengikuti tren, alih-alih memperoleh manfaat, yang ada justru kita memaksakan diri.

"Setahuku, prinsip berinvestasi itu sekitar 5-15 persen dari pendapatan. Sebagai mahasiswa yang duit saja masih ngikut ortu, aku cuma bisa mengisihkan uang saku sekitar Rp100-200 ribu per bulan. Itu buat membership nge-gym saja nggak cukup," keluhnya, tapi tetap diiringi tawa.

Alokasi Ideal untuk Investasi Kebugaran

Seperti kata Lala, nggak ada yang ideal untuk berinvestasi. Dikutip dari Business Insider, CEO perusahaan rintisan Yann Magnan mengeluarkan biaya sekitar 1.300 dolar AS (sekitar Rp21 jutaan) per bulan untuk investasi kebugaran. Menurutnya, ini merupakan modal produktivitas yang senilai untuk perannya sehari-hari.

Sementara itu, Rachel, analis strategi berusia 25 tahun asal New York menganggarkan 648 dolar AS (Rp10 jutaan) atau sekitar 15 persen pendapatannya per bulan untuk investasi kebugaran, yang dikeluarkan untuk biaya pilates, sauna-ice bath, dan nutrisi sehat bulanan.

Ilustrasi: Selama dilakukan dengan serius, investasi kebugaran merupakan pengeluaran yang perlu dialokasikan. (Strava)
Ilustrasi: Selama dilakukan dengan serius, investasi kebugaran merupakan pengeluaran yang perlu dialokasikan. (Strava)

"Aku memerlukan pengeluaran itu karena kebugaran membuka peluang kreatif sekaligus kestabilan mental," tuturnya dalam wawancara yang dilakukan pada Maret 2025 lalu.

Dari keduanya, manakah yang paling ideal? Berdasarkan hasil penelitian dari sebuah studi global, kebanyakan masyarakat modern mengalokasikan sekitar 5-10 persen dari pendapatan tahunan untuk kesehatan dan kebugaran.

Menghitung Biaya Investasi Kebugaran

Ahli kebugaran dari MUI Fitness menyarankan alokasi investasi nggak lebih dari 10 persen dari pendapatan per tahun. Artinya, kamu boleh mengeluarkan bujet sebesar Rp500 ribu per bulan jika penghasilan tahunanmu sekitar Rp60 juta.

Kamu bisa mengeluarkan bujet lebih besar untuk hanya jika menjadikan kebugaran sebagai faktor penting, misalnya untuk menjadi lebih produktif dalam aktivitas fisik atau keseharianmu memerlukan kondisi tubuh yang prima untuk mengais rezeki.

Perlu diingat, investasi berlebihan untuk kebugaran, terlebih jika mengikutinya untuk sekadar fomo, berpotensi overspending, yang kini dikenal sebagai "fitness debt". Sebuah survei di AS menyebut, 40 persen Gen-Z dan milenial pernah mengalami hal ini untuk membership tempat kebugaran, nutrisi, dan suplemen.

Di berbagai media sosial, nggak sulit menemukan orang yang mengeluarkan biaya rutin mencapai 15 persen untuk biaya kebugaran; termasuk nge-gym, pelatih pribadi, suplemen, dan makanan sehat. Hal ini dipandang berlebihan. Sehat secara fisik tapi sakit secara finansial, buat apa?

Untuk amatir, menganggarkan 1-5 persen untuk biaya kebugaran dasar mungkin cukup, yang penting nggak berhutang. Lalu, seimbangkan antara biaya langsung (gym, kostum, dan alat) dengan pendukung (nutrisi dan suplemen) agar investasi kebugaran bisa menuai hasil maksimal. Gimana menurutmu, Gez? (Siti Khatijah/E10)

Tags:

Inibaru Indonesia Logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Sosial Media
A Group Member of:
medcom.idmetro tv newsmedia indonesialampost

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved