Inibaru.id – Lontong balap dan Surabaya tak ubahnya Rendang di Padang. Keduanya saling bertautan dan sangat sulit untuk dipisahkan. Kuliner khas Surabaya, ya, lontong balap. Pertautan keduanya sudah terjalin sejak lama. Terasa kurang pas kalau ke Surabaya tak mencicipi kuliner yang satu ini.
Lontong balap terdiri atas lontong, tauge, tahu goreng, dan lentho, kemudian dibubuhi bawang goreng, kecap, dan sambal. Sementara, kuah lontong balap terbuat dari campuran air kaldu, bumbu, dan bawang goreng. Rasanya enak.
Pernahkah Anda berpikir, kenapa makanan ini dinamai lontong balap? Nah, dilansir IDN Times, Kamis (2/11), dinamai lontong balap lantaran para penjualnya harus beradu cepat menuju lokasi dengan mengendarai sepeda.
Baca juga:
Suka Nasi Lemak? Datang Saja ke Tempat-Tempat di Jakarta Ini
Menilik Tren Kuliner Olahan Mangga
Sisno, generasi ketiga penjual Lontong Balap Cak Pri, mengatakan, pada waktu itu belum ada istilah lontong balap. Menurut penuturan kakeknya, para penjual lontong itu harus balapan untuk berjualan di kebun binatang di Jalan Semarang, Bubutan, Surabaya.
“Tiap pagi mereka keluar naik sepeda untuk menjual lontong, kebut-kebutan. Lalu ada yang menyebutnya lontong balapan," tutur Sisno.
Kakek Sisno adalah salah satu penjual lontong balap terlama di Surabaya. Lontong Balap Cak Pri telah berdiri sejak 1913 di Jalan Kebalen, Surabaya, tak jauh dari House of Sampoerna.
Penuturan Sisno itu adalah satu versi, sementara versi lainnya mengatakan, dahulu lontong balap tidak dijual dengan gerobak dorong, tapi gentong berukuran besar dan berat. Nah, penjualnya harus berjalan cepat agar tidak keberatan. Jadinya seperti orang balapan.
Baca juga:
Terkenang Anging Mamiri dari Mamink Daeng Tata
Hidangan Unik dan Enak Khas Batak
Entah mana versi yang paling benar, yang jelas lontong balap adalah hidangan paling ngangeni dari Surabaya. Paduan rasa manis, asin, dan gurih, menjadi ciri khas kuliner ini. Lebih dari itu, masing-masing penjual lontong balap di Surabaya juga cenderung memiliki ciri khas sendiri-sendiri.
Perbedaan itu terkait bumbu, kuah, dan lentho yang mereka ciptakan. Masing-masing penjual biasanya mempunyai resep tersendiri, terutama dalam pembuatan lentho yang cenderung rumit dan memakan waktu.
Lentho dibuat dari kacang yang direndam semalaman, lalu dibersihkan dan ditumbuk. Setelah itu, lentho dibumbui garam, kencur, daun jeruk, bawang putih, bawang merah, dan ketumbar. Setelah itu lentho baru digoreng.
Sejumlah lontong balap enak di Surabaya yang mungkin bisa Anda sambangi antara lain lontong balap Rajawali, Pak Gendut, dan Pak H Woko. Untuk tempatnya, silakan tanyakan pada penduduk setempat. Mereka pasti tahu. (GIL/SA)