Inibaru.id – Berdiri sejak tahun 1950, pabrik tauco dan kecap "Pulau Djawa" dari Pekalongan ini memang tak lekang oleh zaman. Sementara gempuran industri serupa dengan pelbagai inovasi kian membabi buta, usaha kepunyaan Herbirtus Handoyo dan Yuliana Engelina Inggirijani Arditanojo tetap bertahan.
Yap, pabrik yang berada di Jalan Sampangan No 77, Kecamatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan itu memang masih eksis hingga sekarang. Ini dibuktikan dengan kemudahan menemukan produk tersebut di sudut-sudut warung kelontong dan berbagai tempat makan di Pekalongan.
Pabrik sekaligus outlet resmi Pulau Djawa di Jalan Sampangan No 77, Kecamatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan. (Warta Kota)
FYI, kecap dan tauco Pulau Djawa termasuk dalam skala industri rumahan. Jadi, usaha ini memang nggak sebesar produksi kecap-kecap lain yang mudah ditemukan di toko waralaba pada umumnya. Namun, dengan penuh dedikasi, mereka bertahan.
Usaha untuk bertahan itu kian berat lantaran Pulau Djawa mengandalkan bahan baku kedelai lokal yang jumlahnya acap tidak sesuai dengan kebutuhan produksi.
Produksi kecap dan tauco Pulau Djawa dilakukan dengan konvensional dan memberdayakan masyarakat sekitar. (Warta Kota)
Bertahan di tengah keterbatasan dan tuntutan konsistensi cita rasa memang bukanlah perkara gampang. Terlebih, bahan baku kedelai hitam makin langka dan upaya untuk mempertahankan kualitas produk menggunakan kedelai kuning juga sangat sulit.
Namun, selama masyarakat Kota Batik masih percaya dengan kecap ini dan menggunakannya dalam pelbagai masakan khas Pekalongan seperti tauto, bertahan tentu tetap bisa dilakukan.
Seperti Kecap THG di Kudus, Kecap Ikan Lele di Pati, Kecap Garuda di Batang, atau Kecap Ikan Djoe Hoa di Tegal, Kecap Pulau Djawa sepertinya bakal terus bertahan, tentu saja selama rasa yang dihasilkan tak pernah berubah. Ya, begitulah! (IB23/E03)