Inibaru.id – Kopi laiknya disajikan dengan tambahan gula dalam cangkir dengan tatakannya kepada pembeli. Kalau pun pengin yang lebih manis, kopi bisa dicampur dengan susu. Namun, kopi khas Yogyakarta ini justru disajikan dengan tambahan arang di dalam cangkir. Wah!
Bagi kamu warga Yogyakarta, pasti sangat familiar dengan kopi satu ini. Ya, kopi joss. Dijuluki jos karena kopi panas yang bertemu arang membara akan menghasilkan suara “jos”, Millens.
Kopi joss kali pertama diperkenalkan seorang lelaki asal Yogyakarta yang bernama Lek Man. Konon, kopi jos tercipta dari ketidaksengajaan, lo. Kala itu, Lek Man sedang berjaga malam. Dia merasa nggak enak badan, masuk angin, dan ngantuk. Dia kemudian membuat kopi dan ditambahkan arang. Hal ini dibeberkan salah satu pemilik angkringan kopi jos di Yogyakarta Hendriyanto.
Seorang pegawai di Angkringan Kopi Jos Pak Hendrix menuang air panas ke kopi. (Inibaru.id/ Ida Fitriyah)
“Dia itu jaga, ngantuk sama masuk angin itu. Terus dia iseng bikin kopi di-joss. Lalu ada manfaatnya, ngantuk hilang terus kentat kentut, masuk anginnya hilang gitu,” ujar lelaki yang pernah bekerja dengan Lek Man ini.
Karena dianggap berkhasiat, Lek Man kemudian mengenalkan kopi buatannya ke masyarakat. Dia pun akhirnya membuka kedai kopi. Lantas, banyak pula orang yang mengikuti jejaknya untuk membuat kopi joss.
Baca juga: Angkringan Kopi Jos Pak Hendrix, Alternatif Makan Murah di Area Malioboro
Tempo hari, saya mencicipi kopi jos di angkringan yang dirintis Hendrik, sapaan akrab Hendriyanto. Sekilas, kopi jos tampak sama dengan kopi hitam biasa. Yang berbeda, tentu saja karena ada arangnya.
Kopi jos ini memadukan kopi hitam dengan tambahan gula dan air panas. Setelah itu, barulah arang yang masih membara dimasukkan ke dalam gelas. Arang yang dipakai adalah yang membara di semua sisi, lo.
Arang yang dipakai untuk kopi jos adalah arang yang masih membara. (Inibaru.id/ Ida Fitriyah)
Pertama, saya cukup bingung untuk meminum kopi jos ini. Kalau saya seruput, nanti terkena arangnya bisa berabe bibir ini, pikir saya. Ya sudah, saya akhirnya membiarkan kopi itu hingga arangnya nggak mongah-mongah atau membara.
Setelah arangnya “menghitam”, saya lantas meminum kopi itu. Soal rasa, sebenarnya kopi jos ini seperti kopi gula pada umumnya. Hanya saja, terasa lebih ringan, nggak terlalu pekat. Cocoklah untuk menemani ngobrol bersama teman.
Eits, meski kopi jos terkesan sangat sederhana, bahan-bahan yang digunakan nggak sembarangan, lo. Untuk kopi, Hendrik mengaku meraciknya secara khusus.
Kopi jos yang siap teguk. (Inibaru.id/ Ida Fitriyah)
“Ini masuk ke arabika. Walau dicoba kopi sasetan apapun rasanya nggak sama, beda,” tegas Hendrik.
Selain itu, arang yang dipakai pun benar-benar dipilih. Selama ini, Hendrik hanya memakai arang yang terbuat dari kayu sambi atau kayu asem.
Baca juga: Beragam Manfaat dari Celupan Arang Membara ke Dalam Seduhan Kopi Joss
Oh iya, kopi jos ini juga dipercaya aman untuk lambung, Millens. Klaim itu cukup terbukti sih. Saat saya meminum kopi jos, lambung saya yang terkena maag nggak bereaksi. Setelah berjam-jam minum kopi itu pun, lambung saya tetap aman. Padahal, biasanya setelah minum kopi walau hanya seteguk saja, saya langsung gemetaran, lambung perih, dan nggak bisa tidur semalaman.
Hm, gimana, mau coba? (Ida Fitriyah/E05)
Angkringan Kopi Jos Pak Hendrix
Kategori: Street Food
Jam buka: 16.00–02.00 WIB
Harga makanan: Rp 3 ribu-Rp 3,5 ribu
Harga minuman: Rp 4 ribu-Rp 7 ribu