Inibaru.id - Sobat Millens, mana nih pencinta nasi goreng abang-abang gerobakan? Wah, kayaknya banyak nih yang suka nasi goreng abang-abang gerobakan dibanding nasi goreng bikinan sendiri. Eh, sebentar, kenapa yang disebut cuma abang-abang ya? Memang nggak ada ibu-ibu penjual nasi goreng gerobakan?
Barangkali di luar sana ada juga ibu-ibu penjual nasi goreng gerobakan. Namun, tukang nasi goreng gerobakan tetap didominasi lelaki. Bila ditilik lebih jauh, ada alasan tertentu lo di balik fakta ini. Apa saja, ya?
Butuh Tenaga Besar buat Dorong Gerobak
Salah satu alasan mengapa tukang nasi goreng gerobakan biasanya adalah lelaki karena dibutuhkan tenaga besar untuk mendorong gerobak. Nasi goreng gerobakan ini biasanya nggak menetap di suatu tempat, tapi berkeliling menjemput pembeli.
Bukan berarti perempuan nggak lebih kuat dibanding lelaki, tapi ada sejumlah organ pada perempuan yang nggak dianjurkan mengerjakan hal-hal berat. Sebagai contoh, perempuan yang sudah pernah melahirkan melalui operasi nggak disarankan untuk beraktivitas berat karena berpotensi merusak jahitan bekas operasi.
Memasak dalam Porsi Banyak
Tukang nasi goreng yang sudah punya banyak langganan biasanya bakal dicari dan ditunggu kedatangannya. Sekali berhenti, pesanan nasi gorengnya bisa sampai 5 porsi. Nggak jarang para tukang nasi goreng itu membuat lima porsi sekaligus.
Kalau begitu tentu saja butuh tenaga yang kuat dong untuk memasak, apalagi mengaduk-aduk nasi dalam jumlah banyak. Sekali lagi, bukan berarti perempuan itu nggak kuat, ya.
Rawan Kriminalitas dan Pelecehan Seksual
Para tukang penjual nasi goreng biasanya baru mulai berkeliling saat hari sudah gelap. Ada yang menjajakan nasi gorengnya sampai waktu tertentu. Ada pula yang pantang pulang sebelum nasi habis. Nah, kalau begini berarti pulangnya bakal larut malam.
Tindak kriminalitas banyak terjadi di waktu malam. Kasus pelecehan seksual di Indonesia yang lumayan tinggi juga nggak menjamin keamanan perempuan bila berada di luar rumah saat malam tiba.
Suami Pencari Nafkah Keluarga
Masyarakat Indonesia memiliki konsep tersendiri tentang pembagian peran suami dan istri. Menurut keyakinan banyak pasangan, suamilah yang berkewajiban mencarikan nafkah keluarga. Karena itulah kebanyakan tukang nasi goreng adalah para suami. Meski demikian, banyak juga kok istri yang menjadi tulang punggung keluarga. Semua itu bergantung pada kesepakatan pasangan masing-masing.
Nah, sekarang sudah tahu kan kenapa penjual nasi goreng didominasi lelaki. Menurutmu, ada alasan lain selain yang sudah disebutkan di atas nggak, Millens? (Inf/IB03/E07)