Inibaru.id – Setiap kali berangkat kerja, perhatian saya ke jalan selalu teralihkan dengan sebuah pelang penunjuk terbuat dari bahan logam di dekat dengan Jembatan Mrican, tepatnya di seberang Pasar Mrican, Jalan Tentara Pelajar, Kota Semarang.
Di lokasi yang selalu mengalami kemacetan pada jam berangkat dan pulang kerja tersebut, pelang petunjuk dengan desain klasik yang sudah terlihat karatan itu bertuliskan “Sate Ayam Jembatan Mrican, Sejak Tahun 1983”.
Saya pun kemudian melirik ke bagian kiri untuk mengetahui seperti apa warung yang sudah berdiri sejak 40 tahun silam tersebut. Namun, yang terlihat hanyalah warung kecil persis di pinggir Sungai Mrican yang masih tutup. Di depan warung itu tertulis nomor telepon Bu Darni sebagai pemilik dan jam bukanya, yaitu 17.30 WIB.
Jika sebuah warung sudah berdiri sampai empat dekade, pastilah ada alasan yang bikin mereka terus bertahan. Begitulah yang ada dalam pikiran saya. Sayangnya, meski sudah berkali-kali pengin mencobanya, ujung-ujungnya saya mengurungkan niat karena malas menembus kemacetan yang selalu terjadi di situ saat saya pulang kerja.
Untungnya, ada satu teman saya yang rumahnya nggak sampai 200 meter jaraknya dari kedai satai legendaris tersebut. Hartanto namanya. Dengan begitu, saya jadi bisa mencari tahu bagaimana kelezatan satai di sana.
“Nggak sering beli di sana karena untuk ke sana saya harus jalan kaki melewati jembatan. Tapi memang rasanya enak sih. Daging ayamnya tebal dan terlihat masih segar. Bumbu kacangnya merasuk dan enak,” ungkapnya, yang mengaku sudah lebih dari 10 kali membeli satai di warung tersebut, Kamis (27/2/2025).

Hartanto menyebut, nggak hanya satai, ada menu lain yang bisa dia beli di sana seperti balungan sambal kacang, satai kulit, satai jeroan, hingga lontong sambal. Semua menu itu sudah pernah dicobanya, kecuali yang terakhir.
Jarak 200 meter menuju kedai satai itu sebetulnya cukup jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki, tapi Hartanto memilih melakukannya alih-alih mengendarai sepeda motor karena tempat parkirnya cukup sempit, muat beberapa sepeda motor saja, itu pun yang datang dari arah timur.
"Apalagi mobil, hampir nggak mungkin bisa parkir dan pasti bakal bikin kemacetan parah," serunya. “Jadi, saya sarankan kalau dari jauh naik sepeda motor saja.”
Oya, masih kata Hartanto, harga makanan di Sate Ayam Jembatan Mrican cukup variatif, mulai dari Rp10 ribuan sampai Rp30 ribuan, tergantung menu makanan yang dipilih dan ukuranya. Di sana, tersedia juga minuman seperti es teh, es jeruk, hingga kopi dengan harga termurah sekitar Rp5.000.
Hm, jadi penasaran ya seperti apa rasa satai di Satai Ayam Jembatan Mrican Kota Semarang ini. Yuk kapan kita wisata kuliner malam ke sana, Millens? (Arie Widodo/E10)