inibaru indonesia logo
Beranda
Kulinary
Bernostalgia dengan Kesegaran 'Dawet Anget' Pasar Entho Pagi Parakan
Senin, 7 Apr 2025 09:31
Penulis:
Bagikan:
Dawet anget di Pasar Entho Pagi, Parakan, Temanggung, Jawa Tengah. (X/nyongorabolo)

Dawet anget di Pasar Entho Pagi, Parakan, Temanggung, Jawa Tengah. (X/nyongorabolo)

Biasanya dawet disajikan dingin. Tapi di Pasar Entho Pagi Parakan Temanggung, ada dawet anget yang disajikan hangat. Seperti apa ya kesegarannya?

Inibaru.id – Karena bekerja di sebuah institusi perbankan di Balikpapan, Kalimantan Timur, rekan saya, Nia Wardhana nggak bisa sering-sering pulang kampung ke Parakan, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Begitu memiliki kesempatan mudik, dia pun nggak melewatkan apa pun yang menarik dari kampung halamannya, termasuk mencicipi "dawet anget" khas Parakan.

Yang kita tahu, dawet yang bisa dengan mudah ditemukan di pinggir jalan, di tengah pasar, atau di tempat-tempat makan, disajikan dingin dengan es. Alasannya, tentu saja karena menyesuaikan suhu udara di Indonesia yang cenderung panas.

Tapi, kok dawet di Parakan ini malah disajikan hangat-hangat?

“Menyesuaikan suhunya. Di Parakan kan kalau pagi dingin. Nah, pas kita ke pasar pagi-pagi, penginnya ya makan atau minum yang hangat-hangat. Makanya dawet di sini disajikan hangat, nggak pakai es,” cerita Nia menjelaskan story Instagramnya terkait dengan minuman yang dia coba ini di Pasar Entho Pagi Parakan pada Minggu (6/4/2025).

Karena rumahnya berjarak nggak sampai 500 meter dari pasar kecil yang menyajikan jajanan pasar dari pukul 06.00 sampai 10.00 WIB tersebut, Nia mengaku sering mengonsumsi dawet hangat sejak kecil. Bisa dikatakan, setiap kali meminumnya, dia bernostalgia dengan rasa yang biasa dia cicipi pada zaman dahulu.

Penjual dawet anget di Pasar Entho Pagi Parakan, Temanggung. (Remahkata)
Penjual dawet anget di Pasar Entho Pagi Parakan, Temanggung. (Remahkata)

“Yang unik dari dawet anget itu cendolnya nggak pakai pewarna, jadi putih gitu. Layaknya dawet biasa, bahan utamanya cairan gula jawa dan santan. Tapi karena disajikan hangat, pas minum rasanya jadi mirip bubur sumsum,” terang Nia.

Lebih dari itu, setiap kali menghabiskan minuman dengan harga Rp5.000 per porsi ini, Nia nggak pernah merasakan sensasi nggak nyaman pada tenggorokannya sebagaimana ketika mengonsumsi dawet dingin di tempat lain yang membuatnya harus segera minum air putih untuk menetralisasi sensasi nggak nyaman di tenggorokan tersebut. Hm, jadi kebayang ya kesegarannya?

Selain mencicipi dawet hangat yang kini hanya bisa dia rasakan saat mudik, Nia juga membeli sejumlah jajan tradisional di Pasar Entho Pagi Parakan, termasuk di antaranya kue lumpur dan klepon yang merupakan favoritnya. Beda dengan dawet anget yang dia minum di tempat, jajan pasar yang dibeli biasanya dimakan di rumah.

Nah, buat kamu yang melintas di Parakan pada pagi hari, boleh banget mampir sejenak ke Pasar Entho Pagi untuk mencicipi dawet angetnya yang unik banget itu. (Arie Widodo/E10)

Tags:

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2025 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved