Inibaru.id – Alih fungsi hutan mangrove menjadi tambak udang dan bandeng sejak puluhan tahun lalu berhasil mendegradasi vegetasi hutan dataran rendah di Jawa. Jenis flora dan fauna endemik di sana juga turut musnah.
Pulau Sempu kini menjadi tambatan harapan. Keanekaragaman hayati di pulau yang termasuk dalam wilayah Malang, Jawa Timur, itu terbilang utuh dan lengkap. Bahkan, pulau cagar alam ini layak disebut sebagai miniatur hutan dataran rendah Jawa.
Dilansir dari Liputan6, Selasa (31/10/2017), Kepala Seksi Eksplorasi dan Koleksi Tumbuhan Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Deden Mudiana, mengatakan, Pulau Sempu sangatlah unik.
Baca juga: Tukik-Tukik dalam Kebiruan Derawan
Ia menambahkan, tipe ekosistem, hutan mangrove, hutan hujan dataran rendah, hingga vegetasi karst yang ada di sana menjadi daya tarik tersendiri. Lebih dari itu, statusnya yang merupakan cagar alam juga lebih bagus.
“Ada keunikan sekaligus konservasi di situ. Kaya dengan keanekaragaman hayati,” kata Deden.
Sepanjang tahun 2015-2017, Tim Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi LIPI telah meneliti keragaman flora di Cagar Alam Pulau Sempu. Penelitian menunjukkan, sekurang-kurangnya 200 tumbuhan di pulau itu, meski Deden meyakini ada lebih dari itu.
Selama tiga tahun, tim telah menggelar ekspedisi flora di pulau seluas 887 hektare tersebut dalam beberapa tahap, mulai dari jalur Blok Waru-waru, Teluk Semut, Blok Segoro Anakan, Tlogo Lele, Tlogo Dowo, hingga pesisir barat pulau.
Deden mengatakan, tim itu merujuk pada literatur Flora of Java untuk mengidentifikasi ratusan tanaman dan tumbuhan yang didapati selama ekspedisi flora. Hasilnya, seluruh tumbuhan itu termuat dalam salah satu literatur tersebut.
Baca juga: Ekspedisi Himiteka untuk Gali Potensi Wisata Kepulauan Seribu
Bahkan, lanjut Deden, ada 12 jenis mangrove yang termasuk kategori langka dan dilindungi versi International Union for Conservation of Nature (IUCN), antara lain Bruguiera parviflora, Bruguiera sexangula, dan Rizhopora mucronata.
Saat ini, penelitian yang dilakukan Deden baru difokuskan pada flora saja, belum termasuk keragaman fauna.
“Pandangan saya, status sebagai kawasan konservasi harus dipertahankan sesuai regulasinya," tandas Deden. (GIL/SA)