Inibaru.id - Ramai beredar di media sosial Instagram sebuah video amatir sekelompok pemuda menyerukan “bunuh menteri” dalam aksi yang diduga menolak kebijakan full-day-school (FDS) di Indonesia. Belum teridentifikasi siapa pelakunya, dan apa yang sebenarnya mereka dengungkan.
Berita yang beredar, aksi itu dilakukan sekelompok santri dari kelompok organisasi masyarakat (ormas) Nahdlatul Ulama (NU). Mereka menolak kebijakan Peratuan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang lima hari sekolah atau FDS. Kendati demikian, mengenai kebenaran berita ini belum bisa dipastikan hingga saat ini, Senin (14/8/2017).
Lepas dari benar atau tidaknya berita tersebut, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengaku menyayangkan kejadian ini karena diduga para pelaku masih tergolong anak-anak.
Baca juga: Wow! Ini Alasan PBNU Menolak dan Menutup Dialog tentang FDS
Komisioner KPAI Sitti Hikmawatti yakin teriakan “bunuh menteri” tersebut bukan murni dari diri para anak-anak yang ikut berdemo.
“Kemungkinan ada pihak-pihak yang menyusupkan pesan ke anak-anak untuk berteriak seperti itu,” kata dia sebagaimana dilansir dari Republika, Senin (14/8).
Ia mengimbau agar semua pihak menahan diri dan tidak memanfaatkan anak untuk kegiatan atau aktivitas yang sangat membahayakan tumbuh kembangnya.
“Sebaiknya saluran aspirasi penolakan atas suatu kebijakan bisa dialog untuk mencapai kesepakatan,” tegasnya.
KPAI percaya negara mendengar setiap aspirasi warga negaranya asalkan disampaikan dengan santun dan membuka diri untuk berdialog. Sebab, masih ada cara lain yang lebih efektif untuk menyampaikan aspirasi atas suatu kebijakan.
Sitti menegaskan KPAI tidak ingin masuk dalam perdebatan terkait materi FDS. KPAI hanya menyoroti pelibatan anak-anak yang meneriakkan bunuh menteri di video tersebut.
"Ucapan atau ujaran kasar yang dilontarkan anak-anak dalam aksi sebagaimana cuplikan video tersebut sangat tidak patut dan berbahaya bagi tumbuh kembang anak," tutur dia.
Sebab anak-anak dididik dan disekolahkan agar nantinya mereka dapat lebih beradab dan berkasih sayang untuk hidup bermasyarakat.
Baca juga: Waspada! FDS Berpotensi Munculkan Generasi Radikal
Karena itu, KPAI melihat dengan adanya ucapan atau ujaran kasar sebagaimana dimaksud tidak sesuai dengan etika dan moral kebangsaan kita. Apalagi hingga berteriak “membunuh” hanya untuk menolak suatu kebijakan.
“Membunuh tidaklah dibenarkan dalam ajaran agama apapun, bertentangan dengan tata aturan perundang-undangan, dan bukan cerminan murni jiwa anak-anak,” ia menambahkan.
Cuplikan video tersebut dikaitkan dengan NU lantaran dalam beberapa waktu terakhir ormas terbesar di Indonesia ini telah menginstruksikan seluruh lini organisasi untuk menggalang aksi tolak FDS.
Dilansir dari NU Online, NU memang menanggapi serius persoalan FDS yang diberlakukan melalui Permendikbud ini. Di tingkat pusat, PBNU telah mengintruksikan kepada PWNU dan PCNU untuk menolak kebijakan tersebut. Instruksi itu kemudian disikapi dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan menggelar aksi turun ke jalan.
Namun begitu, belum ada yang bisa mengonfirmasi atau memastikan apakah teriakan dalam aksi “bunuh menteri” itu bagian dari aksi turun ke jalan yang dilakukan NU. (GIL/IB)