inibaru indonesia logo
Beranda
Inspirasi Indonesia
Pekerjakan Karyawan dari Kalangan Disabilitas, Restoran Wasabi: Biar Mereka Mandiri dan Terampil
Minggu, 4 Agu 2024 21:26
Bagikan:
Pelayan disabilitas berseragam biru tengah memberikan servis dengan menyodorkan menu makanan kepada pengunjung restoran wasabi di Jalan MGR Soegijapranata, depan Pasar Bulu Semarang. (Inibaru.id/Danny Adriadhi Utama)

Pelayan disabilitas berseragam biru tengah memberikan servis dengan menyodorkan menu makanan kepada pengunjung restoran wasabi di Jalan MGR Soegijapranata, depan Pasar Bulu Semarang. (Inibaru.id/Danny Adriadhi Utama)

Restoran Wasabi di Semarang mempekerjakan karyawan disabilitas. Tujuan mempekerjakan mereka sebagai pelayan adalah agar belajar keterampilan bekerja, mandiri , dan terbiasa berinteraksi dengan orang lain.

Inibaru.id - Dengan baju birunya, Kayla (25) percaya diri menghampiri pengunjung restoran. Berbekal papan kertas untuk mencatat menu makanan, dia mulai menyapa pengunjung dan menyodorkan menu makanan, lalu dengan ramah menjelaskan makanan yang disediakan Restoran Wasabi yang berlokasi di Jalan MGR Soegijapranata, tepatnya depan Pasar Bulu Semarang.

Sesuai dengan namanya, restoran ini menjual aneka masakan khas Jepang seperti beragam jenis olahan sushi, wasabi, mi ramen, salmon stone, dan variasi menu lainnya.

Meski lelah, Kayla mengaku senang bekerja di restoran tersebut. Interaksi dengan teman dan bertemu dengan pelanggan membuatnya gembira. "Hari ini sudah bolak-balik nganterin pesanan. Senang sih, asyik kak," kata dia Jumat (2/8/2024.

Meski Kayla seorang disabilitas intelektual, nggak ada temannya yang canggung berbicara dengan dirinya. "Ya jalani seperti apa adanya saja," ujarnya.

Pemilik Restoran Wasabi Semarang Enday Nugroho mengaku mempekerjakan delapan karyawan disabilitas serta tujuh karyawan normal. Karyawan normal bekerja full time. Sementara karyawan disabilitas bekerja part time alias paruh waktu.

"Yang kami terima kerja umurnya minimal 20 tahun. Sudah tidak tantrum. Tidak lagi diberi pendampingan," kata Enday.

Karyawan disabilitas wajib masuk tiga hari seminggu, saban Senin, Kamis dan Jumat. Jam kerjanya mulai 13.30 WIB - 17.30 WIB. Di sela sibuknya jam kerja, karyawan disabilitas juga diberi waktu istirahat serta kesempatan salat lima waktu.

"Mereka masuk seminggu tiga kali. Karena kita harus jaga fisik mereka. Jam kerjanya juga disesuaikan sama aturan part time. Dari jam setengah dua siang. Terus pulangnya jam enam sore. Ada waktu istirahat dan solat. Kita tidak memperlakukan mereka kayak yang lain. Karena moodnya bisa saja naik turun," kata dia.

Karyawan disabilitas di Restoran Wasabi terdiri atas seorang penderita down syndrome bernama Metha, satu disabilitas non verbal, dan sisanya disabilitas intelektual. Yang dimaksud disabilitas intelektual adalah orang yang mengalami gangguan tumbuh kembang pada otak, gangguan motorik, dan gangguan berbicara.

Sejak awal berniat mempekerjakan karyawan disabilitas

Pengunjung restoran wasabi foto bersama dengan pelayan disabilitas. (Inibaru.id/Danny Adriadhi Utama)
Pengunjung restoran wasabi foto bersama dengan pelayan disabilitas. (Inibaru.id/Danny Adriadhi Utama)

Niat Enday membuka usaha restoran dengan karyawan disabilitas terinpirasi dari kesuksesan anaknya yang menderita attention-deficit disorder (ADD). Dia mulai merekrut para disabilitas pada 2019 silam untuk tempat makannya di depan Pasar Bulu dan di Tembalang.

Kendati sempat berhenti beroperasi karena Covid-19, Enday kembali membuka tempat usahanya saat pandemi berakhir.

"Sejak awal Juni 2024 kami kembali mempekerjakan para disabilitas. Kita ajari mereka untuk kerja, meski statusnya paruh waktu," jelasnya.

Bagi dia, dengan menampung para disabilitas intelektual sebagai tenaga kerja setidaknya bisa mengajarkan kemandirian sekaligus membentuk ketekunan kepada mereka

Tentu semua ini tak mudah bagi Enday. Karena sebelum karyawan disabilitas bekerja, dia harus telaten mengajarkan bagaimana caranya menyapa para pembeli, mencuci sendok, garpu, dan sumpit, sampai mengajari cara memikul tanggung jawabnya sendiri.

"Saya juga tetap ada di outlet untuk memberikan penjelasan ke tamu kalau mereka akan diservis oleh teman-teman disabilitas," ujarnya.

Mengajari mereka juga perlu waktu cukup lama, yaitu sekitar satu bulan. Selama itu, banyak latihan yang harus diulang.

"Mereka kan kerjanya jadi pelayan, mencuci alat makan, kadang nyapu, ngepel, dan memberi servis ke tamu. Nah, sebelum dihadapkan pada tamu, maka harus diajarkan cara servisnya dan sebagainya. Minimal mereka tahu tanggung jawabnya. Misal kalau ada meja kotor ya dibersihkan," tuturnya.

Ke depan, dia berharap para penyandang disabilitas yang jadi karyawannya bisa benar-benar mandiri, nggak lagi minder, dan kuat menghadapi kehidupan.

Demi misi itulah, Enday nggak pernah bosan memberi pemahaman kepada orang tua yang punya anak disabilitas agar mengizinkan anak mereka bekerja di restorannya.

"Saya kebetulan kenal sama orang tuanya, maka mereka juga antusias menyambut ajakan kami. Setiap anak disabilitas ini pas berangkat dan pulang pasti dijemput orang tuanya," jelasnya.

Dia juga berharap aksinya mampu menginspirasi para pengusaha restoran lainnya supaya tidak mengecilkan peran disabilitas intelektual. Sebab seorang disabilitas intelektual juga berhak untuk sukses, berhak berkarya, berhak mandiri, dan menemukan talentanya layaknya orang-orang pada umumnya.

"Jadi yang saya lakuin ini semoga bisa menginspirasi para pengusaha dan orang lain. Semoga ini bisa mengajari mereka agar mendukung anak-anak yang disabilitas," pungkasnya.

Menarik juga ya alasan Restoran Wasabi mempekerjakan karyawan disabilitas. Yuk kapan kita makan di sana, Millens?(Danny Adriadhi Utama/E07)

Komentar

OSC MEDCOM
inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved