Inibaru.id - Bagi Sha Ine Febriyanti, 2023 adalah tahun yang spesial. Aktris kelahiran Kota Semarang ini akhirnya dinobatkan sebagai Pemeran Utama Perempuan Terbaik dalam Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) 2023 berkat aktingnya sebagai Bu Prani dalam film Budi Pekerti.
Prestasi tersebut merupakan pencapaian prestisius untuknya. Selama meniti karier dan berproses di industri perfilman, sudah tiga kali dia jadi nominee, tapi baru tahun ini memenangkannya setelah mengungguli Asha Smara Darra, Aurora Ribero, Jajang C Noer, dan Laura Basuki.
Tapi tahukah kamu, sebelum Ine terkenal sebagai aktris kawakan yang masih eksis membintangi sejumlah film, perempuan kelahiran 18 Februari 1976 itu mulanya tidak berniat maupun bercita-cita jadi seorang aktris, lo?
Lahir dan menghabiskan masa kecil di Semarang, Ine pindah ke Jakarta pada usia remaja untuk mengejar impiannya sebagai seorang model. Namun, di tengah perjalanan menggeluti dunia modeling, dia merasa nggak cocok dengan profesi tersebut.
Ine pun banting setir dengan menjajal dunia akting sebagai pemain sinetron. Selepas bermain sinetron Darah Biru, perempuan yang kini berusia 47 tahun merasa masih kurang sreg hingga akhirnya berjodoh dengan dunia teater dan layar lebar.
"Seandainya kamu pengin jadi aktor, kamu mau jadi aktor seperti apa? Apa hanya sekadar cari popularitas, uang, atau ingin mendedikasikan seluruh hidup untuk keaktoran seperti WS Rendra?" kata Ine saat menjadi narasumber di sebuah acara diskusi di Kota Semarang belum lama ini.
Menentukan Tujuan
Ketiga hal yang disebutkan Ine di atas adalah dasar yang harus dipahami seseorang sebelum terjun ke dunia aktor. Menurut Ine, itu akan jadi pedoman dan seberapa lama dia akan bertahan di dunia keaktoran.
"Tapi tergantung persepsi pribadi masing-masing, ya. Misal, semakin populer, berarti gue berhasil. Semakin banyak uang gue berhasil, atau semakin banyak ilmu elu berhasil," imbuhnya.
Sejak memutuskan terjun di dunia peran, Ine mengaku nggak pernah terpaku pada popularitas, bahkan menganggap pujian bak racun. Setelah sukses memainkan teater perdananya, mantan kekasih Galang Rambu Anarki ini memilih nggak terlena dengan belajar lebih giat untuk memperbaiki kekurangannya.
Hingga kini, Ine mengatakan nggak berani menonton film yang dibintanginya. Sejak menggeluti dunia perfilman pada 1999, dia nggak berani melakukannya karena merasa aktingnya masih jelek.
"Aktor itu tools-nya satu, tubuhnya atau dirinya. Menurut pengamatan saya, aktor itu pekerjaan holistik yang sangat rumit, karena berkaitan dengan pikiran, tubuh, dan jiwa kita," terangnya.
Suka Tantangan
Diakui Ine, perannya sebagai Bu Prani di film Budi Pekerti termasuk yang paling sulit. Tapi, hal itu justru bikin dia bergairah. Ine memang salah seorang tipikal aktris yang suka tantangan. Semakin susah peran yang dimainkan, maka Ine akan terpacu untuk belajar lebih keras.
"Saya sangat menyukai dan menerima tawaran peran yang menantang. Misalkan tawaran di film Nay, di mana saya di situ harus bermain sendiri, dan bagaimana cara saya men-deliver script yang menjadi pertaruhan," kata Ine.
Lebih lanjut, Ine membagikan sedikit tips bagaimana seorang aktor bisa menguasai beragam karakter. Intinya seorang aktor harus menjadi satu kesatuan dengan karakter yang dia mainkan.
"Misalnya, kita suka karakter yang menantang, cari hal tersebut. Jadi, kita bisa dengan lepas membawakan peran," tandasnya.
Kiprah Sha Ine Febriyanti di dunia film memang nggak diragukan lagi. Terbukti banyaknya film yang yang dibintangi ditambah dengan wejangan-wejangannya pada generasi muda, membuktikan bahwa dia bukan aktris kaleng-kaleng.
Kamu yang berminat berakting di depan kamera, bisa mengambil pelajaran dari perjalanan karier seorang Ine ya, Millens. (Fitroh Nurikhsan/E10)