Inibaru.id - Bagi banyak orang, belajar sejarah itu membosankan. Selain penyampaiannya kurang atraktif, sejarah dinilai jauh dari realita kehidupan, penuh dengan hafalan, nggak memiliki manfaat, dan nggak membangkitkan sifat kritis.
Padahal, di balik tulisan-tulisan panjang yang ada dalam literatur sejarah, ada banyak hikmah yang bisa dipetik oleh generasi zaman sekarang. Sejarah juga harus dinilai dari berbagai perspektif, bukan terbatas pada apa yang kita dengar selama ini.
Berangkat dari realita itu, seorang pemuda asal Semarang Mozes Christian Budiono bersemangat memahami cerita-cerita sejarah lebih dalam lagi dan dari sudut pandang yang berbeda. Dia mengatakan, tulisan-tulisan sejarah, utamanya pada era Belanda dan Jepang menduduki Indonesia, banyak yang bias informasi. Banyak orang berpikir Belanda dan Jepang adalah pihak yang paling jahat.
"Selama ini narasi-narasi yang dibangun soal sejarah peperangan masa lalu itu Belanda dan Jepang jahat, Indonesia baik. Padahal di kubu Indonesia ada konflik tersendiri," ucap lelaki yang akrab disapa Mozes tersebut.
Lelaki lulusan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga tersebut memberikan satu contoh peristiwa untuk mematahkan anggapan negatif Tentara Jepang.
"Ada sebuah peristiwa yang jarang diketahui, ketika Pertempuran Lima Hari di Semarang, tentara Jepang justru melindungi tahanan-tahanan Belanda di kamp interniran dari serbuan pemuda Indonesia yang ingin balas dendam," jelasnya.
Edukasi Melalui Sosial Media
Mozes memang punya ketertarikan pada sejarah. Kesadaran untuk mengedukasi peristiwa-peristiwa sejarah dimulai ketika dirinya mendapat tugas kuliah untuk membuat film dokumenter bertemakan tempat-tempat historis.
Dirinya merasa masih banyak sejarah di Semarang yang belum diangkat. Kalau pun ada hanyalah sebatas peperangan yang terjadi pada tahun 1942-1950.
Mozes lalu tergerak untuk menyajikan informasi-informasi seputar sejarah melalui media sosial. Dia memanfaatkan platform Instagram dan TikTok sebagai media penyampaian informasi yang telah dirangkum dari berbagai sumber.
Kamu bisa menengok akun Instagram @mo_zes miliknya, Millens. Di sana ada konten-konten sejarah yang fokus pada satu topik yakni era Jepang menduduki Indonesia tahun 1942 sampai masa kemerdekaan. Konten-kontennya dikemas ringkas serta dilengkapi visualisasi arsip tempo dulu.
"Saya lebih sering mengakses website-website Belanda seperti delpher. Kalau kesulitannya lebih ke malas saja jika model arsipnya scan-an. Jadi harus diketik dulu sebelum diterjemahkan," ujarnya.
Wah, bakal menyenangkan jika akun-akun di media sosial yang membahas sejarah seperti milik Moses semakin banyak lagi. Pasti wawasan tentang sejarah kita akan semakin luas. Tapi, jangan hanya berhenti sebagai penikmat konten saja ya, Millens? Selalulah kepo pada kejadian-kejadian di masa lalu dengan banyak membaca referensi dan bertanya pada informan yang tepat seperti yang dilakukan Mozes. (Fitroh Nurikhsan/E10)