Inibaru - Dia, Andri Rizki Putra. Nama yang dimuat di berbagai surat kabar nasional itu, semakin terkenal usai tampil dalam acara televise Kick Andy (Metro TV) dan Hitam Putih (Trans7). Siapa sangka, Rizki yang masa kecilnya kurang beruntung (Rizki tumbuh dan dibesarkan oleh ibunya, Arlina Sariani seorang diri) dan pengalaman di sekolah umum yang tidak jujur mendorongnya membuat gerakan pendidikan yang menjunjung tinggi kejujuran.
Dikutip dari campusnesia.co.id (23/1/2018) Pertengahan 2006 adalah masa penting dalam hidup Rizki. Saat itu dia kelas 3 SMP dan sedang menjalani UN. Namun, dia mendapati sistem UN yang buruk dengan praktik menyontek dan kebocoran soal UN di sekolahnya.
Lah, parahnya para guru malah ikut memberikan kunci jawaban ke peserta. Nggak cuma itu, para guru memberi arahan kepada murid-murid yang duduk di peringkat 3 besar untuk membantu memberikan jawaban bagi teman-teman mereka yang lain yang dinilai berkemampuan pas-pasan pas mengikuti UN. Yah,tujuannya sih biar semua siswa lulus dan reputasi sekolah akan tetap baik.
Tapi, apa iya dengan cara itu?
Baca juga:
Yohana Febrianti Hera, Tiada Batas untuk Keterbatasan
Bisnis Oke, Berbagi Keterampilan juga Yes
Nggak berlaku untuk Rizki. Tanpa menyontek, Rizki bisa kok lulus dengan nilai bagus. Rata-rata nilai yang dia dapatkan dalam tiga mata pelajaran, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan Matematika, adalah 8,75. Lalu dia mencoba melaporkan skandal ini ke kepala sekolah, namun dihadang oleh gurunya sendiri. Eh, Sang guru malah menyuruhnya pulang dan tutup mulut.
Merasa belum puas, Dia berusaha melaporkan ke ke Indonesia Corruption Watch (ICW), dan nggak sabar mengekspos ke media. Namun semua niat itu dicegah oleh orang-orang terdekatnya. Membuatnya kecewa hingga mengurung diri di kamar dan malas keluar rumah.
Putus Sekolah
Ya, dengan nilai yang fantastis, Rizki bisa diterima di SMA favorit dengan beasiswa prestasi, dan mencetak nilai unggul. Tapi, karena dia sudah terlanjur muak dengan sistem pendidikan formal di Indonesia, akhirnya dia memutuskan untuk berhenti di bulan kedua masuk SMA.
Dikutip dari Wikipedia(23/1/2018) Menurutnya, pendidikan adalah media untuk membentuk karakter manusia menjadi lebih baik. Jika pendidikan didasarkan oleh praktik kecurangan dan ketidakjujuran, maka makna pendidikan itu sudah tidak ada artinya lagi.
Untung saja, dia memiliki ibu yang terkesan unik. Ibunya nggak pernah menyuruh belajar, malah membebaskan Rizki untuk memilih yang disuka. Terkesan cuek sih, tapi ya dari situ ibunya menanamkan kepercayaan yang luar biasa pada Rizki. Ibunya menanamkan sikap untuk berani berpendapat dan jujur apa adanya. Ibu bagi Rizki adalah sosok pendukung dan penyemangat sepanjang hidupnya.
Lahir sebagai anak tunggal dari ayah keturunan Tionghoa dan ibu keturunan Batak tidak membuatnya manja. Perceraian orangtua membentuk pribadi yang mandiri. Setelah putus sekolah, dia yang kini memutuskan belajar otodidak dan mengikuti pendidikan kesetaraan Paket C atau setara SMA. Dengan metode pendidikan yang dipilihnya, dia berhasil menyelesaikan pendidikan setara SMA nya dalam waktu satu tahun, loh.
Selanjutnya, dia melanjutkan kuliah Fakultas Hukum di Universitas Indonesia. Ketika kuliah, dia focus di kegiatan penelitian kampus, perlombaan debat, dan mengajar mereka yang putus sekolah. Prestasi yang membanggakan saat dia mendapat predikat Juara 3 Mahasiswa Berprestasi Tingkat FHUI, peraih predikat cum laude (lulusan terbaik), salah satu lulusan termuda, dan menjadi mahasiswa tercepat yang menyelesaikan perkuliahannya (dalam waktu 6 semester).
Yayasan Pemimpin Anak Bangsa
Bener banget. Pengalaman adalah guru terbaik. Berawal dari pengalaman SMP yang buruk. Kini, lelaki yang lahir di Medan, 20 Oktober 1991 itu mendirikan sekolah gratis, Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB). Yup, ), sebuah yayasan berbasis swadaya masyarakat untuk mereka yang putus sekolah lalu ingin melanjutkan pendidikannya tanpa batas usia, dan pekerjaan secara gratis untuk siapa pun. Nggak sekadar gratis, dia membantu murid-muridnya mendapatkan ijazah paket A, B, dan C.
Sebelumnya dia juga sudah mendirikan sebuah masjidschooling, yang merupakan yayasan pertama. Dia menamai masjidschooling karena proses pembelajarannya bertempat di teras Masjid Baiturrahman di bilangan Bintaro. Rizki yang saat ini menjadi konsultan di firma hukum Baker and MzKenzie , juga mengaku menjadi guru bagi puluhan muridnya yang putus sekolah. Tapi dia nggak sendiri, dia bantu oleh ibu-ibu rumah tangga dan para mahasiswa STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Kini, masjidschooling sudah berjalan empat tahun.
Berbeda dengan masjidschooling yang cenderung segmented untuk warga muslim karena dikelola ibu-ibu pengajian, YPAB lebih plural. Model pendidikan di YPAB juga fleksibel. Karena, tutor di YPAB merupakan anak-anak muda berusia 20–30 tahun dengan berbagai latar belakang pendidikan dan profesional. Jadi, mereka itu menjadi relawan mengajar tanpa bayaran.
Nggak jarang, Rizki juga menjalin kerja sama dengan relasinya di luar negeri seperti Meksiko dan Malaysia untuk mengajar di YPAB. Jangan salah, murid-murid putus sekolah yang selama ini dipandang sebelah mata oleh masyarakat, mereka kini mahir berbahasa Inggris. Yang membanggakan, banyak murid ”schooling” Rizki yang ”naik kelas”. Yang dulunya tukang jual koran menjadi pegawai admin di media. Dari pembantu rumah tangga (PRT) kini, menjadi admin di perkantoran. Nggak ketinggalan, dua murid yang bekerja sebagai PRT akan melanjutkan kuliah, dan anak penjual pisang ditanah abang menjadi peraih nilai UN tertinggi paket B nasional.
Meskipun kinerja Rizki telah terbukti, mengembangkan YPAB hingga memiliki ratusan murid dari hanya dua murid bukan hal mudah. Banyak masyarakat yang merasani, bahkan sempat memprotes. Pernah ada warga yang memprotes Rizki karena mengira yayasannya adalah tempat berbuat mesum. Sebab, awal-awal berdiri, proses pembelajaran YPAB di dalam kamar dan garasi.
Baca juga:
Ki Rizky: Muda-muda Pintar Mendalang
Angkie Yudistia dan Pelajaran tentang Kekuatan dari Keterbatasan
Namun, semua itu dii lewati dengan baik oleh si penulis buku "Orang Jujur Tidak Sekolah. Kini, Selain di Tanah Abang, Bintaro, kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal, dan Medan, Rizki berencana mendirikan cabang YPAB di luar jawa. Dari sisi kurikulum, selain menggembleng kemampuan berbahasa, dia pun mengajari praktik entrepreneurship.
Melalui YPAB, Rizki dan segenap relawan berusaha menanamkan pendidikan kesetaraan gratis yang berkualitas dan menanamkan prinsip kejujuran dan keberagaman. "Kami tidak butuh murid yang pintar, tapi jujur dan berintegritas" ujar Rizki, yang juga menerima penghargaan Kick Andy Young Heroes 2015.
Nah, itu dia sosok Rizki yang sangat menginspirasi. Semoga dengan adanya pengalaman Rizki, membuka mata guru-guru Indonesia yang jangan membuta melihat muridnya menyontek. Hidup memang harus melakukan perubahan ya, Millens. Seperti Rizki. (LIF/SA)