Inibaru.id – Kabar gembira dalam torehan prestasi anak-anak kita kembali terdengar. Muhammad Hafizh Bayhaqi, yang baru berusia 10 tahun, menciptakan aplikasi Good Math yang memudahkan kawan-kawan sebayanya belajar mata pelajaran yang selama ini dianggap paling killer: matematika.
Dilansir CNNIndonesia.com (16/10/2017), dibantu sang ayah, Abdul Hakim (40), Hafizh berhasil membuat aplikasi Good Math. Seluruh konten dalam aplikasi ini dibuat sendiri oleh Hafizh. Sementara Abdul bertanggung jawab mengurus desain aplikasi dan audionya.
Good Math merupakan aplikasi belajar matematika dalam bentuk selayaknya permainan yang dibagi ke dalam empat operasi hitungan, yaitu pertambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Pengguna diharuskan menjawab pertanyaan yang diajukan secara acak dengan level kesulitan berbeda. Jawaban harus dijawab dengan cepat sebab ada batas waktu yang diberikan.
Baca juga:
Kakek Ini Bakal Kembali Berlari untuk Indonesia
Klub-Klub Spanyol dan Portugal Buru Egy Maulana Vikri
Menurut Abdul, alikasi sengaja dibuat sangat sederhana karena sejak awal Good Math dibuat untuk anak-anak sebaya Hafizh.
“Buat anak-anak biar bisa berhitung dasar," kata Hafizh saat berbincang dengan CNNIndonesia.com di kediamannya di kawasan Bojong Gede, Bogor.
Hafizh mengatakan dirinya membutuhkan waktu sebulan sejak Agustus hingga pertengahan September lalu untuk membuat aplikasi tersebut. Untuk meramu aplikasi ini, ia memakai game engine Unity yang dipelajari secara autodidak.
Perlu diketahui, Good Math bukan karya perdana bocah yang mengenyam pendidikan rumahan (homeschooling) ini. Sebelumnya Hafizh sudah membuat dua aplikasi sederhana: Quiz Matematika dan Puzzle Kartini. Kedua aplikasi ciptaannya pun mendapatkan apresiasi positif dari banyak kalangan.
Baca juga:
Gandeng Puluhan Petani, Qowy Olah Gulma Jadi Komoditas Bernilai Ekonomi
Angkat Nasib Petani, Ulus Peroleh Penghargaan dari FAO
Peran Sang Ayah
Sebelum membuat aplikasi, sejak usia belia Hafizh sudah dikenalkan dengan matematika dan bahasa pemrograman oleh sang ayah. Meski tak mengenyam pendidikan bahasa pemrograman secara formal, Abdul sebagai seorang coder turut membantu anaknya memahami matematika dan bahasa pemrograman.
Abdul mengakui bahwa Hafizh masih membutuhkan bantuannya sebagai mentor. Ia juga turut andil di luar substansi aplikasi termasuk membuat desain aplikasi mulai dari gambar, font, hingga memasang musik latar pada aplikasi.
Sang ayah juga yang menjadi sosok pertama mengenalkan matematika dan programming dasar pada Hafizh. Abdul mengaku sengaja memilih matematika sebagai ilmu pertama yang diajarkan pada anak-anaknya sejak dini.
Berkat sang ayah pula, Hafizh yang duduk di kelas 4 SD sudah menguasai materi untuk anak yang duduk di kelas 3 SMP. (EBC/SA)