Inibaru.id – Demam TikTok semakin merajalela di Indonesia. Menurut informasi yang diungkap oleh We Are Social, per Oktober 2023 lalu, pengguna Tiktok di Indonesia mencapai 106.51 juta alias terbanyak kedua di dunia setelah Amerika Serikat.
Pengguna TikTok paling banyak adalah dari kalangan anak muda (18-24 tahun) dengan jumlah lebih dari 34 persen. Setelah itu, penggunanya adalah mereka yang berusia 25 – 34 tahun dengan jumlah lebih dari 28 persen, dan remaja berusia 13 – 17 tahun dengan jumlah lebih dari 14 persen.
Alasan mengapa TikTok digemari di Indonesia adalah karena konten-kontennya yang asyik dan digemari siapa saja. Sayangnya, di balik menariknya konten TikTok, ada bahaya yang mengintai, khususnya bagi para remaja. Pasalnya, studi terbaru mengungkap bahwa remaja yang kecanduan TikTok cenderung punya masalah kesehatan mental, lo.
Penelitian tersebut berjudul TikTok Use and Psychosocial Factors Among Adolescents: Comparisons of Non Users, Moderate Users, and Addictive Users dan dipublikasikan dalam jurnal Psychiatry Research pada Juli 2023 lalu. Dalam penelitian ini, 1.346 remaja dilibatkan dengan catatan 199 remaja yanggak pernah memakai TikTok, 686 lainnya memakai sosmed ini dengan wajar, dan 461 sisanya sudah masuk dalam kategori kecanduan TikTok.
Hasilnya adalah, remaja yang kecanduan TikTok cenderung punya masalah kesehatan mental yang lebih parah jika dibandingkan dengan yang memainkan TikTok dengan wajar. Mereka cenderung mudah mengalami stress, depresi, mengalami kecemasan sosial, kesepian, nggak puas dengan hidupnya, hingga kualitas tidur yang lebih buruk.
Kinerja akademis mereka juga cenderung lebih buruk dari dua kategori remaja lainnya. Selain itu, mereka cenderung sering jadi korban perundungan atau nggak punya hubungan yang baik dengan orang tua. Jika nggak ditangani dengan serius, bisa-bisa masalah kesehatan mental para remaja ini berujung pada meningkatnya risiko melakukan bunuh diri!
Kok dampaknya bisa sampai seburuk itu? Kalau soal ini, psikolog Jean Twenge punya jawabannya. TikTok membuat banyak orang, khususnya para remaja menghabiskan banyak waktunya melihat layar gawai. Padahal, sudah jadi rahasia umum kalau screentime berlebihan bisa berefek buruk bagi kesehatan mental.
“Niatnya hanya memainkannya 15 menit. Tapi pada akhirnya mereka bisa menghabiskan waktu selama berjam-jam. Per 2022 saja, Rata-rata pengguna TikTok menggunakan sosmed tersebut 1,5 jam setiap hari,” ujar Twenge sebagaimaan dilansir dari Kompas, Minggu (25/2/2024).
Kecanduan Tiktok juga dianggap ikut andil dalam membuat peluang remaja di seluruh dunia jadi depresi semakin meningkat. Padahal, peningkatan kasus depresi pada remaja ini sudah terus terjadi sejak 2012, tepatnya semenjak ponsel pintar dan media sosial semakin banyak dipakai.
Maklum, meski terkesan bisa membuat kita bisa melihat banyak konten menyenangkan, nyatanya TikTok juga bisa jadi ajang perundungan, tempat di mana kita jadi membanding-bandingkan diri dengan orang lain, dan lainnya yang bisa menghilangkan kebahagiaan dan kepuasan hidup. Intinya, media sosial ini memang bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan mental.
Jadi, kalau kamu punya keluarga dengan usia remaja dan mulai memakai media sosial ini, awasi penggunaannya agar nggak sampai kecanduan TikTok, ya? (Arie Widodo/E05)