Inibaru.id – Seperti halnya kelahiran, kematian di Jawa juga sarat dengan tradisi. Banyak kebiasaan yang mengiringi orang meninggal. Tradisi itu dilakukan baik oleh keluarga yang ditinggalkan maupun orang lain seperti tetangga dan saudara-saudaranya.
Beberapa tradisi tersebut masih lestari sampai sekarang. Sebagian hanya eksis di desa-desa, tapi ada juga yang masih dilakukan di perkotaan. Apa saja ya tradisi kematian itu?
1. Memasang Bendera Kematian
Bendera kematian biasanya dipasang di depan rumah atau di jalan terdekat dari rumah orang yaang meninggal. Bendera ini merupakan tanda atau pemberitahuan sehingga para warga sekitar tahu dan melayat ke rumah.
Ada sejumlah warna bendera kematian yang bisa kamu temui di Jawa. Yang paling umum adalah bendera berwarna kuning. Adapula bendera berwarna merah yang biasa digunakan di Solo, Sukaharjo, Klaten, dan Boyolali. Sementara bendera warna putih dengan palang hitam bisa kamu lihat di Wonosobo, Kebumen, dan Purbalingga.
2. Pengumuman Kematian di Masjid atau Musala
Saat gelombang varian Delta Covid-19 menggila pada pertengahan 2021 lalu, kamu pasti sering mendengar pengumuman kematian di masjid atau musola dekat rumah. Pengumuman kematian melalui speaker musola tersebut merupakan tradisi yang nggak hanya masih dilakukan masyarakat desa lo.
Di pemukiman padat penduduk yang ada di perkotaan juga pengumuman ini masih sering terdengar. Tujuannya agar warga sekitar rumah duka bisa segera datang melayat atau membantu mengurus pemakaman.
3. Brobosan
Brobosan adalah tradisi yang dilakukan sebelum peti jenazah dimakamkan. Sebelum peti jenazah atau keranda dibawa ke permakaman, keluarga yang ditinggalkan berjalan tiga kali di bawah peti jenazah atau keranda tersebut.
Caranya, keluarga yang melakukan brobosan bisa berjalan dari sebelah kanan keranda. Lalu, dia melakukannya lagi ke sebelah kiri, dan kemudian kembali melakukan dari sebelah kanan. Biasanya anggota keluarga laki-laki paling tua yang melakukan kali pertama. Setelah itu, barulah anggota keluarga lain mengikutinya.
Brobosan ini adalah wujud bakti dan penghormatan terakhir dari keluarga ke orang yang sudah meninggal. Ada juga yang menyebut hal ini dilakukan agar kebaikan orang yang sudah meninggal menurun kepada anak dan cucunya.
Brobosan biasanya hanya dilakukan jika anggota keluarga yang meninggal sudah cukup tua. Kalau yang meninggal adalah anak-anak atau remaja, nggak dilakukan.
4. Menabur Bunga
Setelah jenazah dimakamkan, pihak keluarga biasanya akan menabur bunga atau menyiramkan air pada makam tersebut. Tradisi ini dilakukan agar makam beraroma wangi.
“Mengapa bunga? Agar aroma makam wangi,” ungkap Budayawan Irfan Afifi, Kamis (24/3/2022).
Biasanya, bunga yang ditaburkan adalah mawar merah dan putih, melati gambir, sedap malam, kantil, melati, dan kenanga. Orang Jawa menyebutnya dengan "kembang tujuh rupa".
Nah, apakah tradisi-tradisi itu masih ada di lingkunganmu, Millens? (Cnn,Boo/IB09/E10)