Menurut sang pemilik, Heri
Handoko, dia membuka warung ini pada 2010 lalu. Bersama dengan istrinya, Lusi,
mereka memang berniat membuka usaha untuk membiayai pendidikan kedua putrinya.

“Waktu kami merintis usaha ini,
putri pertama kami baru lulus SD. Dia kemudian mau masuk ke pondok pesantren di
Ngawi, Jawa Timur,” terang laki-laki yang kini berusia 48 tahun tersebut
sebagaimana dilansir dari Temanggungkab,
Jumat (11/3/2022).

Karena sudah berniat untuk
membuat warung soto yang lezat, pasangan istri suami ini pun nggak masalah jika harus sibuk dan memulai aktivitas mencari bahan kebutuhan warung semenjak
subuh. Mereka mencarinya di Pasar Kliwon Temanggung yang berjarak kurang lebih
600 meter dari tempat mereka jualan.

Karena selalu menggunakan
bahan-bahan terbaik dan diracik dengan sepenuh hati, soto sapi di Warung Mas
Heri pun dengan cepat mendapatkan pelanggan dari berbagai macam kalangan. Nggak
hanya murid-murid sekolah, banyak pekerja dan para PNS yang mendatangi warung
tersebut. Kamu tahu sendiri kan di Indonesia ada kepercayaan kalau sampai sebuah
tempat makan rajin dikunjungi PNS, maka bisa dipastikan warung tersebut
menyediakan makanan lezat.

“Sampai ada pelanggan yang request lewat WhatsApp sebelum makan di
sini. Mereka minta digorengkan tempe, tahu, perkedel, atau memastikan satai
usus dan satai baksonya masih ada. Jadi pas makan soto mereka bisa benar-benar
puas,” kelakar Heri.

Nggak hanya dari dalam wilayah
Temanggung, pelanggan juga sampai berdatangan dari luar kota. Alasannya sama,
mereka sudah terlanjur ketagihan dengan kelezatan soto sapi yang disediakan di
sini. Jadi, setiap kali datang ke Temanggung, yang harus kali pertama dituju
saat mencari makanan adalah Warung Mas Heri.

“Saya dari Magelang dan sering
sarapan soto di sini. Ibu mertua saya kebetulan juga suka dengan soto kuah
bening yang kaya rempah ini,” ucap salah seorang pelanggan warung tersebut,
Rita.

Hm, jadi pengin nih mencicipi
sendiri seperti apa kesegaran soto sapi di Warung Mas Heri Temanggung. Yuk kapan
kita sarapan atau makan siang di sana, Millens!
(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Di Indonesia ada banyak sekali jenis soto yang bisa
kamu cicipi. Ada soto ayam, soto kerbau, hingga soto sapi. Nah, kalau kamu
kebetulan sedang ada di Temanggung, Jawa Tengah, bisa lo mencicipi soto sapi di
Warung Mas Heri Temanggung, Millens.

Kebetulan, Warung Mas Heri
lokasinya nggak jauh dari pusat kota Temanggung, tepatnya di Jalan Cipto
Mangunkusumo, Kelurahan Temanggung 1, Kecamatan Temanggung. Kamu bisa datang ke
tempat yang buka dari pukul 07.30 WIB hingga 13.30 WIB ini kalau sedang pengin
mencari sarapan atau makan siang.

Buka dari pukul 07.30 WIB-13.30 WIB, kamu bisa sarapan dan makan siang soto sapi segar dan kaya rempah di Warung Mas Heri di Temanggung, Jawa Tengah.

Segarnya Soto Sapi di Warung Mas Heri Temanggung

Pink tax adalah bentuk markup atau kenaikan harga khusus pada produk atau jasa yang ditawarkan pada perempuan. Pink tax bukan termasuk pajak sebenarnya, melainkan istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu fenomena dalam pasar.

Kenapa disebut diskriminasi gender? Karena untuk produk atau jasa yang sama, seringkali harga yang ditawarkan kepada perempuan lebih mahal ketimbang laki-laki.

&nbsp;World Economic Forum (WEF) memaparkan bahwa sebanyak 800 produk berbasis gender dari hampir 100 merek yang dianalisis oleh Pemerintah AS menunjukkan, rata-rata produk perawatan pribadi yang ditargetkan untuk perempuan 13 persen lebih mahal daripada produk laki-laki yang sebanding. Sementara aksesori dan pakaian dewasa masing-masing 7 persen dan 8 persen lebih mahal.

Studi tersebut menyimpulkan bahwa perempuan membayar ribuan Dollar AS lebih banyak selama hidup mereka untuk membeli produk yang mirip dengan pria.

Studi lain di AS menemukan bahwa harga&nbsp;dry cleaning&nbsp;untuk kemeja perempuan 90 persen lebih mahal daripada kemeja lelaki. Sementara itu, analisis di Inggris menemukan bahwa deodoran perempuan rata-rata 8,9 persen lebih mahal daripada deodoran laki-laki dan pelembab wajah perempuan 34,28 persen lebih mahal.

Pink tax&nbsp;telah lama memberikan beban ekonomi bagi kaum perempuan di seluruh dunia, terutama bagi perempuan yang penghasilannya lebih rendah daripada laki-laki. Jika kaum Hawa membayar lebih mahal untuk produk atau jasa yang sama atau serupa dengan kaum Adam, maka mereka akan memiliki lebih sedikit uang untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan lainnya. Hal ini dapat memperburuk kesenjangan kekayaan berbasis gender dan meningkatkan kemiskinan di kalangan perempuan.

Belum lagi kerugian dari sisi sosial, Millens. Pink tax&nbsp;dapat mencerminkan dan memperkuat stereotip gender yang ada di masyarakat. Membedakan produk atau jasa berdasarkan gender bisa membuat pihak produsen, pengecer, atau penyedia jasa menganggap perempuan dan laki-laki memiliki peran, minat, dan selera yang berbeda.

Akibatnya apa? Hal itu bisa mengurangi kesempatan dan pilihan bagi perempuan. Contohnya, seorang perempuan mungkin merasa terpaksa untuk membeli produk atau jasa yang ditargetkan untuk mereka, meskipun mereka mungkin lebih menyukai produk atau jasa yang ditargetkan untuk lelaki, atau sebaliknya.

Itulah fenomena yang terjadi saat ini di Indonesia maupun di dunia. Perjuangan melawan diskriminasi terhadap perempuan nggak hanya berhenti sejak Kartini menulis kumpulan surat Habis Gelap Terbitlah Terang&nbsp;saja, tapi berlangsung hingga kini, era 5.0. (Siti Khatijah/E07)&nbsp;&nbsp;

Inibaru.id - Besok kita akan memperingati Hari Kartini 21 April 2024. Seperti yang sudah kita tahu, dia adalah sosok pahlawan nasional yang berjasa memperjuangan hak perempuan di tengah-tengah budaya patriarki. Perjuangan Kartini memang nggak sia-sia. Terbukti, kini perempuan Indonesia sudah bisa hidup jauh lebih layak dari berbagai segi.

Namun, tahukah kamu bahwa pada zaman sekarang ada diskriminasi terhadap perempuan dari hal yang mungkin nggak kamu sangka. Diskriminasi itu bernama pink tax, sebuah ketidakadilan gender melalui harga produk.

Diskriminasi perempuan menjadi permasalahan klasik yang nggak pernah usai. Ia ada dalam banyak bentuk, salah satunya pink tax. Yuk, sekilas kita mengenal apa itu pink tax!

Pink Tax; Produk Barang atau Jasa pun Mendiskriminasi Perempuan

Yang aneh, meski serial ini menggambarkan keluarga, keluarga
yang dimaksud justru adalah sebuah keluarga palsu. Jadi, ceritanya ada empat
orang yang berpura-pura menjadi sebuah keluarga. Mereka adalah Pond (Peter
Nopachai Jayanama) yang merupakan seorang ayah, Lily/Mam (Namfon Kullanat
Preeyawat) yang merupakan mantan pacar Pond namun kini berpura-pura sebagai
istrinya.

Mereka berdua memiliki “anak” yang sebenarnya bukan anak
mereka, yaitu Kek/Mon yang diperankan Krissanapoom Pibulsonggram dan Bung/Mac yang
diperankan Primmy Wipawee Patnasiri.

Latar waktu dari serial ini adalah pada 1999. Mereka berpura-berpura
menjadi sebuah keluarga setelah Pond mengetahui ayahnya sedang dalam kondisi
sekarat. Dia pengin membahagiakan ayahnya yang sudah lama nggak dia temui dengan
berpura-pura sudah memiliki keluarga.

Awalnya, dia menghubungi Lily untuk mencarikan orang yang
mau berpura-pura menjadi istrinya. Tapi, pada akhirnya, mantan pacarnya yang
kemudian mau melakukannya. Setelah itu, mereka merekrut Kek yang merupakan seorang
pegawai perusahaan dan Bung yang merupakan pemilik dari sebuah toko rental.

Demi memastikan ayahnya bisa meninggal dengan tenang karena
tahu anaknya sudah berkeluarga dan dikaruniai cucu, keempat orang ini pun
berusaha sebaik mungkin terlihat seperti keluraga yang kompak. Sayangnya,
karena bukan keluarga asli, tentu banyak masalah yang mereka temui. Apalagi,
sang ayah juga sempat menaruh curiga dengan kontrasnya kepribadian di antara
semua anggota keluarga tersebut.

Pada akhirnya, berbagai masalah yang mereka hadapi justru
membuat empat orang ini jadi mengenal makna sebenarnya tentang keluarga dan
kemudian lebih menghargai keberadaannya.

Hm, dari sinopsisnya saja, sepertinya serial asli Thailand
ini cukup menarik ya, Millens?&nbsp;Cocok banget nih ditonton mararon saat akhir pekan bersama anggota keluarga.&nbsp;(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Jika membahas tentang film atau serial
yang membahas keluarga yang nggak biasa, kebanyakan orang akan langsung
berpikir tentang karya-karya besutan sutradara legendaris Jepang Koreeda
Hirokazu. Tapi, ternyata ada juga lo serial Thailand yang juga mampu
menggambarkan sebuah keluarga nggak biasa. Film tersebut adalah "Analog Squad".

Dirilis sejak 7 Desember 2023 di platform Nefflix, serial
ini disutradarai oleh Ton Nithiwat Tharatorn dan memiliki judul asli "Team
Rak Nak Lok". Meski jumlah episodenya hanya 8, cukup banyak orang yang
memuji serial ini karena mampu membuat penonton jadi lebih memahami makna keluarga
yang sebenarnya.

Serial Thailand 'Analog Squad' menceritakan tentang 4 orang yang berpura-pura menjadi sebuah keluarga. Meski mengalami banyak masalah, mereka justru mampu belajar tentang bagaimana menjadi keluarga seutuhnya.

Mengenal Makna Keluarga Sebenarnya dari Serial Thailand 'Analog Squad'

Di Desa Gunungwungkal, tradisi Syawalan umumnya dimulai dengan membuat lepet, penganan tradisional berbahan dasar beras ketan yang dibungkus daun kelapa atau janur yang dibikin kerucut. Selain lepet, mereka juga membuat ketupat yang berbentuk wajik.

"Ketupat dan lepet menjadi hidangan khas Syawalan di tempat kami. Bukan semata sebagai sajian utama, keduanya juga memilki makna mendalam bagi kami," tutur Nur Cahyo, salah seorang warga setempat kepada Inibaru.id, belum lama ini.

Nur mengungkapkan, keberadaan lepet dan ketupat saat Syawalan hampir nggak tergantikan di kalangan warga, Keduanya adalah simbol permintaan maaf. Maka, saling bertukar lepet dan ketupat bisa diartikan sebagai bentuk pengakuan kesalahan dan kemauan untuk memohon maaf ke orang lain.&nbsp;

"Ketupat adalah akronim dari&nbsp;'ngaku lepat' atau mengakui kesalahan. Arti serupa juga berlaku untuk lepet yang berasal dari kata 'lepet'&nbsp;yang kurang lebih berarti kesalahan. Ini adalah simbol bahwa manusia tidak luput dari kesalahan," terang Nur.

Selain namanya yang filosofis, proses pembuatan lepet dan ketupat juga memiliki makna yang mendalam. Ketupat, misalnya, untuk membuatnya kita harus menjalin janur agar bisa berbentuk wajik berongga sebelum diberi beras.

Pun demikian dengan lepet yang pembuatannya lebih rumit ketimbang ketupat. Butuh keahlian untuk membungkus beras memakai janur, lalu mengikatnya dengan tutus atau tali bambu secara bertumpuk, agar tercipta lepet yang pulen, padat, dan tahan lama.

Nur menjelaskan, proses mengikat lepet yang dibikin bersusun memang disengaja. Hal ini erat kaitannya dengan filosofi orang Jawa saat menghadapi masalah. Menurutnya, untuk benar-benar bisa memaafkan orang lain, permasalahan harus diurai dulu hingga tuntas.&nbsp;

"Lepet yang diikat dengan tutus yang saling bertumpuk adalah simbol bahwa proses mengurai masalah harus dilakukan perlahan, satu per satu, sehingga nantinya kita benar-benar bisa memaafkan dengan ikhlas," paparnya.

Oya, berbeda dengan ketupat yang rasanya hambar, lepet cenderung gurih. Lepet yang benar harus cukup padat, tapi memiliki tekstur yang liat karena terbuat dari beras ketan. Ini berbeda dengan ketupat yang berbahan dasar beras biasa.

"Nah, tekstur ketan yang liat dan lengket ini adalah perlambang ikatan persaudaraan yang kuat," tandasnya sembari menunjukkan bentuk lepet yang telah siap disajikan.

Duh, jadi kangen lebaran lagi, nih! Ha-ha. Di tempatmu, saat Syawalan ada tradisi bikin lepet juga nggak, Millens? (Rizki Arganingsih/E03)

Inibaru.id - Seminggu setelah gegap gempita Hari Raya Idulfitri, kembang api masih acap terdengar. Aroma baju baru juga masih melekat di busana yang dipakai orang-orang dalam keseharian. Perayaan memang belum usai, karena masih ada Syawalan atau yang juga dikenal sebagai Lebaran ketupat.

Sebagian besar umat muslim, khususnya di Jawa, merayakan "lebaran kecil" ini sekitar sepekan pasca-Idulfitri. Untuk Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Syawalan umumnya digelar pada hari ketujuh setelah lebaran atau 8 Syawal, yang dirayakannya dengan tradisi yang berbeda-beda.

Seminggu pasca-lebaran, masyarakat membuat lepet dan menggelar Syawalan sebagai tradisi saling memaafkan antarkeluarga dan saudara.

Lepet, Syawalan, dan Tradisi Saling Memaafkan Pasca-Lebaran

Orang dengan gaji pas-pasan juga dapat mempraktikkan slow living dengan cara mengatur ulang prioritas keuangan mereka. Ini bisa berarti membuat anggaran yang lebih ketat, mengurangi pengeluaran yang nggak perlu, dan mengalokasikan uang untuk hal-hal yang benar-benar penting dan memberi kebahagiaan, seperti liburan sederhana, kegiatan rekreasi, atau pengembangan pribadi.

Selain itu, slow living juga melibatkan mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional. Orang dengan gaji pas-pasan dapat mencapai ini dengan cara mengurangi tekanan kerja, mengatur batas-batas yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk relaksasi dan perawatan diri.

Penting untuk diingat bahwa slow living adalah tentang membuat pilihan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi Anda. Meskipun mungkin ada tantangan tersendiri bagi mereka yang memiliki keterbatasan finansial, gaya hidup ini tetap dapat dicapai dengan kesadaran, kesabaran, dan kreativitas. Dengan mengurangi kecepatan, menghargai momen-momen kecil, dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting, siapa pun, termasuk pekerja dengan gaji pas-pasan, dapat menemukan kebahagiaan dan keseimbangan dalam kehidupan mereka.

Lalu, bagaimana kita menerapkan gaya hidup ini tanpa menguras kantong?&nbsp;

1. Membuat Anggaran dan Mengelola Keuangan dengan Bijaksana

- Prioritaskan pengeluaran dengan menentukan apa yang benar-benar penting dan alokasikan uang untuk hal-hal tersebut.

- Hindari utang yang nggak perlu. Kamu sebaiknya belajar untuk hidup sesuai dengan kemampuan finansial yang kamu miliki.

- Buat rencana keuangan jangka panjang misalnya dengan membuka tabungan untuk masa depan.

2. Memprioritaskan Kesehatan Mental dan Emosional

- Atur batas waktu kerja. Jangan lupa untuk memisahkan waktu kerja dan waktu istirahat dengan jelas. Jangan membawa pekerjaan ke rumah.

- Temukan cara untuk merilekskan diri. Temukan aktivitas yang membantu rileks dan atur waktu untuk melakukannya, seperti meditasi, yoga, atau olahraga.

- Hindari stres. Terapkan praktik manajemen stres seperti perencanaan yang baik, mengatur waktu dengan bijaksana, dan belajar untuk mengatakan "Tidak".

- Hindari konsumsi yang berlebihan. Pertimbangkan kembali setiap pembelian dan tanyakan pada diri sendiri apakah itu benar-benar dibutuhkan.

- Beralih ke gaya hidup sederhana. Fokus pada kualitas daripada kuantitas, dan nikmati momen-momen sederhana dalam hidup.

- Kembangkan keterampilan DIY. Belajar membuat hal-hal sendiri daripada membeli, seperti memasak, menjahit, atau merawat tanaman.

- Habiskan waktu dengan orang yang kamu cintai. Jadwalkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan teman-teman.

- Bergabung dengan komunitas. Temukan komunitas yang memiliki minat dan nilai yang sama denganmu, dan terlibatlah dalam kegiatan yang membangun.

- Bersikap lelah dan menghargai diri sendiri. Berikan diri kamu waktu untuk istirahat dan pemulihan, dan jangan merasa bersalah saat melakukannya.

- Fokus pada kualitas waktu luang. Daripada mencoba melakukan terlalu banyak hal, pilihlah beberapa kegiatan yang benar-benar memberimu kebahagiaan dan kepuasan.

- Nikmati Alam. Manfaatkan waktu luangmu di alam, berjalan-jalan di taman atau berkemah di luar ruangan.

- Lakukan digital detox. Sempatkan waktu untuk nggak menggunakan teknologi, seperti mematikan ponsel selama beberapa jam atau hari.

- Investasikan diri pada pengembangan diri. Manfaatkan waktu luangmu untuk belajar hal-hal baru, mengembangkan keterampilan, atau mengejar hobi.

- Menciptakan tujuan pribadi yang berarti. Tentukan apa yang benar-benar ingin kamu capai dalam hidup dan buatlah rencana untuk mencapainya.

- Berbagi dengan orang lain. Jadilah sukarelawan atau bantu orang lain, karena memberikan juga dapat memberi kebahagiaan.

Dengan mempraktikkan prinsip-prinsip slow living ini, pekerja dengan gaji pas-pasan dapat menciptakan kehidupan yang lebih sederhana, lebih berarti, dan lebih memuaskan tanpa harus menghabiskan banyak uang.

Jadi, percaya kan dengan gaji mepet kamu bisa tetap bikin hidupmu berkualitas. (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Pernah nggak sih kepikiran bisakah pekerja biasa menerapkan slow living? Tentu saja, pekerja dengan gaji pas-pasan pun bisa mempraktikkan gaya hidup yang sedang tren ini. Slow living bukan hanya tentang seberapa banyak uang yang kamu miliki, melainkan tentang bagaimana memanfaatkan waktu dan sumber daya dengan lebih bijaksana, sederhana, dan bermakna.

Pertama-tama, penting untuk memahami bahwa slow living bukanlah tentang menghabiskan banyak uang atau memiliki barang-barang mewah. Sebaliknya, itu adalah tentang menghargai hal-hal sederhana dalam hidup dan fokus pada kualitas daripada kuantitas. Orang dengan gaji pas-pasan dapat mempraktikkan gaya hidup ini dengan memprioritaskan hal-hal yang benar-benar penting bagi mereka.

Salah satu kunci dari slow living adalah mengurangi kecepatan dan menemukan keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari. Ini bisa berarti mengurangi konsumsi barang-barang yang tidak perlu, memilih untuk membuat sendiri daripada membeli, atau menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan dan bersama keluarga dan teman-teman.

Kita mungkin kerap menyaksikan salah seorang publik figur menerapkan gaya hidup slow living. Kira-kira bisakah pekerja biasa mengadopsinya?

Mungkinkah Pekerja dengan Gaji Pas-Pasan Menerapkan Slow Living?

Padahal, jika charger nggak sesuai
dengan kebutuhan ponsel, bisa jadi proses pengisian daya ponsel jadi berlebihan
dan akhirnya merusak baterai ponsel. Kalau sudah begitu, risiko ponsel meledak
jadi besar, deh.

Nah, berikut adalah sejumlah tips
memilih charger agar baterai ponsel nggak meledak sebagaimana dilansir dari Connect with Taar. Simak baik-baik, ya!

Hal pertama yang harus kamu perhatikan
adalah charger yang mau kamu beli harus sesuai dengan ponselmu. Bakal lebih
baik jika jenamanya sama karena biasanya chargernya akan sesuai dengan
kebutuhan ponselmu.

Di kepala charger yang sudah rusak,
kamu bisa mengecek voltase, arus listrik, dan berbagai hal lain terkait dengan
tipe chargernya. Nah, kalau kamu pengin membeli charger yang pas untuk
ponselmu, ada baiknya memperhatikan spesifikasi tersebut. Andaipun jenama
charger yang kamu beli berbeda, jika spesifikasinya sesuai dengan yang
sebelumnya digunakan, biasanya akan cocok buat ponselmu.

Beda dengan zaman dahulu di mana
pengisian daya ponsel bisa membutuhkan waktu cukup lama, kini banyak ponsel dan
charger yang menyediakan fitur fast
charging. Artinya, dalam waktu kurang dari 1 jam, ponselmu sudah bisa penuh
dayanya.

Selain kepala charger, kabel charger
juga bisa menentukan apakah charger tersebut meiliki fitur fast charging atau nggak. Jadi, pastikan untuk memilih dengan
cermat, ya!

Jika kabel charger lentur, nggak mudah
sobek, dan nggak mudah putus, maka bisa kamu jadikan pilihan saat membeli
charger baru. Ingat, charger yang mudah sobek pembungkus kabelnya rentan
mengalami korsleting listrik yang berbahaya.

Gimana, nggak lagi bingung memilih charger ponsel agar baterai ponselmu nggak mudah meledak, Millens? Semoga charger yang baru kamu beli
nantinya awet! (Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Meski jarang terjadi, nyatanya ada cukup
banyak kasus baterai ponsel meledak. Penyebabnya bervariasi dari overcharging alias pengisian daya
berlebihan, kondisi baterai ponsel yang sudah buruk, hingga kualitas charger
yang rendah. Sayangnya, khusus untuk penyebab terakhir, banyak orang yang nggak
menyadarinya.

Hal ini dibuktikan dengan masih ada
banyak orang yang sembarangan membeli charger ponsel tanpa memikirkan jenama,
daya listrik, kesesuaian dengan ponsel, hingga harga. Khusus untuk harga,
banyak yang bahkan sengaja asal memilih charger ponsel murah karena berpikir
charger ini sama saja dengan charger lainnya dan sudah cukup efektif mengisi
daya ponsel.

Nggak pengin kan baterai ponsel meledak gara-gara asal pakai charger? Nah, berikut adalah beberapa tips memilih charger ponsel yang aman buatmu.

1. Sesuai dengan ponselmu

2. Voltase dan arus listrik dari charger

3. Terdapat fitur fast charging

4. Perhatikan kualitas kabel charger