Inibaru.id - Ada satu film yang berhasil menyulut emosi publik pada Festival Film Venesia 2025 yang digelar dari 27 Agustus hingga 6 September 2025. Judulnya The Voice of Hind Rajab karya sutradara asal Tunisia, Kaouther Ben Hania. Film ini bukan sekadar tontonan, melainkan seruan yang menghadirkan kembali tragedi nyata seorang anak kecil di Gaza yang menggetarkan.
Menghidupkan Suara yang Dibungkam
Film berdurasi sekitar 89 menit ini mengangkat kisah nyata Hind Rajab, bocah lima tahun yang pada 29 Januari 2024 terjebak di dalam mobil bersama keluarganya saat wilayah Gaza digempur. Hind sempat selamat dari serangan awal yang menewaskan enam anggota keluarganya, tetapi dirinya terjebak di antara jasad orang-orang tercinta.
Dalam kondisi itu, ia menelpon Palang Merah Palestina (PRCS), memohon agar diselamatkan. Rekaman audio asli Hind yang penuh ketakutan dan kepedihan menjadi pusat dari narasi film ini.
Alih-alih menampilkan kekerasan secara gamblang, Ben Hania memilih membangun suasana mencekam di ruang call center PRCS. Para aktor seperti Motaz Malhees (sebagai Omar), Saja Kilani (Rana), dan Amer Hlehel (Mahdi) memerankan petugas yang berusaha berkoordinasi di tengah protokol birokratis yang berbelit.
Pada layar yang mereka lihat, hanya tampak peta digital ambulans yang bergerak lambat di jalanan hancur. Hal ini tentu menciptakan rasa frustrasi yang nyata. Sementara itu, suara asli Hind yang ketakutan terus menghantui mereka.
Antara Seni, Etika, dan Provokasi
Pendekatan docufiksi ini memicu perdebatan. Ada yang menyebut Ben Hania terlalu berani. Apalagi dia menggunakan suara asli seorang anak yang meninggal. Sejumlah pihak pun menganggapnya melakukan eksploitasi. Tapi, banyak pula yang menganggap Ben Hania berani karena filmnya menggenggam isu nyata dan menampar penonton dengan kenyataan yang sering dihindari banyak orang.
Film ini memang tak memberi ruang bagi penonton untuk merasa “nyaman”. Atmosfernya penuh ketegangan. Emosi karakter-karakter di filmnya juga dipenuhi dengan naluri kemanusiaan. Dari film ini pula, terkuak tentang sulitnya koordinasi dengan militer Israel demi mengamankan jalur ambulans. Pertanyaan pun menyeruak: bagaimana mungkin meminta izin untuk menolong korban kepada pihak yang sama dengan pelaku serangan?
Sambutan Meriah di Venesia
Tayang perdana pada 3 September 2025, The Voice of Hind Rajab meraih standing ovation selama lebih dari 20 menit alias jadi salah satu yang terpanjang dalam sejarah festival tersebut. Banyak penonton dan jurnalis tak kuasa menahan air mata.
Meski kontroversial, film ini dinilai berhasil menyuarakan tragedi Hind sebagai simbol dari ribuan anak korban genosida yang mengerikan. Tak berlebihan jika karya ini kemudian dipilih mewakili Tunisia di ajang Oscar 2026 untuk kategori Film Internasional Terbaik.
Pada akhirnya, The Voice of Hind Rajab bukan sekadar tontonan. Ini adalah pengingat pahit bahwa suara seorang anak kecil, yang pernah terputus di tengah genosida di Gaza, kini menggema kembali untuk dunia. (Arie Widodo/E07)
