Inibaru.id – Setelah badminton hanya bisa mempersembahkan satu perunggu, satu demi satu andalan Indonesia untuk meraih medali di Olimpiade Paris 2024 juga berguguran. Di nomor panjat tebing putri, dua andalan Desak Made Rita Kusuma Dewi dan Rajiah Salsabilah secara dramatis gagal mendapatkan medali. Legenda angkat besi Eko Yuli Irawan juga mengalami nasib serupa.
Bertanding di South Paris Arena 6 pada Rabu (7/8/2024), Eko Yuli sempat mengalami cedera pinggang sehingga nggak bisa mengangkat beban 165 kilogram. Di olimpiade kelimanya, Eko Yuli pun nggak mampu meraih medali untuk kali pertama.
Dalam wawancara yang diungkap NOC Indonesia, Eko Yuli mengaku tampil dengan kondisi nggak 100 persen. Ternyata, cedera yang dia alami belum benar-benar pulih.
“Saya meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia karena belum bisa memberikan medali. Saya tampil dengan kondisi yang nggak 100 persen. Cedera kaki saya belum sembuh tuntas. Lutut sudah dari tahun lalu, kalau yang paha kanan baru sebulan lalu,” ungkapnya pada Rabu (7/8) waktu Paris.
Wajar jika Eko Yuli meminta maaf karena biasanya dia mampir ke podium pada empat olimpiade sebelumnya. Tapi, jika ditelaah lebih jauh, sebenarnya dia nggak perlu meminta maaf. Apa yang dia persembahkan semenjak membawa nama Indonesia di berbagai ajang internasional belasan tahun yang lalu terlalu besar jika dibandingkan dengan apa yang dia raih pada olimpiade kali ini.
Selain medali perunggu di Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012, Eko Yuli mempersembahkan perak di Olimpiade Rio 2016 dan Tokyo 2020. Belum lagi dengan tujuh media emas SEA Games yang dia dapatkan sejak 2007 dan satu medali emas Asian Games 2018. Ditambah dengan medali emas pada Kejuaraan Dunia Ashgabat 2018, prestasinya sangatlah gemilang.
Yang perlu meminta maaf barangkali adalah pemerintah karena belum benar-benar total mendukung kepengurusan angkat besi Indonesia. Bagaimana nggak, dengan catatan rutin mengirim atletnya ke podium Olimpiade berkali-kali semenjak mendiang legenda Lisa Rumbewas di Olimpiade Sydney 2000, penanganan bagi atlet angkat besi masih belum maksimal. Nggak percaya? Kita baca kembali pernyataan Eko Yuli terkait cederanya yang masih belum benar-benar pulih namun sudah harus bertanding.
Lebih dari itu, sebenarnya Eko Yuli sudah memasuki usia pensiun atlet. Seharusnya, sudah ada penerusnya yang siap untuk bersaing di level tertinggi kompetisi angkat besi dunia. Kita nggak bisa terus memberikan beban terlalu berat kepada seorang legenda yang sudah memberikan segalanya.
Yap, angkat besi, bersama dengan panjat tebing, dan belakangan ini panahan, sebenarnya bisa jadi cabang-cabang olahraga lain yang dijadikan tumpuan meraih prestasi Indonesia di kejuaraan-kejuaraan dunia.
Selagi prestasi bulutangkis Indonesia menurun karena juga mengalami masalah yang sama, yaitu salah urus, ada baiknya pemerintah lewat Kemenpora juga mulai memberikan perhatian lebih terhadap cabang-cabang olahraga tersebut dan menelurkan atlet-atlet hebat penerus Eko Yuli, Diananda Choirunisa, dan Aries Susanti.
Kita mungkin nggak akan bisa lagi melihat Eko Yuli Irawan di olimpiade berikutnya. Semua orang juga menyayangkan sang legenda nggak bisa menutup karier gemilangnya dengan medali. Tapi, sekali lagi, dia nggak perlu meminta maaf. Di setiap jengkal negeri ini, Eko Yuli Irawan akan terus dianggap sebagai pahlawan. (Arie Widodo/E10)