Inibaru.id – Pertengahan Mei 2022, Gregoria Mariska Tunjung ada di titik ternadir dalam kariernya di dunia bulu tangkis. Prestasinya yang stagnan dan hujatan dari warganet di sana-sini membuatnya berpikir jika dia mungkin nggak akan bisa menjadi pebulu tangkis hebat meski pernah memenangi Kejuaraan Dunia Junior pada 2017.
Layaknya hujatan dari warganet yang terus datang begitu dia kalah di ronde-ronde awal di setiap kejuaraan yang dia ikuti, Jorji sendiri juga merasa nggak puas. Dia pun sampai mengunggah semua keluh kesahnya di akun Twitter-nya.
“Perkembanganku empat tahun belakangan ini nggak ada yang bisa dibanggakan. Sampai di titik ini, aku sangat merasa malu, sedih, merasa nggak layak dapat pujian apapun. Percayalah, aku sudah beneran terima kalau ada kata-kata buruk yang orang lontarkan ke aku karena aku pun begitu melihat diriku sendiri,” tulisnya di akun Twitter-nya pada Minggu (23/5/2022) kala itu.
Tapi, ternyata cuitan curhatan itu menjadi titik balik kariernya. Segala keluh kesah dan kekecewaan yang dia pendam bertahun-tahun dilepas. Setelah mengakui ada yang salah dengan pendekatan kariernya, sedikit demi sedikit Jorji pengin kembali menikmati bulu tangkis sebagaimana saat dia masih remaja dulu.
Menjadi pemain tunggal putri untuk Tim Nasional Indonesia bukanlah hal yang mudah karena standar yang ditetapkan Susi Susanti sangatlah tinggi; emas pertama Olimpide dalam sejarah Indonesia pada 1992.
Tapi, banyak yang lupa bahwa hingga tiga dekade setelahnya, hanya dua orang yang mampu mengikuti Susi mencapai podium Olimpiade, yaitu Mia Audina dan Maria Kristin Yulianti.
Bahkan, usai Maria Kristin meraih perunggu pada Olimpiade 2008, tunggal putri Indonesia nggak bertaji. Untuk berprestasi di kawasan Asia Tenggara saja sulit.
Maka dari itu, kala Jorji memenangi Kejuaraan Dunia Junior pada 2017, semua penggemar badminton menganggapnya sebagai Susi Susanti yang baru. Sayangnya, anggapan itulah yang justru membebani Jorji hingga dia nggak bisa kembali menikmati dunia yang dia kenal sejak kecil.
Untungnya, Jorji mengambil langkah yang tepat. Dia memilih untuk nggak mendongak terlalu tinggi melihat prestasi Susi Susanti. Apalagi, dia hanya bisa berkembang sendirian karena nggak ada satu pun senior di masa awal masuk Pelatnas yang bisa dia jadikan anutan.
Jorji memilih menapaki tangga prestasi sedikit demi sedikit, memasang target yang lebih realistis, dan memperbaiki semua yang salah padanya dari teknik, fisik, stamina, dan yang utama mentalitas.
Pada 2023 lalu misalnya, dia hanya pengin masuk 10 besar dunia; tapi nyatanya kini tercatat sebagai peringkat ke tujuh. Dia juga mulai rajin memasuki babak semifinal atau final bahkan memenangi Spain Masters 2023 dan Japan Masters 2023.
Dia mungkin masih belum masuk di level The Big Four tunggal putri dunia yang dikuasai An Se-young, Akane Yamaguchi, Chen Yufei, dan Tai Tzu Ying. Tapi, sedikit demi sedikit dia mulai memperbaiki rekor pertemuan dengan mereka.
Saat nomor-nomor lain yang jadi andalan seperti tunggal putra dan ganda putra justru rontok di babak awal, Jorji sendirian membawa nama Indonesia agar nggak menanggung malu di Olimpiade kali ini. Bebannya jadi sangat berat, tapi Jorji mampu mengatasi semua itu.
Jorji memang akhirnya kalah dari unggulan terkuat peraih medali emas tahun ini, An Se-young di babak semifinal. Tapi dia kalah terhormat dengan memaksa si monster yang sulit ditaklukkan ini melakoni tiga set dengan pontang-panting. An Se-young sendiri mengakui hal ini dengan memeluk Jorji erat-erat setelah pertandingan seperti berkata, “Kau memang luar biasa!”
Memang, medali perunggu didapat Jorji dengan "keberuntungan" karena Carolina Marin cedera parah dan nggak mungkin bertanding melawannya. Tapi, apa pun itu, Jorji mampu melaju sampai pertandingan terakhir kompetisi dengan penampilan terbaiknya. Dia memang layak mendapatkannya.
“Ini memang bukan cara mendapatkan medali yang saya mau. Salah banget saya happy dengan penderitaan orang lain. Jujur banget saya bersyukur medalinya, tetapi nggak happy,” ucapnya di rilisan PBSI, Minggu (4/8/2024) malam.
Mungkin cara mendapatkan medalinya nggak bikin Jorji berbahagia. Tapi, semua reaksi warganet di media sosial menunjukkan sebaliknya.
Kekalahan atas An Se-young sama sekali nggak dikomentari dengan hujatan. Semua berterima kasih atas perjuangan luar biasanya di Olimpiade Paris 2024.
Kini, semua orang Indonesia merayakan kebahagiaan Gregoria Mariska Tunjung! (Arie Widodo/E10)