Inibaru.id - Rabu (27/5) adalah Lebaran hari keempat, tapi permukiman pemulung yang berada di Bambankerep sudah mulai sepi. Nggak hilang akal, saya melangkah lebih jauh menuju ke TPA yang terletak nggak jauh dari permukiman. Berpacu di antara truk sampah yang menebarkan bau menyengat dan sapi yang bebas berkeliaran, saya kemudian tiba di TPA yang superluas tersebut.
Beberapa truk sampah yang datang disambut oleh beberapa orang dengan keranjang dan gancu. Sementara beberapa orang membentuk kerumunan sendiri. Orang-orang ini tengah mencoba beberapa baju bekas yang baru diturunkan dari truk sampah. Seseorang mencoba baju koko, sementara laki-laki yang lain mencoba baju batik yang saya lihat punya merek ternama.
Saya nggak tahu apakah mereka beli baju baru untuk Lebaran atau nggak. Yang saya tahu ekspresi mereka senang bukan kepalang saat menjajal baju-baju bekas tersebut ke badan mereka. Yahmin dan Tini adalah suami istri yang ada dalam kerumunan tersebut. Mereka berdua mengaku sudah 20 tahun menjadi pemulung di TPA Jatibarang.
“Lebaran ketiga kita sudah mulai mulung lagi,” tuturnya sambil meneguk minuman yang dia siapkan dari rumah.
Lelaki asal Boyolali ini mengaku sudah mudik sejak H-7 lebaran. Kini baginya sudah saatnya kembali mengais rupiah dari tumpukan sampah. Di hari keempat Lebaran ini dia mengaku nggak lagi mremo (memanfaatkan event untuk mendapatkan keuntungan besar dengan menjual barang atau jasa), namun dia mengaku pendapatannya sudah naik.
“Pendapatan lebih banyak tapi enteng timbanganya, jadi harus cari lebih banyak,” kata lelaki 65 tahun ini.
Selain itu ada pula Zubaidah. Perempuan yang mengaku tengah menyekolahkan kedua anaknya di perguruan tinggi ini telah turun ke TPA sejak Lebaran hari ketiga.
“Saya hari ke tiga berangkat ke sini. Cuma sebentar, setelah zuhur pulang ke rumah,” kata perempuan yang kulitnya terlihat terbakar matahari ini.
Di sudut lain, dua anak kecil kembali ke gubuknya setelah mendapatkan sesuatu dari tumpukan sampah. Dua buah stiker cukup membuat mereka senang hari itu. Mainan baru dari tumpukan sampah tersebut bikin mereka nggak rewel dam membiarkan orang tuanya mencari sampah dengan tenang.
Ya, begitulah Lebaran di tempat pembuangan yang nggak semua orang mau meliriknya. Meski harus berteman dengan sampah, hal-hal sederhana nyatanya bisa membuat orang-orang ini tetap bahagia. Seperti kata Rofiudin, seorang pengepul sampah yang mengaku harus tetap semangat meski harga sampah nggak lagi bagus.
“Walau begini kita harus tetap semangat kan?” katanya sambil menepi di warung kopi.
Buatmu yang masih berlebaran dengan keluarga, jangan lupa bersyukur ya, Millens! (Zulfa Anisah/E05)