Inibaru.id – Zaman sudah berubah. Kata-kata yang dulu sempat ngetren pada masanya, kini banyak yang sudah nggak dipakai lagi, misalnya istilah gaul “indehoi”. Hingga sedekade lalu, kata yang identik dengan hal negatif itu masih acap dipakai orang, tapi kini hampir nggak ada yang menggunakannya.
Padahal, kata indehoi masih tercatat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lo! Menurut kamus, kata ini berarti "asyik bermesraan". Adapun menurut Tesaurus Bahasa Indonesia karya Eko Endarmoko, ia bisa diartikan sebagai aktivitas bermesraan, berkasih-kasihan, bercintaan, berpacaran, atau bahkan bercumbuan.
Menilik artinya, kata indehoi sejatinya nggak bermakna negatif. Namun, dalam penggunaannya, kata ini lebih akrab dikaitkan dengan aktivitas melanggar norma karena spesifik untuk pasangan nggak sah atau belum menikah.
Lalu, dari mana kata yang sepertinya nggak Indonesia banget itu berasal? Kuat dugaan, indehoi berasal dari serapan kata Bahasa Belanda “in het hooi”. Hal ini sebagaimana diungkapkan dalam buku Masalah Bahasa yang Dapat Anda Atasi Sendiri yang dibuat oleh Anton Moeliono.
Nggak Bermakna Negatif
Dalam bahasa Belanda, in het hooi kurang lebih bisa diartikan sebagai “di rumput kering (jerami)”. Menilik artinya, secara harfiah tentu saja kata ini nggak bermakna negatif, bahkan nggak ada hubungannya dengan perbuatan asusila. Lantas, kenapa maknanya jadi negatif?
Peneliti bahasa asal Universitas Indonesia Achmad Sunjayadi menduga, kemunculan kata itu nggak lepas dari kebiasaan orang-orang Belanda zaman dulu, khususnya yang tinggal di perdesaan, yang sering menjadikan tumpukan jerami untuk pakan ternak sebagai tempat untuk bermesraan.
“Istilah ini hanya dikenal di Hindia Belanda (sekarang Indonesia), terutama para bumiputera yang kesulitan membedakan het dan de. Dari in het hooi berubah jadi indehoi,” ujar Ahmad, dikutip dari Historia (16/5/2013).
Oya, kata indehoi baru jamak dipakai setelah Indonesia merdeka dan semakin dikenal pada era 1960-an. Kala itu, pemberitaan di surat kabar dan karya sastra mulai memakai istilah tersebut. Puncaknya, kata indehoi menjadi populer setelah Warkop Prambors menggunakannya sedekade kemudian.
“Kami berusaha menjadi corong penyebar isu-isu dan gosip-gosip mutakhir yang terjadi di kalangan anak-anak muda. Termasuk juga kata-kata dan celetukan yang temporer, misalnya indehoy asoy,” bunyi tulisan yang menceritakan kisah Warkop Prambors dalam buku Main-Main Jadi Bukan Main (2013).
Kira-kira kata indehoi bisa dipakai lagi pada masa sekarang nggak ya, Millens? (Arie Widodo/E03)