Inibaru.id - Berkali-kali datang ke kawasan bibir pantai Tambakrejo di Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, saya masih saja tertegun dengan menggunungnya sampah di kawasan pesisir tersebut. Entah kapan sampah-sampah ini bakal bersih.
Sampah yang didominasi plastik itu seolah dibiarkan dan nggak ada pihak yang mau bertanggung jawab atas tercemarnya bibir pantai Tambakrejo. Namun, asa itu rupanya masih ada. Pada peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2023 lalu, saya melihat banyak orang bersih-bersih sampah.
Mereka adalah gabungan masyarakat dengan mahasiswa, yang bekerja sama dengan Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Tengah. Mereka bergotong-royong memungut sampah untuk membersihkan kawasan tersebut.
Sejak pagi puluhan orang menenteng karung dan memakai sarung tangan untuk beraksi menyapu tumpukkan sampah yang berserakan. Oya, sampah yang dipungut itu juga akan dipilah dan nantinya diindetifikasi siapa produsen yang paling banyak mencemari lingkungan.
Manager program Walhi Jateng Nur Colis sengaja mendesain HPSN 2023 selain sebagai kegiatan bersih-bersih juga melakukan brand audit. Tujuannya nggak lain untuk menginventarisasi sampah-sampah yang berserakan di bibir pantai Tambakrejo dari produsen mana saja.
"Setelah kami mengumpulkan lalu menimbang dari segi jumlah dan beratnya. Saya bisa memberi pernyataan, ternyata beberapa merek dari produsen ternama ujung-ujungnya nyata berakhir di sini juga," keluh lelaki yang akrab disapa Colis itu.
Tuntut Tanggung Jawab
Sehari sebelumnya, Walhi Jateng telah memberi pelatihan soal metode brand audit kepada para mahasiswa via Zoom. Colis mengatakan, metode yang dipilih untuk brad audit sampah plastik tersebut menggunakan BRIN-DCA (Divers Clean Action).
Lelaki yang kini sedang menempuh pendidikan S2 di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang meminta para produsen lebih bertanggung jawab terhadap sampah-sampah yang mereka produksi.
"Kami ingin mendorong para produsen untuk bertanggung jawab terhadap sampah-sampahnya. Kalau bisa, kurangi jumlah produksinya," tutur Colis.
Dengan adanya Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) nomor 75 tahun 2019, para produsen tentu nggak bisa lagi mengelak untuk turut bertanggung jawab atas apa yang mereka hasilkan.
"Kami belum ada rencana untuk menggugat, tapi lebih ke mendorong produsen untuk mengurangi sampah, serta mendorong pemerintah melakukan pengetatan terhadap pengurangan sampah dari produsen," tegasnya.
Kampanye Zero Waste
Diakui Colis, meski telah ada aturan Permen LHK, para produsen belum sepenuhnya mentaati aturan tersebut. Dia pun terus mengingatkan agar mereka mau berkerja sama demi lingkungan masyarakat yang lebih sehat.
"Sejauh kami memandang, ketika sampah masih kita temukan dan berserakan di mana-mana, berarti produsen masih memproduksi sampah itu," terang Colis. "Jika di semua pantai sudah tidak ada lagi sampah, baru saya percaya kalau produsen sudah mengurangi aktivitas produksinya."
Kegiatan brand audit Walhi Jateng ini menjadi agenda tahunan. Sebelumnya, pada 2022 mereka melakukan brand audit di Pantai Tirang. Di sana mereka menemukan tiga perusahaan besar yang sampahnya mencemari Pantai Tirang.
"Alhamdulillah sekarang sudah cukup terawat dan saya nggak melihat lagi sampah berserakan di Tirang," ungkap Colis.
Untuk membantu mengurangi sampah plastik di lautan, Colis mengimbau masyarakat menerapkan konsep hidup "Zero Waste". Sebisa mungkin, dia menyarakan, masyarakat membawa tas belanja saat pergi ke pasar.
"Kita harus berupaya sedini mungkin untuk bergaya hidup dengan tidak bergantung pada plastik sekali pakai," pungkasnya.
Yuk bareng-bareng kita kurang populasi sampah plastik. Jangan sampai sampah-sampah itu berakhir di laut ya, Millens! ((Fitroh Nurikhsan/E03)