Inibaru.id – Bukti kekayaan budaya di Indonesia adalah adanya rangkaian prosesi menjelang pernikahan. Salah satunya adalah siraman (Jawa: siram) yang berarti mandi. Prosesi siraman dilakukan dengan memandikan calon pengantin, dengan tujuan agar kembali suci.
Namun, prosesi siraman nggak hanya dilakukan di Jawa, lo. Masyarakat Sunda juga melakukan siraman sebagai salah satu prosesi menuju pernikahan. Lalu apa perbedaan prosesi siraman Jawa dan Sunda?
Siraman Jawa
Upacara siraman berlaku untuk calom pengantin perempuan dan laki-laki yang digelar di rumah masing-masing. Berbagai perlengkapan siraman di antaranya adalah air dari tujuh sumber dengan taburan bunga setaman. Kemudian, dua kelapa yang masih bersabut diikat dan dimasukkan ke dalam wadah air tersebut.
Calon pengantin yang sudah mengenakan buasana siraman lengkap kemudian dijemput oleh orang tua menuju tempat siraman. Di belakangnya, diikuti oleh pengiring yang membawakan baki berisi kain bermotif gompol dan nagasari, handuk, serta pendupan.
Siraman diawali dengan doa sesuai kepercayaan keluarga. Calon pengantin kemudian melakukan sungkem kepada kedua orang tua sekaligus meminta izin untuk menikah dengan orang yang telah dipilihnya.
Selanjutnya, calon pengantin akan disiram dengan air yang telah disiapkan. Yang bertugas menyiram pun harus berjumlah ganjil, terdiri atas ibu, bapak, dan orang-orang yang dituakan dan diakhiri dengan juru rias.
Setelah bersih, air tersebut juga digunakan untuk berkumur, membersihkan wajah, telinga, leher, tangan, dan kaki, sebanyak tiga kali. Kemudian, calon pengantin akan digendong oleh sang bapak menuju kamar pengantin untuk melakukan prosesi ngerik oleh juru rias.
Akhir dari prosesi ini adalah juru rias yang memecah kendi dan disaksikan oleh keluarga calon pengantin.
Siraman Sunda
Tahap pertama dari siraman adat Sunda adalah ngengcangkeun aisan. Di tahap ini, ibu dari calon pengantin akan melepaskan gendongan menuju tempat siraman ditemani sang ayah dengan membawa lilin. Ini bermakna, mereka akan segera mengakhiri tanggung jawab, digantikan calon suami.
Selanjutnya, calon pengantin akan dipangku kedua orang tua dalam prosesi dipangkon. Kemudian, calon pengantin akan membasuh kaki kedua orang tua, yang disebut dengan ngaras.
Orang tua pengantin kemudian akan menyemprotkan minyak wangi ke tubuh calon pengantin. Maknanya, agar selalu mengharumkan nama keluarga.
Sebelum tiba pada prosesi siraman, calon pengantin harus melewati tujuh lembar kain yang bermakna permohonan untuk selalu sabar, sehat, bertakwa, tabah, beriman dan istiqomah. Kemudian, pengantin akan disiram dengan air yang ditaburi bunga setaman sebagai prosesi puncak siraman.
Nah, itulah perbedaan tahapan pada prosesi siraman adat Jawa dan Sunda. Makna yang tersimpan dalam setiap tahapnya semestinya mengilhami kehidupan setelah menikah ya, Millens! (Wed/IB27/E03)