Inibaru.id – Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali sepertinya bakal berlangsung panas. Hal ini disebabkan oleh rencana hadirnya Presiden Rusia Vladimir Putin. Apalagi, perang Rusia – Ukraina masih berlangsung hingga sekarang.
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin bahkan sudah meminta pemerintah Indonesia untuk menolak kehadiran sang pemimpin Negeri Beruang Merah. Penolakan ini merupakan respons atas konfirmasi kedatangan Putin pada 30-31 Oktober di Bali nanti yang disampaikan Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva.
“Kehadiran (Putin) di acara internasional mana pun berarti penghinaan terhadap demokrasi, martabat manusia, dan supremasi hukum. Kami menyerukan seluruh negara demokratis untuk membantu menyelamatkan dunia dari Diktator Putin yang kejam. Boikot Rusia dan Putin dalam semua kemungkinan platform internasional,” ungkap Hamianin, Rabu (23/3).
Menanggapi hal ini, Vorobieva memastikan kalau kedatangan Putin di KTT G20 Bali bukan untuk membahas perang Rusia – Ukraina, melainkan membahas ekonomi global.
“Indonesia menjadi Presiden G20 bukan untuk membahas masalah krisis Rusia – Ukraina, tapi lebih kepada meningkatkan ekonomi global dan masalah lainnya. Mengeluarkan Rusia (dari G20) tidak akan membantu perekonomian global,” ungkapnya, Rabu (23/3).
Acara ini juga bakal dihadiri perwakilan anggota G20 lainnya yaitu Afrika Selatan, AS, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, Tiongkok, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Korea Selatan, Prancis, Turki, serta Uni Eropa. Nah, mengingat setiap negara memiliki pandangannya sendiri terkait perang Rusia – Ukraina, pertemuan G20 kali ini dinilai bakal berlangsung cukup panas.
Meski Ukraina nggak masuk sebagai anggota G20, namun, sejumlah negara sudah mengungkap dukungan terhadap negara ini seperti Amerika Serikat. Musuh bebuyutan Rusia ini menyebut pemerintahan Putin harus bertanggung jawab atas kejahatan perang karena ribuan warga telah tewas dan banyak fasilitas warga sipil yang hancur.
Di belakang Amerika, ada Polandia. Pemerintah Polandia bahkan telah meminta Amerika Serikat untuk mengeluarkan Rusia dari keanggotaan G20, Selasa (22/3) lalu.
Masalahnya, sejumlah negara nggak setuju atas usul ini. Penolakan ide ini datang dari Presiden Tiongkok Xi Jingping. Menurutnya, nggak ada satu pun anggota G20 bisa mengusir sebuah negara. Dia juga menyebut Rusia sebagai negara penting.
“Rusia adalah anggota penting,” ungkap Juru Bicara Kemenlu Tiongkok Wang Wenbin, Rabu (23/3).
Lalu bagaimana sikap Indonesia? Meski belum jelas, tapi sumber dari Reuters menyebut Indonesia nggak mungkin menghapus Rusia dari G20.
“Tidak mungkin (Indonesia) menghapus Rusia dari G20 kecuali Moskow mencabut keputusan itu sendiri. Tidak ada prosedur untuk mencabut Rusia dari keanggotaan G20,” ungkap pejabat negara G20 yang nggak disebutkan namanya oleh Reuters, Rabu (23/3).
Kalau menurut kamu gimana Millens, soal Putin mau tetap datang di KTT G20 di Bali? (Pik,Cnb,Cnn,Det/IB09/E05)