Inibaru.id - Mengikuti kasus penggelapan uang yang dilakukan bos First Travel seakan tiada habisnya. Selain dibikin ternganga dengan kemewahan rumah Adika Surachman. Selain itu, kita juga selalu berhasil dibuat mengernyitkan dahi saat menyaksikan sendiri betapa konsumtifnya Anniesa Hasibuan.
Yang terbaru, saat ini polisi sedang menggeledah harta kekayaan pasangan suami-istri tersebut. Dilansir dari Okezone, Jumat (25/8) lalu, dalam penggeledahan itu begitu banyak ditemukan barang mewah di dalam rumah penipu dana nasabah ini.
Sederet keperluan fashion sehari-hari Anniesa juga terpampang nyata, dan sebagian besar di antaranya adalah barang mahal.
Sebagai perancang busana, Anniesa Hasibuan memang terlihat enggan ketinggalan tren. Ia kerap memakai tas bermerek dengan nilai beli hingga ratusan juta rupiah. Hal ini ia lakukan untuk menunjang penampilannya yang fashionable.
Baca juga: Berhati-hatilah buat yang Umrah via First Travel, Ada Info Penting!
Gaya hidup mewah memang senantiasa menyertai kedua pasangan muda tersebut. Foto-foto gaya hidup serba wah yang diperlihatkan pasangan ini di muka publik memang selalu berhasil membuat banyak orang orang geleng-geleng kepala dan cemburu.
Sebagai gambaran, Anniesa dan Andika kerap kali memampang foto tengah berlibur ke Eropa dengan fasilitas supermewah, kemudian tinggal di rumah bernuansa emas, serta bergaya busana bak seleberitas Hollywood.
Perilaku gaya hidup mewah dan konsumtif ala Anniesa Hasibuan mendapat sorotan dari psikolog. Menurut Psikolog Klinis, Arrundina Puspita Dewi, gaya hidup berlebihan seseorang ketika dewasa bisa dipengaruhi oleh gaya hidup sejak kecil.
"Orangtua yang bisa memanjakan anak hidup serba ada akan membuat anak melakukan berbagai cara untuk mendapakan keinginan mereka dengan cara mudah," kata Arrundina kepada Okezone, Jumat (25/8).
Baca juga: Selamatan Keberangkatan Haji di Madura Habiskan Ratusan Juta Rupiah
Psikolog berparas kalem ini menjelaskan, kalau anak terbiasa mendapatkan segala sesuatu dengan mudah, tentu anak jadi tidak terbiasa memahami kebutuhannya sendiri.
"Jadi tanpa dia merasa butuh pun, sudah ada disediakan. Saat dewasa dia jadi kesulitan memahami kebutuhannya sendiri,” jelasnya
Kebiasaan ini, lanjutnya, muncul lantaran anak mendapatkan segala sesuatunya tanpa berjuang, kemudian orang tuanya juga selalu memfasilitasi.
“Belum lagi kebiasaan dari kecil tidak berjuang sudah langsug dapat apa yang dimau, dia jadi malas berjuang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri karena nanti toh bakal ada orangtua yang menyediakan," tegas dia.
Baca juga: 9 Cara Ini akan Selamatkan Anda Saat Berbelanja di Tanah Suci
Psikolog lulusan Universitas Padjajaran ini pun menyebut, keadaan itu membuat usaha anak untuk mendapat sesuatu jadi kurang, bahkan kerap menggunakan cara instan tanpa mempertimbangkan risiko. Ingin kerja gampang, tapi dapat uang banyak.
"Baiknya memang seimbangkan dengan usaha anak untuk berusaha mendapatkan segala sesuatunya dengan berjuang. Dengan begitu anak jadi lebih menghargai apa yg mereka dapatkan juga," tukasnya. (OS/IB)