Inibaru.id – Kenaikan tarif impor yang diungkap Presiden Amerika Serikat Donald Trump memang belum benar-benar diberlakukan. Tapi, jika sampai hal ini terjadi, ada kemungkinan harga bahan baku pembuatan tahu dan tempe di Indonesia, yaitu kedelai, turut meroket. Banyak perajin tahu dan tempe mulai resah.
Buat kamu yang nggak tahu, meski tahu dan tempe jadi salah satu lauk andalan sebagian besar warga Indonesia, kedelai yang menjadi bahan bakunya nggak sepenuhnya dipasok dari petani lokal. Pemerintah mengimpornya dari negara lain, dengan salah satu pemasok terbesar dari AS.
Menilik data yang diungkap Badan Pusat Statistik (BPS) 2017-2023, Indonesia memperoleh 1,9 juta sampai 2,6 juta ton kedelai dari AS setiap tahunnya, diikuti Kanada dengan sekitar 200 ribuan ton per tahun. Kelihatan banget kan betapa besar ketergantungan kedelai impor kita dari Negeri Paman Sam?
Nah, gara-gara adanya isu ditetapkannya kenaikan tarif impor dari Amerika Serikat, ada kemungkinan harga kedelai jadi ikutan naik. Kalau sudah begitu, tentu bakal mempengaruhi biaya produksi tahu ataupun tempe di Indonesia, bukan? Hal inilah yng bikin banyak perajin kedua lauk tersebut resah.
Salah satunya adalah Sukmanah yang punya pabrik tahu di Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang. Hingga sekarang, produksi tahunya memang masih belum terdampak kenaikan harga kedelai. Tapi, berita tentang kenaikan tarif impor ini membuatnya sudah berpikir jauh ke depan.
“Kalau sampai harga kedelai naik, kami bingung. Ada kemungkinan kami akan mengecilkan ukuran tahu yang dijual atau menaikkan harga. Tapi ini masih belum diputuskan dan menunggu kabar terbaru soal isu ini dulu,” ungkap Sukmanah, Jumat (18/4/2025).
Dia juga terpikir untuk mengalihkan bahan baku ke kedelai lokal. Tapi, dari segi kualitas, dia mengaku kurang puas dengan tahu yang dihasilkan para petani lokal.
Sejak berdiri pada 1980, pabrik tahu miliknya rutin jadi jujugan warga setempat untuk datang membeli lauk. Ada yang membeli tahu cokelat, tahu putih, hingga tahu yang sudah digoreng. Masyarakat bisa membeli secara eceran mulai dari Rp5.000 hingga Rp20 ribu saja.
“Saya yang menentukan seberapa banyak tahu yang diberikan sesuai dengan pesanan mereka. Itu yang bikin saya bingung andai benar nanti harga kedelai naik. Semoga saja nggak sampai terjadi,” ujar Manah, sapaan akrab Sukmanah.
Mengharapkan perang tarif nggak terjadi sepertinya mustahil, tapi mengalihkan ketergantungan bahan baku pada kedelai impor sepertinya masih bisa diupayakan. Tentu saja butuh peran pemerintah di dalamnya! (Arie Widodo/E10)
